Mengenal Tahura Ngurah Rai, Tempat Tanam Bakau KTT G20

16 November 2022 10:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas naradamping meninjau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Denpasar, Bali, Rabu (9/11/2022).  Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas naradamping meninjau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Denpasar, Bali, Rabu (9/11/2022). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kawasan mangrove Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar, Bali menjadi salah satu lokasi kegiatan KTT G20 di Bali pada 15 dan 16 November 2022.
ADVERTISEMENT
Perwakilan negara-negara anggota G20 mengunjungi kawasan hutan tersebut pada Rabu (16/11) untuk bersama-sama menanam bakau guna menekankan peran penting mangrove. Hal ini sesuai dengan tema yang dipilih Presiden Joko Widodo dalam pelaksanaan KTT soal menangani krisis iklim.
Pada pelaksanaan penanaman hari ini, selain Jokowi terdapat Presiden Amerika Serikat Joe Biden, PM India Narendra Modi hingga PM Belanda Mark Rutte yang hadir sebagai tamu undangan.
Lantas, seperti apa Tahura?
Pekerja menyelesaikan instalasi pendukung di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Denpasar, Bali, Rabu (9/11/2022). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
Tahura Ngurah Rai adalah satu-satunya taman hutan raya yang ada di Provinsi Bali. Kawasan mangrove ini berada di kawasan bertipe hutan payau yang selalu tergenang air payau dan dipengaruhi oleh pasang surut.
Secara total, Tahura Ngurah Rai berada memiliki luas 1.373,5 hektare. Kawasan ini terbentang di dua daerah tingkat dua yakni Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
ADVERTISEMENT
Bila dilihat dari vegetasinya, Tahura Ngurah Rai memiliki fungsi mencegah abrasi yang mengancam Bali dengan berisi 33 jenis mangrove. Dengan terbanyak jenis perapat atau pidada putih yang dalam bahasa Bali disebut prapat.
Sejarah Tahura Ngurah Rai
Pekerja menyelesaikan instalasi pendukung di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Denpasar, Bali, Rabu (9/11/2022). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
Tahura Ngurah Rai juga sempat mengalami perubahan nama dan fungsi. Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai pertama kali ditetapkan sebagai hutan tutupan oleh Belanda pada tahun 1927.
Sebelum dikenal dengan namanya sekarang, pada tahun 1992 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 885/Kpts-II/92 Tahura dikenal sebagai Kawasan Hutan Prapat Benoa.
Pada tahun 1952 pernah dilaksanakan pengukuran batas, namun belum sampai pada penyelesaian Berita Acara Tata Batasnya. Pada tahun 1982 Kawasan Hutan Prapat Benoa (RTK. 10) seluruh batasnya telah dilaksanakan rekonstruksi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1984 Kawasan Hutan Prapat Benoa dilaksanakan pengukuran batas fungsi Hutan Lindung dan Hutan produksi. Untuk memperkuat status hukum dan terlalu banyaknya permasalahan atau pelanggaran yang terdapat pada Kawasan Hutan Prapat Benoa (, maka pada tahun 1987 dilaksanakan pengukuran batas dengan Berita Acara Tata Batas tanggal 5 Pebruari 1987 dan disahkan oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 10 Pebruari 1988 serta ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan SK. Penetapan No. 067/Kpts-II/88 tanggal 15 Pebruari 1988 dengan luas 1.392 Ha.
Potensi Wisata Tahura Ngurah Rai
Sejumlah petugas keamanan meninjau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Denpasar, Bali, Rabu (9/11/2022). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
Tanaman Hutan Raya Ngurah Rai mempunyai nilai yang sangat strategis, karena letaknya berdekatan dengan kawasan wisata Sanur, Kuta, Nusa Dua dan bandara Ngurah Rai.
Lingkungan alam kawasan Tahura Ngurah Rai juga memiliki potensi keindahan alam dan keanekaragaman hayati lain selain hutan Mangrove.
ADVERTISEMENT
Beberapa jenis hewan mulai dari berbagai jenis burung, binatang merayat, dan hewan air hidup di lokasi ini.
Keanekaragaman hayati yang hidup di Tahura menjadikannya sangat penting untuk dipertahankan secara ekologis dan dapat dimanfaatan sebagai wisata alam rekreasi, wisata pendidikan dan penelitian yang sangat berarti dalam pembangunan ekonomi.
Sementara itu dikutip dari situs resmi Kemenkominfo, untuk mempersiapkan acara G20, di Tahura, panitia sudah menyiapkan bangunan kayu berbentuk elips tempat para pemimpin G20 berdiri dan menanam mangrove.
Serangkai mangrove Rhizhopora apiculata membentuk tulisan “G20” di tengahnya juga telah disiapkan. Panitia menyediakan puluhan lobang tanam yang akan dimasukkan bibit mangrove Rhizopora mucronata oleh para tamu, termasuk Presiden Jokowi.