Menengok Lagi Patung Sukarno di Akademi Militer Magelang

4 Oktober 2021 11:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Bung Karno di Kompleks Akmil Megelang, Jawa Tengah. Foto: Paulina Herasmarindar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Patung Bung Karno di Kompleks Akmil Megelang, Jawa Tengah. Foto: Paulina Herasmarindar/kumparan
ADVERTISEMENT
Sosok Presiden Sukarno menjadi sosok pahlawan dan bapak negara yang banyak diabadikan dalam bentuk patung. Salah satunya yakni patung Bung Karno yang didirikan di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri yang menghadiri acara peresmian patung tersebut pun sempat menyinggung soal absennya sosok Bung Karno dalam bentuk patung di Akmil Magelang itu. Padahal menurut cerita kakeknya, Megawati menyebut bahwa Bung Karno-lah yang memiliki andil bagi berdirinya Akmil Magelang itu.
Hal itu disampaikan Mega saat didapuk menyampaikan sambutan dalam acara peresmian patung Bung Karno pada Jumat 7 Februari 2020 lalu.
"Jadi saya juga mewakili keluarga besar Bung Karno. Tidak terasa akhirnya waktu yang begitu lama ditunggu oleh keluarga. Bung Karno sudah punya anak, cucu, seringkali menanyakan, 'menurut cerita kakek (Soekarno) itu dulu mendirikan Akademi Militer'," ujar Mega dalam pernyataannya.
"Tentu saya ditanya 'ada enggak patungnya?', tidak ada. Jadi sebenarnya, kita sebagai bangsa menurut saya sudah hampir melupakan sejarah. Padahal kita tahu bahwa sejarah ini pun di dunia sangat penting untuk menunjukkan yang namanya kita sebagai warga bangsa," sambungnya.
Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman saat menjadi Pangdam Jaya/Jayakarta. Foto: Dhemas Reviyanto/Antara Foto
Dalam peresmian patung Sukarno itu, Megawati turut didampingi Menhan Prabowo Subianto, Ketua DPR Puan Maharani, Kepala BIN Budi Gunawan, KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
ADVERTISEMENT
Merespons pernyataan Megawati itu, Gubernur Akmil saat itu Mayjen TNI Dudung Abdurrahman [saat ini menjabat Pangkostrad] menuturkan bahwa patung tersebut didirikan atas dasar penghormatan Akmil terhadap jasa besar Sukarno.
Tak hanya sebagai simbol untuk menghormati dan mengabadikan perjalanan perjuangan bersejarah Sang Proklamator, pendirian patung juga dimaksudkan sebagai panutan atau teladan bagi Taruna-Taruni sebagai calon pimpinan TNI Angkatan Darat dan TNI masa depan.
"Sehingga para Taruna-Taruni akan tahu tokoh nasional, betul-betul berjuang dan bertekad untuk mempersiapkan para penerus bangsa di masa yang akan datang," kata Dudung.
Belakangan, peran menghadirkan Patung Sukarno di Akmil dikaitkan dengan jalan mulus Dudung dalam meniti karier di TNI AD. Selepas jadi Gubernur Akmil, Dudung menjabat sebagai Pangdam Jaya dan naik jadi Pangkostrad.
ADVERTISEMENT
Kini, Dudung disebut-sebut menjadi calon kuat KSAD pengganti Jenderal Andika Perkasa. Andika juga tengah jadi perbincangan karena dianggap calon potensial Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto yang akan pensiun November 2021.

Sukarno dan Sejarah Pendirian Akmil Magelang

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dikutip dari situs resmi Akademi Militer, akmil.ac.id, Senin (4/10), Pendirian Akmil berawal dari didirikannya Militaire Academie (MA) di Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober 1945, atas perintah Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat, Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo.
Karena alasan teknis, MA Yogyakarta yang saat itu telah rampung meluluskan dua angkatan pada tahun 1950, ditutup sementara waktu. Akibatnya taruna angkatan ketiga dari MA harus menyelesaikan pendidikannya di KMA Breda, Belanda.
Masih di tahun yang sama, di sejumlah lokasi seperti Malang, Mojoangung, Salatiga, Tangerang, Palembang, Bukit Tinggi, Brastagi, hingga Prapat turut didirikan sejumlah Sekolah Perwira Darurat untuk memenuhi kebutuhan TNI AD/ABRI pada waktu itu.
ADVERTISEMENT
Semenjak itu pula mulai berjamur sejumlah sekolah angkatan darat seperti SPGi AD (Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat) yang didirikan di Bandung pada tanggal 1 Januari 1951 yang berubah menjadi ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat) pada tanggal 23 September 1956. Sementara itu pula pada tanggal 13 Januari 1951 didirikan juga P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung.
Melihat banyak berdirinya sekolah perwira TNI AD saat itu, pimpinan TNI AD pun pada akhirnya memiliki gagasan untuk mendirikan suatu Akademi Militer, gagasan ini pertama kali dimunculkan pada sidang parlemen oleh Menteri Pertahanan pada tahun 1952.
Setelah melewati sejumlah proses, akhirnya pada tanggal 11 November 1957 pukul 11.00 Presiden pertama RI Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang. Akademi Militer ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta yang sebelumnya sempat ditutup sementara.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1961 Akademi Militer Nasional Magelang diintegrasikan dengan ATEKAD Bandung dengan nama Akademi Militer Nasional dan hingga kini berkedudukan di Magelang.
Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri (kedua kiri) saat meresmikan patung Presiden pertama RI Ir. Soekarno di kompleks Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Mengingat pada saat itu masing-masing angkatan (AD, AL, AU dan Polri) memiliki Akademi, maka pada tanggal 16 Desember 1965 seluruh Akademi Angkatan (AMN, AAL, AAU dan AAK) pun juga diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Sesuai dengan tuntutan tugas, maka pada tanggal 29 Januari 1967 Akabri di Magelang diresmikan menjadi Akabri Udarat, yang meliputi dua Akabri bagian di bawah satu pimpinan, yaitu Akabri bagian Umum dan Akabri bagian Darat.
Untuk Akabri Bagian Umum mereka diberi mandat untuk mendidik taruna TK-I selama satu tahun, termasuk Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka. Sementara bagi Akabri bagian Darat diberi tugas untuk mendidik taruna Akabri Bagian Darat mulai TK-II sampai dengan TK-IV. Pada tanggal 29 September 1979 Akabri Udarat berubah namanya menjadi Akabri Bagian Darat.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka reorganisasi di lingkungan ABRI, maka pada tanggal 14 Juni 1984 Akabri Bagian Darat berubah namanya menjadi Akmil (Akademi Militer).
Pada tanggal 1 April 1999 secara resmi Polri terpisah dari tiga angkatan lainnya, dan ABRI berubah menjadi TNI. Sejak itu pula Akademi Kepolisian terpisah dari AKABRI. Kemudian AKABRI berubah namanya menjadi Akademi TNI yang terdiri dari AKMIL, AAL, AAU.
Berdasarkan Perpang Nomor: Perpang/ 28/ V/ 2008 tanggal 12 Mei 2008 Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka dan Integratif Akademi TNI pola 12 bulan langsung di bawah Mako Akademi TNI. Kemudian AKMIL menyelenggarakan pendidikan khusus Taruna Angkatan Darat tingkat II, III dan IV.