Mengapa Pemerkosaan Kerap Terjadi di India?

20 Agustus 2024 19:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para profesional medis dan aktivis memegang poster dan lilin ketika mereka mengambil bagian dalam protes tengah malam untuk mengutuk pemerkosaan dan pembunuhan seorang petugas medis muda, di Kolkata pada tanggal 14 Agustus 2024. Foto: Dibyangshu SARKAR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Para profesional medis dan aktivis memegang poster dan lilin ketika mereka mengambil bagian dalam protes tengah malam untuk mengutuk pemerkosaan dan pembunuhan seorang petugas medis muda, di Kolkata pada tanggal 14 Agustus 2024. Foto: Dibyangshu SARKAR/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter magang di Kolkata pekan lalu memicu gelombang protes ribuan wanita di seluruh India.
ADVERTISEMENT
Mereka marah dan frustrasi melihat tingginya angka kekerasan seksual meskipun sudah ada reformasi hukum dan janji pemerintah untuk mengambil tindakan tegas.
Sejak kasus brutal pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita berusia 23 tahun pada 2012, pemerintah India telah melakukan sejumlah perubahan besar dalam sistem peradilan pidana, termasuk memberlakukan hukuman yang lebih berat.
Namun, para pegiat mengungkapkan dampak dari perubahan hukum ini masih jauh dari harapan. Seperti apa India menyikapi kasus pemerkosaan disertai pembunuhan di negaranya yang tak jarang jadi sorotan dunia?

Lonjakan Jumlah Kasus

Menurut laporan National Crime Records Bureau (NCRB), pada 2012 saja polisi mencatat 25.000 kasus pemerkosaan di seluruh India.
Jumlah ini terus meningkat, kecuali pada tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 membuat angka tersebut turun tajam.
ADVERTISEMENT
Puncaknya terjadi pada 2016, dengan hampir 39.000 kasus tercatat.
Menurut laporan pemerintah tahun 2018, rata-rata satu wanita melaporkan menjadi korban pemerkosaan setiap 15 menit di seluruh negeri.
Sementara pada 2022, total lebih dari 31.000 kasus pemerkosaan dilaporkan dalam satu tahun.

Reformasi Hukum yang Belum Berdampak Signifikan

Seorang dokter memegang spanduk saat protes menuntut keadilan menyusul pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di sebuah rumah sakit di Kolkata, New Delhi, India, Senin (19/8/2024). Foto: Adnan Abidi/ REUTERS
Meski hukuman telah diperberat sejak 2012—dengan ancaman minimal 10 tahun penjara, bahkan hukuman mati untuk korban di bawah 12 tahun—jumlah kasusnya tetap tinggi. Reformasi lainnya termasuk memperluas definisi pemerkosaan dan menghadirkan pengadilan jalur cepat.
Namun, para pakar hukum menilai reformasi ini tidak cukup untuk menekan angka kejahatan.
Seorang pengacara pidana senior yang sering mewakili korban pemerkosaan, Rebecca M John, mengatakan banyak pelaku masih merasa bisa lolos dari kejahatan mereka.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyoroti buruknya penegakan hukum dan kepolisian yang tidak konsisten sebagai penyebab utama.

Tingkat Hukuman yang Rendah

Para profesional medis dan aktivis memegang poster dan lilin ketika mereka mengambil bagian dalam protes tengah malam untuk mengutuk pemerkosaan dan pembunuhan seorang petugas medis muda, di Kolkata pada tanggal 14 Agustus 2024. Foto: Dibyangshu SARKAR/AFP
Data NCRB menunjukkan tingkat hukuman untuk kasus pemerkosaan di India hanya berkisar antara 27 persen hingga 28 persen dari 2018 hingga 2022. Angka ini termasuk yang terendah dibandingkan dengan kejahatan serius lainnya seperti pembunuhan dan penculikan.
Sebagai perbandingan, di Inggris tingkat hukuman untuk kasus terkait pemerkosaan mencapai 60,2 persen pada tahun anggaran 2023-24. Di Kanada, 42 persen dari semua kasus kekerasan seksual di pengadilan pidana dewasa berakhir dengan temuan bersalah.
Rebecca menambahkan, beberapa hakim di India mungkin enggan menjatuhkan hukuman berat karena keraguan terhadap bukti yang tidak kuat.
"Jika hakim memiliki kebijaksanaan lebih dalam memutuskan hukuman, mungkin dia bisa menurunkannya, memastikan bahwa pelaku tetap dihukum," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Meski ada perubahan, para ahli hukum menyoroti dinamika kelas dan kasta sering kali memengaruhi apakah sebuah kasus akan mendapatkan perhatian yang layak.
Banyak yang merasa meskipun sebuah kasus menjadi berita besar, hal itu tidak selalu membawa perubahan berarti pada sistem peradilan yang terbebani.