Mengenal Mesin AIS Kominfo: Bisa Deteksi Konten Hoaks hingga Situs Porno

21 September 2023 16:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi keamanan siber. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keamanan siber. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Salah satu tugas tim monitoring konten Kominfo adalah membasmi hoaks. Pekerjaan itu didukung sejumlah tools canggih dalam pengoperasiannya. Salah satu alat yang digunakan adalah mesin pengais konten negatif (AIS).
ADVERTISEMENT
Mesin tersebut menggunakan teknologi AI (artificial intelligence). Mesin seharga Rp 200 miliar itu jadi andalan para staf yang jumlahnya mencapai 250 orang. Mesin tersebut bisa mendeteksi konten hoaks, situs judi, hingga situs porno.
"Jadi sebetulnya ada banyak engine ya, banyak mesin. Tapi secara umum kita sebutnya mesin pengais. Tapi kalau real-nya itu crawler engine, mesin-mesin crawling yang menggunakan teknologi AI," kata Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Teguh Arifiadi kepada kumparan, Kamis (21/9).
Pembicara Teguh Arifiyadi pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (20/9/2013). Foto: Melly Meiliani/kumparan
Lantas, bagaimana cara mesin tersebut bekerja?
Dilansir dari kominfo.go.id, mesin AIS merupakan mesin crawling yang bisa dioperasikan secara otomatis. Crawling sendiri merupakan proses membaca dan menyimpan konten yang berada di dalam sebuah website.
Mesin AIS ini berada di ruang Cyber Drone 9 Lantai 8 Gedung Kominfo. Mesin tersebut telah dioperasikan sejak 2018 lalu. Di masa-masa awal, ada 106 orang yang bekerja dalam tiga shift selama 24 jam nonstop.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi gedung Kominfo. Foto: Uwe Aranas/Shutterstock
Proses kerja mesin tersebut terbilang sederhana. Pertama, para staf akan memasukkan kata kunci pencarian. Selajutnya mesin tersebut akan melakukan crawling jutaan konten.
Konten yang diperoleh dari berbagai situs atau media sosial akan dilempar ke mesin pendamping yang mengurutkan hasil pencarian berdasarkan engagement atau dampaknya di medsos.
Semakin viral atau populer suatu situs dan konten media sosial, artinya semakin berbahaya isi dari konten tersebut. Penilaian ini dilakukan oleh mesin AIS.
Cyber Drone 9 Kominfo. Foto: Dok. Istimewa
Setelah proses crawling selesai, mesin akan mengambil screnshoot situs maupun media sosial. Hasil tangkapan layar itu yang kemudian dikirim ke tim verifikator, yaitu anggota tim AIS. Tim verifikator akan jadi tahap terakhir yang menentukan apakah konten tersebut bisa disensor atau bahkan di-take down.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kecanggihan mesin tersebut, Teguh menilai peran masyarakat dalam menangkal hoaks sangat diperlukan. Sebab, kata dia, Kominfo hanya berada di level hilir. Sementara, masyarakat dan pengguna berada di hulu.
"Kami ini kan hanya di level middle ataupun di hilir. Tapi di hulunya adalah para pengguna, literasi, pengetahuan para pengguna. Mau sebanyak apa pun hoaks. Kalau di level hulunya bagus mereka pasti akan akan menolak. Mereka akan mengklarifikasi sendiri," pungkasnya.