Mengapa Varian Corona Mu Pertama Kali Muncul di Kolombia?

10 September 2021 17:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Varian corona Mu pertama kali muncul di Kolombia, Amerika Selatan. Namun kini pemerintah Indonesia mulai mewaspadai.
ADVERTISEMENT
Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio mengungkapkan, saat ini proporsi varian Mu masih terkonsentrasi di Amerika Selatan. Paling banyak di Kolombia 39 persen.
Lantas, mengapa varian ini pertama kali muncul di Kolombia?
"Virus ini bisa bermutasi kapan dan di mana saja. Juga telah bermutasi di Indonesia sudah ada juga. Itu tidak bisa diprediksi karena mutasi terjadi secara acak dan terus menerus. Ketika virus bisa menginfeksi dan replikasi dan ketika memperbanyak diri terjadi mutasi," kata Amin dalam Live Corona Update kumparan, Jumat (10/9).
Jadi virus tak bisa memilih ke mana dan di mana ia bermutasi. Semua tergantung beberapa faktor seperti, kecepatan mutasi yang dipengaruhi penularan, host (manusia tempat virus bereplikasi), dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Kemudian diikuti seleksi, mutasi yang menyebabkan lebih fit akan survive. Karena terjadi secara acak negara tak bisa dipilih-pilih, hanya mungkin pattern lain yang menentukan penyebarannya. Apakah menyebar atau hanya di daerah tertentu. Sangat dipengaruhi lingkungan dan manusia genetiknya," jelas dia.
"Mungkin karena persentasenya di sana (Kolombia) paling tinggi, di global hanya 0,1 persen. Salah satu faktor kecepatan mutasi yang difasilitasi penularan. Bermutasi terjadi ketika virus bereplikasi atau memperbanyak diri," sambungnya.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio. Foto: Youtube/@DPMPTSP DKI Jakarta
Oleh WHO varian Mu masuk ke kategori varian of interest (VOI) atau yang menjadi perhatian. Sebab, memiliki salah satu sifat yang harus diawasi.
Sebuah varian bisa masuk VOI kalau ia diduga menular lebih cepat, bisa lolos dari diagnostik atau tak terdeteksi beberapa platform PCR, menyebabkan gejala klinis berbeda termasuk untuk kematian. Dan terakhir, kemungkinan virus ini bisa meloloskan diri dari antibodi baik pascavaksinasi atau para penyintas dan terapi.
ADVERTISEMENT
"Salah satu sifat yang dikhawatirkan (dari varian Mu) ia bisa lolos dari antibodi. Jadi menyebabkan vaksinasi menjadi tidak atau kurang efektif. Atau terapi juga tak efektif," ujarnya.