Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Mengadu ke Jokowi, 5.000 Petani Tebu Serbu Istana Negara
28 Agustus 2017 10:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Sebanyak 5.000 petani tebu yang tergabung ke dalam asosiasi Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (28/8). Ini sebagai bentuk pernyataan sikap petani tebu mengadu kepada Presiden Joko Widodo menolak kebijakan pemerintah yang selama ini tidak menguntungkan petani tebu.
ADVERTISEMENT
"Ini sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan yang hakiki untuk petani tebu, merdeka! Mohon saudara tetap di sini agar pemerintah bisa mendengar apa yg kita inginkan dan minta selama ini," ujar Sekretaris Jenderal APTRI, Nur Khabsyin yang pada aksi kali ini menjadi orator, di Silang Monas Barat Laut, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (28/8).
Pada kesempatan ini, para petani tebu menyatakan beberapa sikap. Di antaranya meminta adanya kenaikan harga acuan gula tani (HPP) menjadi Rp 11.000/kg, meminta pemerintah menarik peredaran gula impor di pasaran, dan meminta pemerintah agar tidak menutup pabrik gula lama, sebelum dibangunnya pabrik baru.
"Meminta menaikkan HPP gula, impor gula sekali lagi pemerintah agar menarik peredaan eks gula impor di masyarakat, kita minta pemerintah untuk tidak menutup pabrik gula lama sebelum mendirikan pabrik gula baru," imbuh Khabsyin.
ADVERTISEMENT
Selain itu, petani tebu juga meminta pemerintah menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula menjadi Rp 14.000/kg, atau dilakukan penghapusan aturan HET. Pasalnya, dengan HET saat ini yang berada di kisaran Rp 12.500/kg pedagang akan menekan harga ke petani lebih rendah karena batasan HET tersebut terlalu rendah yang tak sebanding dengan Biaya Produksi Petani (BPP).
"HET mendekati BPP gula tani Rp 10.600/kg sehingga margin untuk distribusi dirasa sangat mepet, akibatnya harga gula tani yang ditekan. Penerapan HET pada saat musim giling atau panen kami anggap tidak tepat dan tidak adil karena saat panen petani tidak bisa menikmati harga yang baik," pungkas Khabsyin.
Berdasarkan pantauan kumparan (kumparan.com) di lokasi, aksi unjuk rasa petani tebu berjalan cukup damai. Ratusan personil polisi nampak berjaga dan mengatur lalu lintas jalan Medan Merdeka Utara, serta nampak mobil barakuda dan water canon ditempatkan di lokasi unjuk rasa.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, para petani tebu akan berunjuk rasa di tiga lokasi, dimulai dari istana negara, Kementerian Perdagangan, hingga Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga sore nanti, pkul 17.00 WIB.