Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Dunia sastra Indonesia kembali berduka. Sastrawan dan budayawan Ajip Rosidi , tutup usia, Rabu (29/7), setelah sempat dirawat di RSUD Tidar Magelang selama sepekan.
ADVERTISEMENT
Suami aktris senior Nani Wijaya ini dirawat karena terjatuh di rumah anaknya di Pabelan, Kabupaten Magelang. Akibat insiden itu, Ajip Rosidi mengalami pendarahan otak dan harus dioperasi.
Sepanjang hidupnya, Ajip merupakan salah satu sastrawan yang cukup produktif. Meski tak tamat sekolah menengah, namun Ajip dipercaya mengajar menjadi dosen dan sejak 1967 mengajar di Jepang. Karena kiprahnya di bidang sastra, Ajip menerima gelar Doktor honoris di bidang Ilmu Budaya dari Universitas Padjadjaran pada 2011.
Bakat Ajip sebenarnya sudah terlihat sejak belia. Pada umur 12 tahun, tulisan Ajip sudah dimuat di harian Indonesia Raya. Namun, ia baru mulai serius menekuni dunia kepenulisan saat masuk SMP dengan menjadi pemimpin redaksi majalah Suluh Pelajar.
Bukunya, Tahun-tahun Kematian, menjadi yang pertama terbit saat ia berusia 17 tahun. Setelah itu, ratusan kumpulan sajak, kumpulan cerpen, roman, drama, hingga esai dan hasil penelitian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pun menyusul.
ADVERTISEMENT
Berbagai organisasi di bidang sastra dan budaya pernah ia ikuti. Namun, salah satu yang paling berkesan adalah saat ia mendirikan penerbit Kiwari di Bandung bersama teman-temannya tahun 1962. Setelah itu, Ajip juga mendirikan penerbitan-penerbitan lain, misalnya Cupumanik di Jatiwangi (1964), Duta Rakyat di Bandung (1965), Pustaka Jaya di Jakarta (1971), hingga Kiblat Buku Utama di Bandung (2000).
Pada tahun 1981, Ajip diangkat menjadi guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku atau Universitas Bahasa Asing Osaka. Di saat yang sama, ia juga mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku dan Tenri Daigaku.
Meski berada ribuan kilometer dari tanah air, namun Ajip tetap memperhatikan perkembangan sastra-budaya dan sosial-politik di Indonesia. Setelah pensiun, ia lalu pulang ke Indonesia dan menetap di Desa Pabelan, Mungkid, Magelang .
ADVERTISEMENT
Hingga akhir hayatnya, Ajip masih aktif menulis. Ratusan karya yang ia telurkan, membuat Ajip menjadi sastrawan paling produktif hingga saat ini.
Meski Ajip sudah tiada, namun karya-karya dan sumbangsihnya kepada dunia sastra di Indonesia akan tetap abadi. Selamat jalan, Ajip Rosidi.
****
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
****
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu sesama. Yuk, bantu donasi sekarang!