Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Hongi, Salam Tempel Hidung Khas Maori yang Dilakukan Jokowi
19 Maret 2018 18:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan kenegaraannya ke Selandia Baru, Presiden Joko Widodo dan Iriana disambut dengan upacara khas Suku Maori. Upacara dimulai dengan perkenalan Jokowi dengan tetua Suku Maori bernama Piri Sciascia.
ADVERTISEMENT
Jokowi kemudian bersentuhan hidung dengan tetua suku Maori tersebut. Tradisi itu dinamakan hongi.
"Secara umum salam hongi, tradisi masyarakat Maori, penduduk asli Selandia Baru, merupakan cara masyarakat Maori dalam menyambut tamu. Dengan beradu hidung, artinya "berbagi napas kehidupan"," terang Tubagus Luthfi, dosen Sejarah Universitas Indonesia kepada kumparan (kumparan.com), Senin (19/3).
Hongi yang diberikan kepada Jokowi pada dasarnya bukan sekadar salam belaka. Ada arti penting di balik pemberian salam hongi itu.
"Artinya jika disambut dengan cara tersebut, Presiden Jokowi artinya bukan lagi sekadar tamu, tapi sudah dianggap menjadi bagian dari penduduk/warga/masyarakat Selandia Baru," tambah Luthfi.
Menurut Luthfi, meski hongi bukan merupakan tradisi masyarakat mayoritas Selandia Baru, pemberian hongi kepada Presiden Jokowi merupakan cara diplomasi dari pemerintah setempat.
Hongi sendiri merupakan rangkaian dari upacara penyambutan yang bernama powhiri. Powhiri dilakukan di sebuah Marae, semacam pendopo atau balai pertemuan rakyat.
ADVERTISEMENT
Selain hongi, dalam powhiri terdapat beberapa aktivitas seperti, pidato, tarian, dan nyanyian.
Awal mula hongi
Profesor Angus Macfarlane dari studi Maori University of Canterbury mengatakan, awalnya hongi memegang peran penting dalam mitologi Maori. Dewa Tāne-nui-a-Rangi menciptakan bentuk perempuan pertama, Hine-ahu-one, dari bumi dan mengembuskan napas kehidupan kepadanya dengan menekan hidungnya.
"Tane dianggap sebagai nenek moyang Te Ao Maori (bangsa Maori) dan dari situlah napas kehidupan berasal," kata Macfarlane dikutip dari Stuff.
Saat melakukan hongi dan saling berbagi napas, itu merupakan sebuah simbol yang menunjukkan persatuan di antara dua orang.
Hongi biasanya dilakukan dalam kondisi yang cukup khidmat. Namun, hongi juga kadang dilakukan dalam suasana riang dan penuh kegembiraan. Semua tergantung pada jenis acara yang diadakan.
ADVERTISEMENT
Dari segi jenisnya, selain bersentuhan hidung, hongi juga ada yang bersentuhan dahi. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya saling berbagi pengetahuan.
Di sisi lain, berdasarkan penjelasan Profesor Te Hurinui Clarke, dari Canterbury University's College of Education, hongi di tempatnya terdiri dari dua proses bersentuhan hidung. Satu untuk menyapa seseorang dan satunya lagi untuk menyapa leluhur.
"Saya sering lupa bahwa harus menempel dua kali saat pulang. Saya melakukan hongi sekali dan kemudian ditarik lagi beberapa saat kemudian," kata Clarke.