Mengenal Qin Gang, Menlu Baru China yang Pernah Jabat Dubes untuk AS

1 Januari 2023 12:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duta Besar China utk AS Qin Gang. Foto: SSP/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar China utk AS Qin Gang. Foto: SSP/AFP
ADVERTISEMENT
China telah menunjuk Qin Gang sebagai Menteri Luar Negeri (menlu) yang baru, menggantikan posisi pendahulunya, Wang Yi.
ADVERTISEMENT
Diplomat yang merupakan ajudan tepercaya Presiden Xi Jinping itu semula menjabat sebagai Duta Besar China untuk Amerika Serikat sejak 2021.
“Qin, 56 tahun, akan memimpin Kementerian Luar Negeri menggantikan Wang Yi yang berusia 69 tahun,” demikian laporan dari media lokal yang dikelola pemerintah Beijing, CCTV, pada Jumat (30/12).
Pertemuan bilateral Menlu Retno Marsudi dengan Menlu China Wang Yi di Foreign Ministers Meeting (FMM) di Bali, (7/7/2022). Foto: Kemlu RI
Di sisi lain, sambung laporan itu, Wang akan tetap menjadi penasihat negara yang bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri dan diplomasi China.
Wang dipromosikan ke Politbiro dan diperkirakan akan menggantikan Yang Jiechi (74 tahun) sebagai pembantu kebijakan luar negeri utama Xi.
Sementara itu, Qin sebelumnya sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri dan mengawasi protokol untuk kunjungan internasional. Para pengamat mengatakan, Qin memperoleh kepercayaan Xi ketika ia terlibat dalam protokol perjalanan presiden ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Qin juga telah menjadi juru bicara Kementerian Luar Negeri China sebanyak dua kali, dari 2005 hingga 2010 dan 2011 hingga 2015.

Wolf Warrior Diplomacy

Sebagai juru bicara, pria kelahiran 19 Maret 1966 ini menonjol di antara rekan-rekannya — lantaran ia adalah salah satu diplomat yang paling awal membuat komentar tegas untuk membela kebijakan luar negeri China.
Diplomasi konfrontatif ini kemudian dikenal luas dengan istilah ‘Wolf Warrior Diplomacy’.
Gaya diplomasi ini sangat kontras dibandingkan gaya diplomasi China sebelumnya di bawah pemerintahan eks Pemimpin Partai Komunis Deng Xiaoping di periode 1978-1989. Kala itu, diplomasi China menerapkan cara yang lebih ‘low profile’ dan cenderung menghindari kontroversi.
Namun, situasi ini berubah di bawah kepemimpinan Xi.
ADVERTISEMENT
Mengutip South China Morning Post, ‘Wolf Warrior Diplomacy’ ialah gaya diplomasi yang menyampaikan pesan diikuti dengan ancaman atau sanksi untuk mengubah opini atau sikap suatu pihak. Gaya diplomasi koersif ini sudah diadopsi oleh para diplomat China selama pemerintahan Xi.
Presiden Cina Xi Jinping (kedua dari kanan) bersama dengan Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) dan Gubernur Bali I Wayan Koster (kanan) saat tiba di VVIP Terminal I Bandar Internasional Bali I Gusti Ngurah Rai, (14/11). Foto: G20 Indonesia Media Center/M Risyal Hidayat
Istilah itu terinspirasi dari film action buatan China, Wolf Warrior (2015). Gaya ini membuat diplomat sudah tidak lagi bertindak untuk menghindari kontroversi atau dengan kata lain, menjadi lebih konfrontatif.
Di bawah gaya diplomasi ini pula, para pendukungnya dapat dengan lantang mengecam setiap kritik yang dilontarkan terhadap pemerintah Beijing atau Partai Komunis China yang berkuasa serta menggunakan kekerasan fisik terhadap pengunjuk rasa dan pemberontak.

Prestasi di Kementerian Luar Negeri China

Sebelum ditempatkan di Amerika Serikat, Qin ditunjuk Xi sebagai Utusan Diplomatik China untuk Inggris pada September 2010. Setahun kemudian, ia kembali ke Beijing untuk mengemban tugas sebagai Direktur Jenderal Departemen Informasi Kementerian Luar Negeri.
ADVERTISEMENT
Di periode 2014 hingga 2017, Qin menjabat sebagai Direktur Jenderal Departemen Protokol Kementerian Luar Negeri. Ia pun sempat menduduki peran sebagai Asisten Menteri Luar Negeri China pada 2017 dan Wakil Menteri Luar Negeri China pada September 2018.
Seiring waktu berlalu, melihat prestasi dan pengalaman luasnya di Kementerian Luar Negeri China, Qin pun diangkat sebagai Duta Besar untuk Amerika Serikat. Keputusan ini diambil pada Juli 2021, di tengah masa sulit antara hubungan Washington dan Beijing.
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali. Foto: Kevin Lamarque/REUTERS
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mempertahankan sebagian besar kebijakan perdagangan, pertahanan, dan teknologi yang keras dari era eks Presiden Donald Trump — sementara Beijing terus mengembangkan kemampuan persenjataan militer dan nuklirnya.
Di Washington, Qin menjadi sosok nasionalis yang membela posisi negara airnya dalam isu-isu sensitif, seperti menyangkut pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan Hong Kong, serta isu menyangkut kedaulatan Taiwan.
ADVERTISEMENT
Namun, kali ini pengangkatan Qin sebagai Menteri Luar Negeri dilakukan di tengah upaya kedua negara untuk menstabilkan hubungan. Qin juga menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama dengan Washington demi mewujudkan hal itu.
Dubes China untuk Amerika Serikat Qin Gang. Foto: CNS / AFP
Saat kedatangannya di Washington sebagai duta besar, Qin mengaku kedua negara memiliki peluang dan potensi besar untuk memperbaiki hubungan.
Pelantikan Qin sebagai menteri luar negeri baru pun mengundang komentar dari beberapa pengamat. Salah satunya adalah seorang ahli China dari German Marshall Fund yang berbasis di Washington, Bonnie Glaser.
Glaser berpendapat, terlepas dari jabatan barunya, Qin akan tetap bertindak sesuai perintah dan arahan dari atasan utamanya, Xi juga Wang.
“Dia terutama akan menjadi pelaksana, bukan perumus, kebijakan luar negeri China,” kata Glaser, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT