Mengenal Yahya Sinwar, Arsitek Serangan 7 Oktober yang Dibunuh Israel

18 Oktober 2024 6:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: Mohammed Salem / REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: Mohammed Salem / REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yahya Sinwar (62), tewas dalam sebuah operasi militer Israel di Gaza, pada Rabu (16/10). Sinwar adalah pemimpin Hamas, pengganti Ismail Haniyeh yang tewas di Iran pada Juli tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sinwar juga arsitek serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sebuah serangan yang juga dikenal sebagai 'Badai Al Aqsa', upaya memerdekakan Palestina dari Isral.
Serangan ini menewaskan 1200 warga Israel, sementara 250 lainnya disandera. Israel membalas dendam, menggelar operasi militer besar di Gaza, yang menewaskan 42,400 warga Palestina dan memaksa 1,9 juta orang harus mengungsi.
Akibatnya, Sinwar dan saudaranya Mohammed jadi target utama Israel. Sebetulnya, siapa Yahya Sinwar?, berikut kumparan rangkum:
Tumbuh Kembang di Gaza, Saksikan Penderitaan Warga Secara Langsung
Dikutip dari reuters Sinwar menghabiskan masa muda dan tumbuh kembangnya di Gaza. Mereka mengalami penderitaan di pemerintahan Israel, yang menjajah Gaza.
Ibu Sinwar membuat baju bagi mereka, dari karung-karung bantuan makanan yang diberikan PBB.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah semi autobigrafi yang ia tulis di penjara, Sinwar mengenang bagaimana tentara Israel menghancurkan rumah-rumah orang Palestina.
"Seperti monster yang menghancurkan tulang-tulang korbannya," tulis Sinwar. Sesaat sebelum Israel pergi dari Gaza pada 2005.
Sinwar pernah dipenjara selama 22 tahun, karena menculik dan membunuh 2 tentara Israel. Ia juga membunuh 4 orang Palestina yang dianggap sebagai informan Israel pada 1988.
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: MOHAMMED ABED / AFP
Ia bisa bebas pada 2011, usai bernegosiasi dengan Israel. Negosiasi itu membebaskan 1.027 tahanan termasuk dirinya.
Dari situ, namanya harum dan merangkak naik jadi salah satu pemimpin Hamas.
Sinwar sendiri bergabung dengan Hamas pada tahun 1980-an. Ia meyakini, untuk membebaskan semua tahanan Palestina yang ditahan di Israel.
ADVERTISEMENT
Sinwar juga memegang teguh pandangan, bahwa Israel bukan hanya musuh politis, tapi penjajah tanah Muslim Palestina.
Pemimpin Hamas yang Keras: Hadapi Israel Dengan Kekuatan, Bukan Negosiasi
Menghadapi Israel, Sinwar punya metode yang keras. Ia harus menghancurkan Israel.
Saat ditangkap pada 1988, Sinwar diinterogasi oleh Michael Koubi, yang saat itu adalah agen intelijen Shin Bet. Ia memeriksa Sinwar selama 180 jam.
Sinwar yang saat itu berusia 29 tahun ditanyai kenapa ia belum menikah. Jawabannya mencengangkan Koubi.
"Ia bilang, Hamas adalah istri saya, Hamas adalah anak saya, Hamas adalah segalanya bagi saya," kenang Koubi.
Sinwar sendiri baru menikah tahun 2011, dan punya 3 anak.
Belum lagi cerita dari Yuval Bitton, dokter gigi Sinwar yang direkrut jadi intelijen Israel. Ia pernah bertanya kepada Sinwar, tentang keputusanya menculik serdadu Israel, demi membebaskan tahanan Palestina.
Pemimpin baru Hamas Yahya Sinwar. Foto: MAHMUD HAMS / AFP
"Saya sempat bertanya pada Sinwar, apakah satu nyawa serdadu Israel setara dengan 10.000 orang tak berdosa, hanya untuk membebaskan 100 tahanan Palestina?," tanya Yuval.
ADVERTISEMENT
Sinwar menjawab: "Bahkan 100.000 nyawa adalah harga yang setimpal," kenang Yuval.
Sementara Nabih Awadah, pejuang komunis Lebanon yang ditahan bersama Sinwar di Ashkelon pada 1991-1995 mengenang Sinwar sebagai orang yang tak suka perjanjian damai dengan Israel.
"Ia menyebut, perjanjian Oslo pada 1993 antara Israel dan otoritas Palestina adalah kekacauan, dan trik Israel. Untuk membebaskan Palestina, hanya bisa dengan perang, bukan negosiasi," kenang Awadah.
Awadah juga menyebut Sinwar sebagai orang yang punya niat besar. Ia selalu merayakan setiap serangan ke Israel di penjara, entah itu serangan dari Hizbullah atau dari Hamas.
"Sinwar adalah sosok yang sangat berpengaruh bagi semau tahanan, baik mereka yang non-muslim atau tak relijius sama sekali," kata Awadah.
ADVERTISEMENT