Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengapa Tidak Ada Palestina di Google Maps?
13 Desember 2017 10:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Di tengah kisruh soal pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh Presiden AS Donald Trump, muncul isu baru di media sosial. Beberapa pengguna Twitter menemukan tidak adanya peta Palestina di Google Maps.
ADVERTISEMENT
Memang jika kita mencari kata Palestina di Google Maps, tidak akan ditemukan. Di peta yang seharusnya negara itu berada, hanya ada kata "Israel", tanpa Palestina.
Sementara Tepi Barat dan Gaza tertulis dalam Google Maps dengan font tipis abu-abu. Wilayah Tepi Barat dan Gaza dibatasi hanya dengan garis putus-putus yang menandakan wilayah yang masih dipersengketakan. Palestina dalam Google Maps hanya muncul di bagian kanan, berupa keterangan soal wilayah itu yang diambil dari Wikipedia.
Dalam content management system (CMS), sebuah aplikasi komputer untuk memodifikasi konten digital, yang menggunakan Google Maps sebagai sistem pemetaan juga tidak ditemukan kata Palestina. Jika diketikkan kata Palestine dalam CMS berbasis Google Maps, yang keluar kebanyakan adalah wilayah Palestine di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya perkara ini bukan barang baru. Masalah "hilangnya" Palestina dalam peta Google Maps telah ramai diperbincangkan sejak pertengahan 2016. Awalnya masalah ini diungkap oleh forum jurnalis Palestina yang mengecam Google, dan lantas ramai di sosial media.
Para jurnalis Palestina khawatir Google telah memaksakan pola pikir bahwa Palestina tidak diakui sebagai sebuah negara. Padahal ada 136 negara anggota PBB yang mengakui Palestina adalah negara berdaulat. Sikap yang menyatakan Palestina hanya sebuah entitas -bukan negara-
diambil oleh Amerika Serikat dan kebanyakan negara Barat.
Tahun lalu tandapagar #PalestineIsHere menjadi trending topic di Twitter. Pengguna tagar ini ingin menunjukkan keberadaan Palestina yang tidak terdapat di peta Google, sekaligus sebagai bentuk kemarahan tidak diakuinya negara tempat Masjidil Aqsa berada.
ADVERTISEMENT
Petisi agar Palestina dimasukkan ke dalam peta Google telah ditandatangani oleh lebih dari 357 ribu orang di situs Change.org . Tapi tetap saja, hingga kini Palestina tidak ada di peta Google, hanya Tepi Barat dan Gaza.
Mengapa demikian?
Akibat ramai kecaman atas hilangnya Palestina di Google Maps, pihak Google akhirnya mengeluarkan klarifikasi. Mereka mengatakan, Palestina tidak hilang dari Google Maps, karena memang tidak pernah ada sebelumnya pada peta tersebut.
Bagaimana bisa sesuatu yang tidak pernah ada dikatakan hilang, kiranya itulah maksud dari Google.
"Tidak pernah ada label 'Palestina' di Google Maps," kata juru bicara Google Elizabeth Davidoff saat itu.
Namun mereka mengakui adanya kesalahan teknis yang menyebabkan Jalur Gaza dan Tepi Barat hilang selama beberapa saat. "Kami langsung bekerja untuk mengembalikan label ini [Tepi Barat dan Gaza]," kata Davidoff.
Tidak dijelaskan sikap apa yang diambil Google soal mengapa mereka tidak memasukkan nama Palestina. Pasalnya dalam beberapa kasus, Google mencoba memuaskan banyak pihak yang bersengketa dengan membuat beberapa versi peta sesuai dengan klaim masing-masing.
ADVERTISEMENT
Seperti sengketa Crimea yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014 lalu. Dalam peta Google Maps di situs Inggris, Crimea dipisahkan dari Ukraina dengan garis putus-putus abu-abu tua. Pemandangan berbeda terlihat di Google Maps Rusia ketika itu, Crimea dipisahkan dengan garis tegas hitam menandakan bukan lagi bagian dari Ukraina.
Hal ini terjadi juga untuk peta India dan China. Menghindari sanksi berat dari India soal pemetaan wilayah sengketa dengan China, Google akhirnya mengambil jalan tengah dengan memberikan garis tegas dan garis putus-putus sekaligus untuk wilayah yang diperebutkan kedua negara.
Kasus terparah terjadi pada 2010. Saat itu peta Google mengalami error sehingga "memberikan" sebagian lahan Kosta Rika kepada negara tetangga Nikaragua. Hal ini memicu ketegangan antara kedua negara. Menurut Google saat itu, hal ini terjadi karena mereka mengambil data pemetaan yang salah dari Kementerian Luar Negeri AS.
ADVERTISEMENT