Mengaku Difitnah, WN China di Pakistan Bantah Menghina Islam

18 April 2023 17:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Umat Muslim di Pakistan sedang menyantap hidangan bersama saat berbuka puasa. Foto: Reuters/Fayaz Aziz
zoom-in-whitePerbesar
Umat Muslim di Pakistan sedang menyantap hidangan bersama saat berbuka puasa. Foto: Reuters/Fayaz Aziz
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang warga negara China yang dilaporkan melakukan penistaan agama Islam di Pakistan mengaku bahwa dia telah difitnah.
ADVERTISEMENT
Pria yang bekerja sebagai supervisor proyek bendungan di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa itu membantah telah menghina Nabi Muhammad — seperti yang dikatakan oleh sesama rekan kerjanya.
Dikutip dari Reuters, pihak kepolisian mengatakan pria tersebut telah dibawa ke pengadilan pada Senin (17/4) malam waktu setempat. Di persidangan, dia mengaku dituduh secara keliru oleh rekan kerjanya di Bendungan Dasu.
Meski demikian, pria yang tidak diidentifikasi identitasnya oleh polisi atas alasan keselamatan ini tetap terpaksa harus mendekam di balik jeruji usai menghadiri persidangan.
“Pengadilan mengirim pria tersebut ke penjara dengan jaminan hukum selama 14 hari,” kata seorang perwira polisi bernama Tahir Ayub, pada Selasa (18/4).
Adapun tuduhan penistaan agama itu terjadi di lokasi proyek bendungan Dasu yang terletak di Kota Dasu, Distrik Kohistan, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, pada Minggu (16/4).
ADVERTISEMENT
“Para pekerja menuduh pria tersebut menggunakan kata-kata yang menghina nabi,” kata Ayub.
Meski demikian, tidak dirinci apa sebenarnya yang dikatakan oleh pekerja asing itu sehingga memantik amarah sesama rekan kerjanya yang beragama Islam.
Warga berpartisipasi memberi penghormatan kepada manajer pabrik Sri Lanka Priyantha Kumara yang digantung oleh massa Muslim di Sialkot karena dugaan penistaan, di Lahore, Pakistan, pada 9 Desember 2021. Foto: K.M. Chaudary/AP Photo
Namun, menurut laporan awal dari otoritas sebelumnya, pria itu diduga telah menistakan agama Islam akibat menyebut pekerja Pakistan lambat, lantaran sedang berpuasa.
“Para pekerja mengatakan mereka puasa tapi membantah kerja lambat, itu membuat mereka saling ejek dengan pengawas mereka,” kata seorang polisi yang namanya dirahasiakan, seperti dikutip dari AFP.
“Kemudian, para pekerja menuduh teknisi itu menista agama, dan menyebabkan 400 orang pekerja lokal menggelar protes,” sambung dia. Seorang perwira polisi lainnya yang bernama Saleem Khan juga menegaskan bahwa keamanan pria itu di Pakistan terjamin.
ADVERTISEMENT
“Keamanan warga negara China sudah cukup tinggi dan pemerintah setempat melakukan segalanya untuk memastikan keamanan mereka,” tegas Khan.
Lebih lanjut, secara terpisah Kementerian Luar Negeri China mengatakan misi diplomatiknya di Ibu Kota Islamabad telah mengetahui kasus ini dan sedang menelusuri situasi terkait warga negaranya.
Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam sesi jumpa pers. “Pemerintah China selalu mewajibkan warga negara China yang berada di luar negeri untuk mematuhi hukum dan peraturan negara tuan rumah dan menghormati adat istiadat setempat,” kata Wang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin. Foto: Greg Baker/AFP
“Jika masalah ini memang melibatkan seorang warga negara China, kedutaan akan memberikan perlindungan dan bantuan konsuler dalam lingkup tugasnya,” sambung dia.
China merupakan investor utama di Pakistan, tetapi para pekerjanya telah beberapa kali diserang oleh militan anti-pemerintah berkuasa.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun lalu, pada 2021 para militan ini dituding melakukan serangan bom bunuh diri terhadap sebuah bus yang menewaskan sembilan warga negara China — para pekerja di proyek bendungan yang sama.
Di Pakistan, tindakan masyarakat terhadap kasus penistaan cenderung sangat keras. Para pelaku yang terbukti melakukan hal itu dapat dihukum mati — meski sampai sekarang tidak ada satu pun seseorang dieksekusi atas kesalahan tersebut.
Namun, banyak orang secara teknis telah ‘dihukum mati’ oleh amukan massa, usai dituding melakukan penistaan agama. Contohnya adalah seorang manajer pabrik berkewarganegaraan Sri Lanka yang tewas usai dianggap menistakan Islam pada 2021.
Seorang gubernur Pakistan dan seorang menteri juga telah ditembak mati dalam beberapa tahun terakhir karena berusaha mengupayakan amandemen undang-undang penistaan agama setempat.
ADVERTISEMENT