Mengenal Istilah Badai yang Sampai Bikin Orang Kantoran Jakarta WFH

1 Januari 2023 15:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi badai. Foto: Paulo Jr/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badai. Foto: Paulo Jr/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu badai bikin heboh Jakarta. Imbasnya orang kantoran di Jakarta sampai work from home atau WFH mengikuti imbauan pemerintah. Lalu sebenarnya apa makna badai itu?
ADVERTISEMENT
"Badai dikaitkan dengan cuaca dengan potensi merusaknya yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi. Masih dalam definisi di atas, karakteristik badai (storm) lebih pada ciri merusaknya dengan kecepatan angin di atas 100 km/jam," kata Assoc. Prof. Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Dr. Deni Septiadi dalam keterangannya, Minggu (1/1).
Ilustrasi badai. Foto: Pedro Turrini Neto/Shutterstock
Berikut ulasan lengkap Deni soal definisi badai:
Terminologi Badai Dahsyat yang Bikin Resah
Seminggu ini publik benar-benar dihebohkan dengan prediksi “badai dahsyat” di jabodetabek pada tanggal 28 Desember 2022. Faktanya, tidak ada badai apalagi dahsyat di jabodetabek! Beragam tanggapan baik positif maupun negatif terhadap isu “badai dahsyat” datang dari penggiat media, masyarakat, peneliti, DPR, dan BMKG tentunya sebagai institusi yang paling berwenang dalam memberikan diseminasi informasi terkait cuaca yang dinaungi dalam UU no. 31 tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
ADVERTISEMENT
Informasi “badai dahsyat” dari non BMKG ini bahkan direspons Gubernur DKI yang mengimbau diberlakukannya WFH. Banyak karyawan yang terpaksa diliburkan, semua siaga, BNPB bahkan merespons dengan kegiatan modifikasi cuaca TMC untuk “menghalau” isu badai ini.
Tentu saja ini suatu konsekuensi dan kerugian yang sangat tidak murah apabila dihitung dari sisi materi, belum lagi trauma dan ketakutan banyak pihak seandainya “badai dahsyat” betul-betul terjadi.
Sebenarnya apa itu badai?
• Definisi Badai
Merujuk pada kamus besar Bahasa Indonesia, badai diartikan sebagai angin kencang yang menyertai cuaca buruk (yang datang dengan tiba-tiba) berkecepatan sekitar 64–72 knot (119-133 km/jam). Sementara itu, mengacu ada glossary meteorology yang menjadi acuan para penggiat dan pakar meteorologi, badai (storm) didefinisikan sebagai gangguan terorganisir pada atmosfer bumi dengan dimensi ukuran dari meter hingga ratusan kilometer dari skala mikro seperti tornado atau puting beliung (small scale tornado) untuk istilah populernya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, badai dalam skala meso misalnya sistem konvektif skala meso (Mesoscale Convective System, MCS); dan skala sinoptik seperti Badai Tropis (Tropical Storm), Siklon (Cyclone), Topan (Hurricane). Badai dikaitkan dengan cuaca dengan potensi merusaknya yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi. Masih dalam definisi di atas, karakteristik badai (storm) lebih pada ciri merusaknya dengan kecepatan angin di atas 100 km/jam.
Mengacu pada dokumen UNDRR (United Nations Office for Disaster Risk Reduction) yang telah ditelaah pakar-pakar terkait di Indonesia melalui Pusdatinkom BNPB untuk diadopsi dalam kerangka Satu Data Indonesia, jenis-jenis bahaya terkait badai diklasifikasikan ke dalam beberapa kluster bahaya diantaranya terkait konvektif seperti downburst, petir dan badai petir (thunderstorm); terkait Lithometeor seperti badai pasir atau badai debu (Duststorm atau Sandstorm); terkait laut seperti gelombang badai (Storm Surge) dan badai pasut (Storm Tides); terkait tekanan seperti Depresi atau Siklon (Cyclone, Low Pressure Area, Tropical Depression); terkait presipitasi seperti badai salju (Blizzard atau snow storm), badai es (Ice storm); terkait angin seperti Derecho, angin kencang, badai Squall (squall lines), tornado.
ADVERTISEMENT
• “Badai” di sekitar Benua Maritim Indonesia (BMI)
Proses pertumbuhan awan dan hujan diinisiasi oleh pemanasan permukaan oleh radiasi gelombang pendek yang datang matahari (incoming solar radiation, insolation). Sebagai daerah yang dilewati garis khatulistiwa (ekuator) dan posisi pergerakan matahari utara-selatan, jelas BMI sangat surplus energi. Potensi tumbuh awan-awan konvektif seperti Cumulus (Cu) hingga Cumulonimbus (Cb) yang bahkan disebut sebagai awan badai (storm cloud) dan berkembang menjadi badai petir (thunderstorm) baik ber sel tunggal (single cell), bersel banyak (multi cell) hingga konvektif skala meso (Mesoscale Convective System, MCS) sangat masif. Beberapa jenis badai petir (thunderstorm) yang sering terjadi di BMI di antaranya seperti badai squall (squall lines), borneo vortex dan Meso Convective Complexes (MCC).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis (Tropical Cyclone Warning Center, TCWC) BMKG, sepanjang tahun 2008 hingga mei 2022 tercatat 11 badai tropis yang memasuki wilayah BMI seperti : Siklon tropis Durga, Kirrily, Anggrek, Bakung, Cempaka, Dahlia, Flamboyan, Kenanga, Lili, Mangga dan Seroja. Meskipun demikian, gaya semu Coriolis akibat rotasi bumi barat-timur akan membelokkan fluida (angin). Semakin menjauhi ekuatorial, efek defleksi akan semakin besar dan kuat yang tercermin dengan vortisitas fluida. Oleh karena itu, badai yang berada jauh diluar lintang rendah atau ekuatorial akan semakin bengis bahkan dapat mencapai kecepatan di atas 250 km/jam (kategori 5). Sebaliknya, untuk wilayah BMI, efek Coriolis yang semakin lemah (mendekati nol di ekuatorial), badai yang terbentuk tidak sebesar kekuatan badai pada lintang menengah (siklon ekstra tropis).
ADVERTISEMENT
• Terminologi “Badai” dalam diseminasi informasi cuaca
Atas uraian di atas, jelas meskipun dilabeli sebagai daerah dengan konveksi terbesar di dunia karena surplus sumber energi insolasi dengan suhu muka laut (SST) yang sepanjang tahun cenderung hangat (>26℃), BMI bukanlah daerah ideal tumbuh berkembangnya “badai”. Terminologi “badai” tanpa keterangan dan penjelasan rinci apalagi ditambah “badai dahsyat” akan menafsirkan badai sesungguhnya dengan potensi bencana akibat hujan ekstrem, petir, angin dengan kecepatan di atas 100 km/jam.
Dalam membuat prediksi berbasis dampak (impact based forecast) tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh “forecaster” di antaranya adalah : melakukan Identifikasi terkait jenis dan fenomena atmosfer, menganalisis data-data dukung meteorologi insitu dan real time baik yag didapat dari observasi permukaan, udara atas, satelit dan radar, melakukan pemodelan cuaca baik dengan pendekatan statistika dan Numerical Weather Prediction (NWP) serta intuitif forecaster, kemudian melakukan updating dan verifikasi ouput model untuk meyakinkan analisis. Terakhir yang tidak kalah penting adalah mendiseminasikan hasil prediksi kepada publik dengan bahasa yang mudah dipahami, jelas, dan tidak berlebihan dengan diksi “bombastis” yang malah akan membuat kepanikan publik. Informasi terkait cuaca yang bersifat khusus dan sensitif seperti “badai” yang memiliki potensi dampak yang luas baik itu keselamatan, ekonomi, serta psikologis publik sebagai upaya antisipasi, pengurangan bencana (hazard reduction) dan mitigasi harus terkoordinasi dengan Lembaga atau badan terkait, yang dalam hal ini adalah BMKG sebagaimana tertuang dalam UU no. 31 tahun 2009.
ADVERTISEMENT
Dr. Deni Septiadi
Assoc. Prof. Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG)
Ketua Pokja Bencana Hidrometeorologi, Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI)