Mengenal 10 Finalis kumparan X YouTube Video Competition

9 Mei 2019 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cover kumparan x YouTube Video Competition. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cover kumparan x YouTube Video Competition. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Tak terasa, tinggal 1 hari lagi periode voting kumparan X Youtube Video Competition akan ditutup. Sebelumnya, dari 600 karya video yang terdaftar sebagai peserta, juri telah memilih 10 video terbaik untuk masuk ke tahap voting.
ADVERTISEMENT
Masing-masing video menyuguhkan cara unik untuk menyampaikan pesan bertema #JernihMemilih. Selain itu, profil peserta juga beragam, mulai dari fotografer hingga Aparatur Sipil Negara (ASN).
Yuk, kenal lebih dekat dengan para finalis kumparan X YouTube Video Competition dan cerita di balik karyanya, satu per satu.
1. Anggi Kurniawan dengan karya ‘Pemenang Pemilu Sudah Ketahuan!’
Bagi Anggi, proses produksi film sudah seperti makanan sehari-hari. Pria yang berdomisili di Aceh ini sudah lama menjadi editor di televisi dan production house.
Tidak hanya sebagai tempat tinggal, Aceh memberikan perspektif berbeda dalam mengapresiasi karya film. “Jadi Aceh punya sensor ganda dalam memutar film di ruang publik,” ungkap Anggi.
Melalui karyanya yang mengangkat scene meja makan, Anggi ingin menyampaikan pesan bagaimana banyak orang ribut-ribut soal hal kecil. Sebagaimana yang terjadi pada pemilu. Sehingga konteks demokrasi menjadi hilang.
ADVERTISEMENT
2. Dody Oktavian dengan karya ‘Silakan Milih’
Seni sudah menjadi bagian dari kehidupan Dody Oktavian. Selain menjalani pekerjaannya sebagai art director, ia juga aktif melukis dan berburu foto saat travelling.
Sebagai orang yang bekerja di ranah digital, ia kerap dibikin kesal dengan ribut-ribut salam jari dari paslon. Untuk itu, ia membuat film dengan pesan, apapun pilihannya, ingat sila ke-3, Persatuan Indonesia.
“Pesan tersebut saya rasa bisa menyadarkan kita ke esensi yang paling dalam tentang pentingnya rasa persaudaraan dan persatuan,” tandasnya.
3. Nasrul Hisyam dengan karya ‘Pikiran, Perasaan dan Pilihan’
Duo animator asal Yogyakarta, Muhammad Anasrul Hisyam dan Syaiful Mustain mencoba menyebarkan semangat #JernihMemilih. Itu karena, keprihatinan terhadap arus hoaks yang semakin deras jelang pemilu.
ADVERTISEMENT
“Wah kebetulan sekali, kayaknya dengan ikut lomba ini bisa menyalurkan bidang animasi,” ungkap Hisyam saat melihat akun Instagram kumparan.
Dengan film animasi pendek itu, Hisyam mencoba memberikan pandangan, agar publik jangan mudah terpengaruh berita atau omongan orang lain.
4. Sutradara Amatir dengan karya ‘Jamban’
Sutradara Amatir merupakan rumah produksi yang didirikan tiga tahun yang lalu. Komunitas ini diinisiasi oleh seorang ASN yang bekerja di kantor imigrasi, Sambas, Kalimantan Barat.
Film pendek dengan judul ‘Jamban’ menceritakan tentang sistem politik Indonesia dengan beragam permasalahan. Salah satu yang paling besar adalah money politics.
“Semoga film ‘Jamban’ ini mengilhami masyarakat untuk benar-benar jernih memilih dengan pikiran dan hati yang bersih,’ kata Sutradara Amatir.
ADVERTISEMENT
5. Kiki Wildan dengan karya Perdjoeangan Pemoeda
Kiki merupakan music and video director asal Tegal, Jawa Tengah. Pekerjaan sehari-harinya berkaitan dengan shooting dan membuat storyboard.
Di sela pekerjaannya itu, ia merasa tempat nongkrong menjadi tidak asyik karena perpecahan politik. Ia dibuat gelisah karena sebaran informasi yang tidak jelas. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk mengikuti kumparan X YouTube Video Competition.
“Para pahlawan sudah berjuang mati-matian menyatukan Indonesia, mereka gugur, saya rasa perjuangan pemuda zaman now tidak sehoror pemuda jaman penjajahan,” ucap Kiki.
Keseharian Jafri tidak jauh dari dunia videografi. Sebelum pindah ke e-commerce, ia sempat mencicipi dunia media mainstream di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ia mencoba mengikuti kompetisi ini karena sudah muak dengan perbincangan politik yang banyak dibumbui hoaks. Hingga akhirnya tercetus video berjudul ‘Jernihkan Pikiran, Pilih secara Rasional’.
“Pesan yang ini kami sampaikan yaitu kita menerima masukan terkait pemilu dari lingkungan atau media, tapi pada saat pemilu yang harus dilakukan adalah memilihnya dengan jernih, sesuai visi misi,” ungkapnya.
7. Selenophine Project dengan karya ‘Bimbang Pembimbing’
Selenophine Project merupakan rumah produksi yang fokus dalam bidang film dan video pendek. Organisasi tersebut dipimpin Patrick Warmanda.
Melalui videonya, tim ini mencoba menganalogikan kehidupan urban anak muda yang dituntut berpikir kritis soal pemilu.
“Rasanya jadi sangat mirip ketika disandingkan dengan kondisi persiapan pemilu yang akan kita hadapi belakangan ini,” ucap Patrick.
ADVERTISEMENT
8. Black and White dengan karya ‘Milih Sopo
Black and White merupakan perkumpulan fotografer, videografer, dan digital imaging artist. Karena sering terlibat dalam project bersama, akhirnya mereka melahirkan video ‘Milih Sopo’. Video itu digarap setelah proses sharing dan brainstorming.
“(Video ini muncul) karena semakin sedikit ruang tersisa untuk sebuah pertemanan gara-gara Pemilu,” ungkap salah satu kru Black and White.
Dengan alasan itu, Black and White ingin mengingatkan harus tetap berpikir jernih meski pemilu memanas. Sebab, masih ada jalinan pertemanan yang harus dijaga.
9. Fadly Sampulawa dengan karya Gak Salah Pilih’
Salah satu motivasi Fadly Sampulawa mengikuti ajang ini adalah untuk mengasah kemampuan produksi secara utuh. Sebab, ia lebih banyak terlibat dalam bidang kreatif di sebuah rumah produksi.
ADVERTISEMENT
“Tipe produksi yang saya gunakan mengarah ke comedy dengan treatment commercial. Artinya video yang diproduksi lebih padat secara penggambaran cerita,” ujar Fadly.
Melalui ‘Gak Salah Pilih’, Fadly ingin menyampaikan bahwa memilih adalah tanggung jawab. Bagaimanapun dampaknya, kita harus siap menjalaninya.
10. Sawarna Creative dengan karya ‘Umpan’
Sawarna Creative merupakan wadah bagi pemuda di Palembang untuk belajar dalam proses kreatif. Gita Zamandora, lulusan jurusan farmasi, merupakan salah satu anggotanya.
Gita mengungkapkan, panasnya suhu politik berimbas ke kehidupan sosial anak muda. Untuk itu, ia ingin mencoba mengurangi fanatisme tersebut melalui video.
“Teman bisa jadi lawan karena opini-opini media massa,” ungkapnya.