Mengenal PT Mustika Duta Mas, Pengimpor Pelontar Granat untuk Brimob

1 Oktober 2017 4:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rilis terkait dengan senjata Brimob. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rilis terkait dengan senjata Brimob. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berita soal senjata pelontar granat jenis Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) milik Polri yang tertahan di gudang penyimpanan kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, ramai sejak Sabtu (30/9). Senjata itu tiba pada Jumat (29/9) malam dengan pesawat sewaan jenis Antonov An-12 TB milik maskapai Ukraine Air Alliance UKL 4024.
ADVERTISEMENT
Menurut Mabes Polri, senjata itu dibeli dari Bulgaria. Nantinya, senjata itu akan digunakan Korps Brimob.
Muncul kabar senjata tertahan karena Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI belum mengeluarkan rekomendasi. Isu itu dibantah Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto.
Setyo mengatakan tidak ada masalah terkait pelontar granat yang baru tiba itu. 280 pucuk SAGL itu masih berada di gudang penyimpanan kargo karena masih dalam proses karantina.
Setelah karantina rampung, barulah BAIS datang untuk memeriksa senjata. " Apabila dalam pengecekan tidak sesuai maka dapat direspot kembali. Tetapi, dalam pelaksanannya tidak pernah seperti itu karena memang ini bukan yang pertama," sebut Setyo.
Rilis pers terkait senjata Brimob. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rilis pers terkait senjata Brimob. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
Namun, masih ada yang menjadi sorotan dalam proses masuknya senjata dari luar negeri ini, yaitu perusahaan pengimpornya, PT Mustika Duta Mas. Perusahaan ini bukan kali pertama terdengar dalam lingkar polemik.
ADVERTISEMENT
Pada 2008, PT Mustika Duta Mas disebut menjadi korporasi yang mengadakan 80 ribu paspor tanpa mekanisme lelang. Dalam rapat dengar pendapat di DPR, Menteri Hukum dan HAM kala itu, Hamid Awaludin, mengatakan penunjukan langsung dilakukan untuk menjaga ketersediaan paspor. Pasalnya, kontrak dengan Perusahaan Uang Republik Indonesia.
Berdasarkan penelusuran di situs lpse.polri.go.id, perusahaan yang sama pernah pula menang lelang untuk pengadaan barang di Bareskrim. Pada 2012, PT Mustika Duta Mas memenangkan lelang pengadaan alat pengolah data sidik jari. Perusahaan ini menyingkirkan 18 peserta lelang lainnya.
Selain itu, di situs lpse.kemenkumham.go.id, korporasi ini juga pernah memenangkan lelang untuk barang di Direktorat Intelijen Keimigrasian. Hanya saja, tidak tertera keterangan waktu lelang proyek itu berlangsung. Informasi yang diberikan hanya PT Mustika Duta Mas menyingkirkan 21 peserta lelang lain.
Rilis pers terkait senjata Brimob di Soetta. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rilis pers terkait senjata Brimob di Soetta. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
Untuk pengadaan pelontar granat Korps Brimob, Setyo mengklaim tidak ada masalah dalam proses pengadaannya. "Semuanya sudah sesuai dengan prosedur. Mulai dari perencanaan, proses lelang, kemudian proses berikutnya, sampai dengan direview oleh staf Irwasum (Inspektorat Pengawasan Umum Polri) dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Setyo juga mengatakan, impor senjata jenis ini bukan kali pertama dilakukan Polri. Pada 2015 dan 2016, impor pelontar granat sudah pernah dilakukan. Namun, dia tidak menyebut perusahaan pemenang lelang sebelumnya.
Hanya dijelaskan, mekanisme lelang dilakukan karena ada Peraturan Pemerintah nomor 70 tahun 2012. Regulasi itu mengharuskan adanya pihak ketiga setiap adanya pengadaan barang di dalam instansi pemerintah.
Saat ini, SGAL yang nantinya dipakai Brimob masih berada di gudang kargo Bandara Soekarno-Hatta. Begitu pula, lebih dari 5 ribu pelurunya. Rencananya, senjata itu akan disalurkan untuk Brimob yang bertugas di Papua dan Poso.
Komandan Korps Brimob Irjen Murad Ismail mengatakan, anggotanya tidak menggunakannya untuk mematikan sasaran. Senjata itu hanya diisi peluru karet, peluru kosong, atau gas air mata.
ADVERTISEMENT
"Senjata ini bukan untuk membunuh, tapi untuk melumpuhkan," jelas Murad.