Mengapa Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Tribun Selatan yang Tak Ada Gesekan?

10 Oktober 2022 13:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal janggal terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan Sabtu (1/10) malam yang sejauh ini menewaskan 131 orang. Salah satunya soal rentetan tembakan gas air mata ke tribun.
ADVERTISEMENT
Dengan metode open-source intelligence melalui analisis metadata, kumparan mengekstraksi informasi penting dengan mencermati waktu pengambilan gambar, peranti yang digunakan, serta koordinat pengambilan gambar atau video.
Kumpulan video dan foto itu kemudian dianalisis satu per satu. kumparan juga melakukan triangulasi dari satu gambar ke gambar lainnya untuk mencocokkan waktu kejadian. Layaknya kepingan puzzle, video dan foto tersebut lalu direkonstruksi untuk mencari tahu kebenaran atas peristiwa maut di Kanjuruhan.
Kekalahan 2-3 dan rekor buruk setelah 23 tahun kalah dari Persebaya membuat Aremania kecewa. Satu per satu penonton dari tribun Timur melakukan pitch invasion (masuk ke lapangan) sambil mengejar pemain—salah satunya untuk memeluk idola mereka.
Hal ini yang kemudian membuat penonton lainnya dari tribun yang sama ikut turun ke lapangan. Sebab, di saat yang sama tak ada tanda-tanda aparat langsung berupaya mencegah dan menormalisasi situasi.
ADVERTISEMENT
Para pemain Arema lantas undur diri—beberapa sambil setengah berlari—menuju ruang ganti di bawah tribun VIP/VVIP di bagian barat stadion.
Penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
Barulah saat sang kiper Adilson Maringa menjadi 'sasaran' pelukan Aremania yang ingin memeluknya, aparat masuk melindungi.
Aparat keamanan—polisi bertameng dan tentara—mengadang para suporter yang hendak memeluk pemain Arema lebih jauh. Petugas juga berusaha melindungi dan mengawal Maringa menuju ruang ganti.
Situasi makin pelik ketika flare bermunculan. Dari tribun VIP hingga selatan.
Dalam kondisi demikian polisi menembakkan gas air mata ke tribun 10, 11,12, 13, dan 14 di bagian selatan. Tak ada tindakan yang mengawali sebelum itu terjadi, misalnya dengan menggunakan water canon.
Versi Kapolri, tembakan gas air mata diarahkan ke tribun selatan sebanyak 7 dari total 11 tembakan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, korban tewas paling banyak ditemukan di tribun selatan pintu 13.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa polisi menembakkan gas air mata ke sana? Tidak timbul gesekan berarti selain flare yang memang 'biasa' muncul meski dilarang.
Bukankah yang pertama memulai pitch invasion dari tribun timur?
Lalu, terlihat flare juga muncul di tribun VIP dekat bench pemain, tapi tidak ada gas air mata ke arah sini.
Belum ada penjelasan detail pihak aparat terkait pertanyaan-pertanyaan ini.