Mengenal Period Poverty, Alasan Selandia Baru Gratiskan Pembalut untuk Siswi

19 Februari 2021 15:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menstruasi. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menstruasi. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Peristiwa bersejarah terjadi di Selandia Baru pada Kamis (18/2/2021). Perdana Menteri Jacinda Ardern memutuskan menggratiskan produk menstruasi gratis untuk pada siswi di sekolah.
ADVERTISEMENT
Aturan ini akan berlangsung selama tiga tahun mulai bulan Juni 2021 mendatang.
Pemerintah setempat memberlakukan aturan ini sebagai upaya pemerintah untuk memberantas masalah yang disebut period poverty atau “kemiskinan menstruasi”, seperti yang dilansir dari New York Times.
Period Poverty adalah sulitnya akses untuk mendapatkan produk sanitasi, seperti pembalut atau tampon yang aman dan higienis karena masalah keuangan atau stigma dan sanksi komunitas.
Dikutip dari actionaid, period poverty mempengaruhi kondisi wanita dan anak perempuan di seluruh dunia. Masalah ini juga berpotensi risiko di bidang kesehatan, pendidikan perempuan dan anak perempuan, hingga kesejahteraan mereka.
CBS melansir bahwa sekitar 2.535 hari dalam hidupnya wanita mengalami menstruasi.
Berarti, wanita harus mendapatkan akses ke pembalut, tampon atau menstrual cup yang cukup selama hampir tujuh tahun hidupnya. Biaya yang dikeluarkan cukup banyak, mengingat harga pembalut dan tampon yang tergolong lumayan mahal untuk sebuah produk sanitasi meski cenderung stabil.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan kemiskinan menjadi faktor terbesar dalam masalah period poverty. Jarang sekali ada fasilitas publik, seperti kupon atau promo untuk membeli produk sanitasi ini.
Dalam segi stigma komunitas, perempuan dan anak perempuan terkadang masih merasa malu dan takut selama menstruasi. Bahkan beberapa ada yang mengalami sanksi sosial, seperti ejekan karena terdapat bercak di bagian belakang pakaian mereka.
Ilustrasi tampon, panty liners, dan pembalut wanita Foto: Shutterstock
Di Selandia Baru, upah rendah, biaya hidup yang tinggi, dan kekurangan perumahan karena semakin meningkatkan harga membuat banyak orang di sana tidak mampu membelinya.
Dari alasan mengatasi masalah kemiskinan menstruasi inilah pemerintah Selandia Baru akan menggratiskan biaya untuk pembalut dan tampon.
Selain Selandia Baru, Skotlandia menjadi negara pertama yang menggratiskan pembalut untuk warganya. Aturan ini berlaku sejak November 2020 lalu.
ADVERTISEMENT