Mengejar Cuan dari Berburu Fotografi di CFD Jakarta

8 Desember 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ardi, fotografer di CFD Jakarta, Minggu (8/12/2024). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ardi, fotografer di CFD Jakarta, Minggu (8/12/2024). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap Minggu pagi, kawasan Car Free Day (CFD) di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta Pusat dipadati orang-orang yang olahraga lari, jalan santai ataupun kegiatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Di balik ramainya pelari dan orang-orang yang berolahraga itu, ada profesi unik yang turut hadir: fotografer Car Free Day (CFD).
Salah satu fotografer yang aktif menangkap momen di CFD adalah Ardi, seorang pemuda asal Tangerang yang telah memotret di kawasan CFD ini selama enam bulan terakhir.
“Kalau foto CFD ini baru sekitar 5-6 bulanan sih,” kata Ardi saat ditemui di area GBK.
“Peminatnya banyak dari berbagai kalangan. Apalagi kalau ada event-event, teman-teman fotografer pasti datang ke sini,” ujarnya.
Ardi menjelaskan, proses jual beli foto di CFD kini semakin modern. Para pengguna hanya perlu menggunakan aplikasi yang bisa diunduh di Playstore dan Appstore.
“Kalau cara belinya itu biasanya lewat *fotoyu*. Aplikasi itu pakai sistem tracking wajah. Jadi, setiap pengguna baru diharuskan selfie untuk tracking wajah,” jelas Ardi.
Ardi, fotografer di CFD Jakarta, Minggu (8/12/2024). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Setelah foto-foto diambil, sistem akan secara otomatis mencocokkan wajah pengguna dengan data base, sehingga foto bisa langsung diakses oleh pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau, berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per foto, dengan harga rata-rata di angka Rp 50.000.
Sebagai fotografer, Ardi punya target tertentu dalam mengambil gambar. “Biasanya yang saya incar itu pelari. Pelari yang style-nya benar-benar pelari, gitu,” ungkapnya.
Selain itu, keluarga yang sedang menikmati waktu bersama juga menjadi objek favorit Ardi.
“Biasanya ada keluarga yang sempat foto bareng, atau pasangan muda yang lagi jalan berdua. Itu sering banget saya ambil,” tambahnya.
Meski bekerja di balik kamera, Ardi merasa profesinya lebih dari sekadar mengambil gambar. Baginya, setiap foto yang diambil adalah cerita.