Mengenal YPP, Yayasan yang Jadi Tempat Curhat Para Mantan Teroris

23 Mei 2018 15:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Data dari Polri menunjukkan, sampai tahun 2018 lebih dari 800 orang ditangkap terkait kasus terorisme. Sekitar separuhnya dibebaskan, sebagian lainnya kembali terjerat kelompok radikal.
ADVERTISEMENT
Program rehabilitasi alias deradikalisasi pemerintah dinilai belum dapat menjangkau semua mantan napi teroris. Untuk itu, Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) hadir membantu pemerintah menangani para mantan teroris. Mereka dibantu menata hidup baru agar terbebas dari aksi terorisme.
10 tahun silam, tepatnya pada Juni 2008, YPP didirikan oleh Noor Huda Ismail, salah satu jurnalis yang aktif pada isu terorisme. Direktur Eksekutif YPP, Taufik Andrie, mengisahkan berdirinya YPP bermula dari kurangnya lembaga pemerhati mantan napi teroris.
"Jadi sejarahnya lebih bagaimana saat itu melihat pola penanganan terorisme di Indonesia masih bersifat sporadis. Dalam hal ini belum banyak aktivitas-aktivitas yang berasal dari aktor non-negara yang membantu penanganan narapidana teroris," ujar Taufik kepada kumparan, Jumat (21/5).
Kegiatan mantan napiter di YPP (Foto: Dok. YPP)
YPP hadir untuk membantu para mantan napi teroris yang membutuhkan dukungan dari pihak netral. Pasalnya banyak mantan napi teroris didera kebingungan setelah keluar dari penjara. Mereka mendapat stigma negatif dari masyarakat dan sulit mencari pekerjaan.
ADVERTISEMENT
"Mantan narapidana teroris banyak mengalami kerumitan sendiri, kehadiran kami saat itu ingin membantu. Tujuannya ingin menciptakan ruang sosial yang baru yang natural sifatnya," ujar Taufik.
Yayasan ini awalnya hanya memfasilitasi para napiter yang ingin berubah supaya tak kembali terjebak dengan kelompok radikal. Namun kini YPP juga mencoba menarik para napiter untuk mengubah ideologi radikal yang mereka pahami.
Taufik Andrie, Direktur Eksekutif YPP (Foto: Retno Wulan/kumparan)
YPP menggunakan pendekatan kemanusiaan dengan sering mengajak para mantan napiter berdiskusi. Mereka memberi masukan baik dan buruknya menganut paham radikal.
"Sebetulnya secara fundamental kami ingin mereka yang memutuskan, tetapi kami bersedia menyediakan diri sebagai teman diskusi untuk memberikan mereka opsi atau second opinion," jelas Taufik.
YPP juga menilai latar belakang dan perkembangan para mantan napiter yang mereka bina, termasuk ketertarikan terhadap kelompok radikal. Penilaian tersebut digunakan untuk mempermudah model pendampingan yang akan diberikan.
ADVERTISEMENT
YPP memberikan ruang dan waktu diskusi yang fleksibel bagi para mantan napi teroris. Tak ada batasan waktu, maupun hari, juga tak dipungut biaya. Kapan pun mereka membutuhkan saran, dapat langsung mengontak anggota YPP, dan membuat janji bertemu.
"Jadi kalau mereka ada masalah datang ke kantor, menghubungi siapa saja yang bisa mereka hubungi, ngediskusikan masalah-masalah yang mereka rasakan, kita buat janji untuk bertemu," tutur Taufik.
Selama 10 tahun berdiri, YPP telah menangani lebih dari 40 mantan napi teroris.