Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Ahmad Luthfi bertandang ke kediaman Jokowi di Solo, Kamis siang, 28 November 2024, usai hitung cepat Pilkada Jawa Tengah oleh sejumlah lembaga survei menunjukkan keunggulannya atas Andika Perkasa, cagub usungan PDIP . Indikator Politik mencatat Ahmad Luthfi-Taj Yasin mengantongi 58,31% suara versus Andika-Hendi 41,69%, sedangkan LSI mencatat suara Luthfi-Yasin 59,38% versus Andika-Hendi 40,62%.
ADVERTISEMENT
Luthfi yang siang itu berkemeja cokelat mengatakan, ia menemui Jokowi untuk berkomunikasi perihal kemenangan versi quick count-nya, meski belum keluar hasil real count resmi dari KPU Jawa Tengah. Sementara Jokowi yang menerima kedatangan Luthfi tampak tersenyum lepas. Menurut Jokowi, pertemuan itu hanya silaturahmi biasa dan ia tidak memberikan pesan khusus untuk Luthfi.
Presiden RI ke-7 itu memang sejak awal memiliki kedekatan personal dengan Luthfi, dan karenanya mendukung eks Kapolda Jateng maju di Pilgub. Faktor Jokowi tak terelakkan jadi elemen penting bagi Luthfi yang kini—berdasarkan quick count—berhasil menang di “kandang banteng” yang biasanya dikuasai PDIP.
Jawa Tengah dikenal sebagai kandang banteng alias basis massa PDIP. Pada tiap pemilu sebelum ini, PDIP selalu memerahkan Jateng. Pasangan cagub-cawagub pertama yang diusung PDIP dan PPP di Jateng pada era Reformasi, Mardiyanto-Ali Mufiz, menang dalam pemilihan di DPRD Jateng. Mardiyanto yang berlatar belakang militer menjabat pada 1998–2003, kemudian terpilih lagi pada periode berikutnya, 2003–2008.
ADVERTISEMENT
Posisi Jateng 1 kembali diraih PDIP saat pilkada langsung digelar pada 2008. Kali itu, gubernur tak lagi dipilih melalui DPRD, tapi dipilih langsung oleh rakyat. Di Jateng, PDIP mengusung mantan Pangkostrad Bibit Waluyo berpasangan dengan Bupati Kebumen Rustriningsih. Duet ini menang dan memerintah pada 2008–2013.
Estafet kepemimpinan banteng moncong putih di Jateng dilanjutkan Ganjar Pranowo yang memenangi pilgub dan menjabat selama dua periode, 2013–2018 dan 2018–2023. Hingga kini, saat PDIP dilanda perang dingin dengan mantan kader utamanya, Jokowi, Jateng barulah terlepas dari genggaman.
Sewaktu Jokowi masih menjabat sebagai presiden, dialah yang mengusulkan nama Luthfi ke parpol-parpol kubu Prabowo. Sumber-sumber di parpol mengatakan, Jokowi jugalah yang mengonsolidasikan partai-partai menjadi perahu besar guna menjadi pesaing kuat PDIP. Hingga akhirnya Luthfi benar-benar maju ke Pilgub Jateng bersama Taj Yasin dengan sokongan 9 parpol KIM Plus.
ADVERTISEMENT
Jokowi disebut-sebut berhasrat mengikis pengaruh PDIP di Jateng, provinsi yang menjadi salah satu lumbung suara strategis pada tiap pemilu. Wilayah Jawa dianggap penting bagi Jokowi bila hendak mengamankan putranya, Gibran Rakabuming, dan keluarganya dalam menatap kontestasi Pemilu 2029.
Kombinasi “cawe-cawe” Jokowi dan mesin politik KIM Plus pun akhirnya mengobrak-abrik kandang banteng.
Mengapa PDIP Tumbang di Kandang Sendiri?
Berdasarkan analisis Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Khoirul Umam, ada sejumlah faktor yang memicu tumbangnya PDIP di Jateng. Pertama, dominasi mesin politik koalisi pengusung Lutfi-Taj Yasin (sekitar 75%) yang diperkuat oleh endorsement Jokowi-Prabowo memberikan pesan kuat kepada berbagai kalangan, termasuk donor-donor logistik, untuk all out memenangkan Luthfi-Yasin.
“Jaringan Jokowi juga all out and at all cost karena hasil Pilkada Jateng menjadi pertaruhan nasib dan pride bagi Jokowi dan keluarganya yang harus berhadap-hadapan dengan kekuatan PDIP yang selama ini terkuat,” kata Umam.
ADVERTISEMENT
Kedua, karakter pemilih Jateng di pantai utara Jawa (pantura) didominasi santri yang cenderung mendukung kandidat nasionalis-santri yang tercermin pada duet Lutfi-Yasin. Taj Yasin Maimoen, putra kiai karismatik almarhum Maimoen Zubair asal Rembang, merupakan salah satu Ketua GP Ansor Jateng. Ia lekat dengan NU, dan merupakan Wagub Jateng 2018–2023 yang mendampingi Ganjar Pranowo.
Profil Yasin sebagai representasi kalangan religius yang terasosiasi kuat dengan Nahdlatul Ulama membuat jaringan NU all out mendukung Luthfi-Yasin. Situasi berbeda terlihat pada duet Andika Perkasa-Hendrar Prihadi yang sama-sama merepresentasikan corak nasionalis.
Ketiga, terbatasnya waktu sosialisasi di masa kampanye membuat calon PDIP kesulitan melakukan penetrasi ke segmen santri. Kelemahan ini dimanfaatkan dengan baik oleh KIM Plus maupun Jokowi yang getol turun gunung untuk mendongkrak elektabilitas Luthfi.
ADVERTISEMENT
Jokowi misalnya menghadiri kampanye Luthfi di Purwokerto pada 16 November. Ia bersama Luthfi-Yasin juga naik jip untuk membagi-bagikan kaus. Sementara Prabowo membuat video ajakan mendukung Luthfi—yang menuai polemik karena sang Presiden diharapkan netral meski ia juga Ketua Umum Gerindra.
Sejumlah sumber di kalangan parpol mengatakan, hasrat cawe-cawe Jokowi pada berbagai pilkada sangat dahsyat meski ia tak lagi menjabat. Sepanjang Pilkada 2024, Jokowi disebut telah memanggil 80 calon kepala daerah ke Solo untuk di-endorse sembari menyisipkan kata-kata “Saya titip … (menyebut kabupaten/kota tempat calon tersebut maju).”
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai bahwa Jokowi bukan faktor utama dalam keberhasilan Luthfi memenangi takhta Jateng. Menurutnya, sosialisasi diri Luthfi selama empat tahun menjadi Kapolda hingga kekuatan mesin partai-partai KIM Plus merupakan variabel yang lebih penting.
ADVERTISEMENT
Sumber di kalangan parpol menyebut bahwa mesin politik PDIP di Jateng sebenarnya telah bekerja, namun tidak maksimal karena adanya tekanan dan lawan yang sangat kuat dari sisi sokongan logistik, parpol, hingga pengaruh Jokowi dan Prabowo
PDIP menuding Pilkada 2024 berjalan suram karena digerakkan oleh ambisi kekuasaan yang dikombinasikan dengan tiga aspek. “Pertama, ambisi Jokowi sendiri. Kedua, gerakan parcok—partai coklat. Ketiga, [peran] pj kepala daerah. Dan ini kejahatan terhadap demokrasi,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Kamis (28/11).
ADVERTISEMENT
Sumber lain menyebut, Andika cukup terguncang dengan kekalahannya di Pilgub Jateng. Sebagai pemain baru di jagat politik, ia disebut belum terbiasa menghadapi kerasnya persaingan pilkada.
Kekalahan PDIP di Jateng bukan hanya terjadi di tingkat provinsi, tapi juga kabupaten/kota seperti Boyolali dan Solo yang dikenal sebagai basis mereka. Di Pilbup Boyolali calon PDIP Marsono-Saifulhaq kalah dari Agus Irawan-Dwi Fajar Nirwana. Cawe-cawe di Boyolali disebut dilakukan melalui Devid Yunanto eks ajudan Jokowi.
Sumber di internal parpol bercerita cawe-cawe Jokowi di Boyolali digerakkan melalui Devid –yang merupakan kakak dari Agus Irawan– sangat masif dengan memberikan logistik yang besar, pembagian bansos hingga menggerakan kepala desa. Bahkan, beberapa warga melaporkan oknum polisi di Polres Boyolali pada 28 Oktober karena ikut kampanye di Desa Karangkepoh, Boyolali. Status laporan itu masih dalam proses penyelidikan.
ADVERTISEMENT
Nasib serupa juga terjadi di Pilwalkot Solo saat calon PDIP Teguh Prakosa-Bambang Nugroho dikalahkan Respati-Astrid sokongan Jokowi. Karier politik Jokowi dan Gibran sama-sama diawali sebagai Walikota Solo dari PDIP. Kini keluarga Jokowi justru bekerja sama mengalahkan calon dari PDIP.
Jokowi, Gibran, dan Kaesang berjibaku membantu Respati-Astrid mendongkrak popularitas. Mereka bergantian mendampingi Respati-Astrid blusukan ke sejumlah titik di Solo, seperti saat Jokowi mengajak meninjau lokasi pembangunan simpang tujuh Joglo, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, 21 November lalu.
Meski begitu, banteng tetap berjaya di Pilwalkot Semarang. Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin usungan PDIP berhasil mempertahankan Semarang sebagai kandang banteng meski ‘dikeroyok’ 9 parpol KIM plus yang mengusung Yoyok Sukawi-Joko Santoso.
Agustina adalah sosok politisi yang lahir dari rahim PDIP. Dia adalah banteng muda sejak masa kuliah di Universitas Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Bukan Cuma di Jateng
Dilihat dari hasil real count KPU dan hitung cepat lembaga survei, PDIP juga menelan kekalahan di sejumlah provinsi strategis yakni Sumatera Utara, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, hingga Sulawesi Utara. Wilayah Jatim, Sulut hingga Sumut seringkali disebut sebagai kandang banteng karena mendominasi di sejumlah kabupaten/kota.
Kekalahan di Sulawesi Utara cukup mengejutkan PDIP karena Olly Dondokambey kader senior partai memimpin provinsi yang berjuluk Bumi Nyiur Melambai itu selama dua periode 2016-2021 dan 2021-2024.
Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus pola kecurangan serupa terjadi di Sulut dan permasalahan ketidaknetralan Pj kepala daerah sudah disampaikan kepada Mendagri Tito Karnavian dalam rapat kerja di DPR. “Betapa banyak kegiatan ilegal dari PJ-PJ kepala daerah. Sumatera Utara sangat telanjang. Sulawesi Utara sangat telanjang, di berbagai tempat,” kata Deddy.
ADVERTISEMENT
Foto kebersamanaan Kapolri Listyo Sigit Prabowo dengan Cagub Sulut Yulius Selvanus Komaling—yang unggul di quick count—di sela-sela kegiatan Prabowo memberikan pembekalan kepada calon menteri beberapa waktu lalu di Hambalang, Bogor juga terungkap. Listyo terlihat mengenakan seragam kepolisian dan Yulis mengenakan batik.
Listyo memastikan Polri netral di pilkada. “Saat ini kami sudah menindak 2 personel Polri yang melakukan pelanggaran terkait dengan netralitas," kata Sigit dalam Rapat Kerja bersama Komisi III DPR, Senin (11/11).
Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Sulut sudah melaporkan adanya intimidasi dan kriminalisasi oknum Polri jelang pilkada kepada Menko Politik dan Keamanan Budi Gunawan. Belum ada tindaklanjut dari laporan tersebut.
Kendati beberapa kandang banteng rontok, Hasto mengklaim PDIP menang di 14 provinsi yaitu Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Papua, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Hasto berkata banyak kandang banteng hendak direbut namun “banteng malah berkembang biak” menyebar ke wilayah lain yang justru memperbesar basis PDIP. “Di Riau PDI Perjuangan pertama kali memenangkan pemilu legislatif dan pemilihan Gubernur,” ucap politikus asal Yogyakarta itu.
Kandang banteng diklaim berpindah ke Jakarta usai Pramono Anung-Rano Karno menang dalam real count KPU dengan 50,7%. Tak menang di Pilgub, PDIP membantah kandang banteng hilang. Jateng masih menjadi rumah bagi kaum marhaen karena PDIP berhasil menang di 19 kabupaten/Kota dari 35 Kabupetan/Kota di Jateng.
PDIP mempersiapkan langkah untuk menggugat hasil Pilkada yang terjadi anomali seperti di Sumut, Banten, Jateng dan Sulut ke Mahkamah Konstitusi. Laporan juga dilayangkan kepada Bawaslu.
Ketua DPP Ronny Talapessy melihat saat ini MK berani mengambil keputusan progresif sehingga bisa menjadi tumpuan harapan terakhir. “Kalau seandainya MK berani ya kenapa tidak untuk [pilkada] diulang di antara salah satu provisi tersebut,” ujar Ronny.
Menanti Sikap PDIP Usai Pilkada
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri disebut tak puas dengan hasil pilkada. Seorang sumber bercerita Megawati tidak happy dengan hasil di Sumut, Jateng, Banten hingga Sultra. Megawati bahkan langsung mencari Bambang Pacul selaku Ketua Bappilu sekaligus komandan tempur di Jateng untuk meminta penjelasan.
Megawati pun sudah menyampaikan sikap terhadap hasil Pilkada 2024. Presiden ke-5 RI itu mengingatkan, demokrasi terancam mati akibat kekuatan yang menghalalkan segala cara seperti menggunakan sumber daya dan alat-alat negara. Dia meminta kader melakukan perlawanan melalui koridor hukum.
Hasil pilkada menjadi salah satu isu yang akan dibahas di Kongres PDIP April 2025 mendatang sebagai pertimbangan sikap partai ke depan. Pengamat politik Hendri Satrio alias Hensat mengatakan, langkah politik PDIP tergantung dari pilkada Jakarta apakah akan diutak atik menjadi 2 putaran atau KIM Plus menerima kekalahan.
ADVERTISEMENT
Jika Pramono-Rano dibiarkan menang, Hensat melihat PDIP akan menjadi oposisi kalem seperti ketika Taufiq Kiemas menjabat Ketua MPR di era SBY. “Jadi artinya dia oposisi, tapi tetap ada jembatan yang bagus untuk komunikasi. Nah peran itu kelihatannya akan ada di Puan dan Pram. Terutama bila Pram menang,” kata Hensat.
Hensat menilai Pramono bisa menjadi jembatan yang baik antara Megawati dan Prabowo jika memimpin Jakarta. Apalagi, Pramono adalah komunikator ulung yang bisa berkomunikasi dengan Prabowo dan Jokowi.
Kondisi berbeda terjadi jika Pilkada Jakarta berlangsung 2 putaran dan Pramono dikalahkan Ridwan Kamil. Hensat menuturkan Megawati akan berani mengambil sikap untuk menjadikan PDIP sebagai oposisi yang keras untuk Prabowo. Tak ada jembatan untuk Prabowo berkomunikasi dengan Megawati.
ADVERTISEMENT
Megawati sejauh ini juga belum berencana bertemu dengan Prabowo. Pada 28 Oktober 2024, kumparan mengulik batalnya PDIP bergabung di kabinet Prabowo dengan judul ‘Urung Masuk Kabinet’. Laporan ini memotret batalnya rencana pertemuan Prabowo sebelum pelantikan Presiden karena dinamika di internal partai PDIP hingga Megawati masih enggan bertemu.
Ronny Talapessy mengatakan, rencana pertemuan Prabowo dan Megawati pascapilkada tergantung keputusan Megawati. Yang pasti, menurutnya, PDIP saat ini sudah move on dari Pilpres 2024 untuk menatap masa depan.
“Masalah Ibu ketemu sama Pak Prabowo itu kewenangan Ketum, prerogatif Ketum,” ujarnya.
Ketua DPP Ganjar Pranowo menambahkan, sikap resmi PDIP tetap akan diputuskan dalam Kongres. Sikap PDIP sejauh ini masih berada di luar pemerintahan dan memberikan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang kurang tepat.
ADVERTISEMENT
Ganjar mengatakan, PDIP juga masih berkonsentrasi pada pilkada sampai adanya pengumuman resmi dari KPU. “Pendampingan perhitungan suara masih terus kami lakukan,” kata mantan rival Prabowo itu.