Mengenal Tradisi Uang Jemput Pernikahan yang Dikaitkan Kasus Bunuh Diri Shintia

19 November 2023 10:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Catatan Redaksi: Bijaksanalah membaca konten ini. Bunuh diri bukan jalan keluar persoalan kehidupan, segera cari pertolongan!
Ilustrasi pernikahan. Foto: Vershinin89/Shutterstock
Shintia Indah Permatasari (25 tahun), warga Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar penginapan syariah di Kota Padang. Padahal Shintia rencananya akan menikah pada 14 Januari 2024.
ADVERTISEMENT
Calon suami Shintia bernama Hadi Zulkarnaian, adalah lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) berpangkat Ipda yang kini berdinas di Ternate, Maluku Utara. Pasangan ini pun ramai diperbincangkan di media sosial.
Bunuh dirinya Shintia lalu dikaitkan dengan uang jemputan pernikahan yang mencapai Rp 500 juta yang disyaratkan oleh pihak calon suami. Namun Keluarga Hadi dan Shintia telah membantah penyebab bunuh diri akibat tuntutan uang jemput pernikahan.
Lalu bagaimana sebenarnya tradisi uang jemput pernikahan ini?
Sekretaris Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Jasman Rizal Dt. Bandaro Bendang, menegaskan adat ‘beli’ atau uang jemput mempelai laki-laki bukanlah adat dan budaya Minangkabau secara keseluruhan.
Menurut Jasman, adat uang jemput itu adalah kebiasan atau tradisi di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Dan lagi pula tradisi ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
“Karena banyak pertentangan serta kerap menjadi masalah ketika persiapan pernikahan,” kata Jasman, Sabtu (18/11).
Jasman menjelaskan, di zaman modern ini sudah banyak masyarakat Pariaman terutama generasi muda menentang kebiasan uang jemput tersebut. Meskipun masih ada sesekali dilakukan, itu pun dapat dicarikan solusi dan jalan alternatif.
“Misalkan, agar tidak memberatkan pihak keluarga mempelai wanita, uang japuik (jemput) dibuat patungan antara kedua keluarga. Ada juga justru keluarga pria diam-diam di belakang membiayai seluruhnya ke keluarga wanita untuk kemudian dijadikan uang japuik saat prosesi adat agar pernikahan mereka tetap berjalan,” imbuhnya.
“Itu sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik antara kedua keluarga atau antara kedua calon mempelai,” sambung Jasman.
Terkait kasus Shintia bunuh diri ini, Jasman mengimbau agar menyerahkan sepenuhnya penanganan kepada pihak kepolisian. Menurutnya belum tentu Uang Japuik seperti yang dihebohkan netizen sebagai faktor pendorong Shintia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
ADVERTISEMENT
“Dan saya masih meragukan apa iya gara-gara itu terjadi bunuh diri. Serahkan penanganan kepada polisi. Jangan menduga-duga dulu,” ujarnya.