Mengenal Masyarakat Musahar, Pemakan Tikus dari Daerah Miskin India

7 Desember 2017 20:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
'Rat Eaters' atau pemakan tikus dari Bihar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
'Rat Eaters' atau pemakan tikus dari Bihar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
ADVERTISEMENT
Di sebuah halaman yang kotor dan penuh lumpur, orang-orang berkerumun sembari bertepuk tangan menyaksikan seekor tikus dibunuh. Phekan Manjhi, pria berusia 60 tahun, adalah orang yang berhasil membunuh si tikus dengan memukulnya beberapa kali di bagian kepala.
ADVERTISEMENT
Phekan dan orang-orang yang mengerumuninya adalah masyarakat Musahar di wilayah Bihar, sebuah provinsi di India. Musahar merupakan orang-orang yang dianggap sebagai kasta paling rendah dalam sistem kasta di India dengan kehidupan yang teramat miskin.
Dilansir AFP Kamis (7/11), memburu tikus bagi masyarakat Musahar adalah hal yang biasa. Sebabnya, orang-orang Musahar dikenal sebagai 'Rat Eaters' atau pemakan tikus. Usai melakukan eksekusi pada tikus-tikus, biasanya mereka akan menyantapnya dengan makanan lainnya.
Phekan mengatakan, untuk menyiapkan rebusan tikus membutuhkan waktu 15 menit.
"Hampir semua orang di sini menyukainya dan mengerti tentang persiapannya (memasak)," ujar Phekan.
Daging tikus yang sudah dibakar di Bihar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Daging tikus yang sudah dibakar di Bihar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
Phekan merupakan salah satu dari sekitar 2,5 juta kaum Musahar. Musahar bahkan dianggap lebih rendah dibandingkan kasta Dalit atau Paria, salah satu kasta terendah di India yang dijuluki sebagai untouchable atau haram untuk disentuh.
ADVERTISEMENT
"Mereka (Musahar) adalah yang termiskin di antara yang paling miskin dan sulit mendapat akses ke pemerintahan," ujar Sudha Varghese, yang menghabiskan tiga dekade bekerja di antara orang-orang Musahar di Bihar.
Sebagian besar masyarakat Musahar hidup dengan penghasilan satu dolar AS atau sekitar Rp 13.000 per harinya.
"Ini (memakan tikus) merupakan hal yang sehari-hari dilakukan untuk makan dan berikutnya adalah penyakit, seperti kusta yang menjadi kenyataan setiap harinya," kata Varghese, yang dianugerahi penghargaan sipil dari Pemerintah India atas kerja kerasnya di Bihar.
Anak-anak Musahar di Bihar, India (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Musahar di Bihar, India (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
Tetangga Phekan di Desa Alampur Gonpura, Rakesh Manjhi, hanya bisa meratapi kehidupannya di Bihar.
"Kami duduk di rumah sepanjang hari tanpa melakukan apapun. Beberapa hari terkadang kami bekerja di pertanian, pada hari-hari lain kami kelaparan atau menangkap dan memakan tikus dengan sedikit gandum yang bisa kami dapatkan," kata Rakesh.
ADVERTISEMENT
Sembari siap menyantap seekor tikus yang sudah dibakar dihadapannya, Phekan mengamini apa yang dikatakan oleh tetangganya tersebut.
"Pemerintah mungkin telah berganti, tapi tidak ada yang berubah bagi kami. Kami masih makan, hidup, dan tidur seperti nenek moyang kami," timpal Phekan.
Phekan memotong daging-daging yang sudah terbakar tadi lalu memasukkannya ke dalam mangkuk. Dengan tambahan garam dan minyak mustar, hidangan yang disajikan layaknya pesta itu habis dalam sekejap karena menjadi rebutan belasan anak-anak yang terlihat sangat lapar.
Anak-anak Musahar di Bihar, India (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Musahar di Bihar, India (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
"Tidak ada apa-apa selain pendidikan yang bisa mengubah hidup dan masa depan kita," kata Jitan Ram Manjhi, Menteri Utama negara bagian Bihar dari tahun 2014 hingga 2015.
Sewaktu masih kanak-kanak, Jitan hidup dengan menggiring hewan ternak untuk tuan tanah kaya raya yang mempekejakan orang tuanya sebagai buruh.
ADVERTISEMENT
"Mereka hampir seperti budak, mendapatkan satu kilogram gandum untuk pekerjaan sehari-hari. Bahkan sampai hari ini, hal tersebut tidak banyak berubah," ujarnya.
Walaupun sulit, masih ada cara di Bihar untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakatnya terutama komunitas Musahar. Seperti yang dilakukan oleh J.K Sinha. Sinha mendirikan sekolah pribadi Shosit Samadhan Kendra (SSK) yang ditujukan kepada anak laki-laki Musahar di pinggiran Putna, Ibu Kota Bihar.
"Saya memulainya sekitar satu dekade lalu. Saat itu sekolah ini hanya memiliki empat siswa dan sekarang sudah menjadi 430 siswa Musahar dari seluruh Bihar," tutur Sinha.
Jitan Ram Manjhi, mantan Menteri Utama Bihar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jitan Ram Manjhi, mantan Menteri Utama Bihar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
R.U Khan, Kepala Sekolah SSK mengatakan, orang-orang Musahar selalu menghadapi diskriminasi dan kemelaratan di mana pun mereka hidup.
"Sebagian besar dari mereka masih bekerja sebagai buruh tani yang dipaksa menangkap tikus atau bekicot di ladang dan mengais gandum jika gagal panen," kata Khan.
ADVERTISEMENT
Dari 430 siswa di SSK, 117 di antaranya kehilangan ayah mereka sejak masih kecil.
"Dibutuhkan setidaknya satu bulan untuk mengajari mereka keterampilan pribadi dan sosial yang paling dasar, seperti menggunakan toilet, mencuci tangan atau pun makanan," tambah Khan.
Murid-murid di Sekolah Musahar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Murid-murid di Sekolah Musahar (Foto: SAJJAD HUSSAIN / AFP)
Sementara itu, pandangan berbeda datang dari Menteri Kesejahteraan Bihar, Ramesh Rishidev yang bersikeras bahwa kehidupan orang-orang Musahar telah membaik.
"Kami telah bekerja keras dengan masyarakat, termasuk orang-orang Musahar. Para pekerja kami mendatangi masyarakat agar anak-anak mereka bisa terdaftar di sekolah dan memberikan proyek pelatihan untuk memberi mereka kesempatan kerja," ujar Rishidev.
Rishidev menambahkan, dahulu orang-orang Musahar memakan tikus supaya tidak kelaparan, sedangkan yang saat ini mereka lakukan merupakan budaya dan bukan karena keterpaksaan.
ADVERTISEMENT
"Beberapa dari mereka, generasi yang lebih tua, memakan tikus karena itu menjadi sebuah tradisi. Sebagian besar generasi muda kini tidak memakannya, beberapa hal kini telah berangsur baik dan selanjutnya akan berubah," tutur Rishidev.