Mengenang Jakob Oetama, dari Guru SMP hingga Dirikan Harian Kompas

9 September 2020 14:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jakob Oetama. Foto: Arsip Kompas
zoom-in-whitePerbesar
Jakob Oetama. Foto: Arsip Kompas
ADVERTISEMENT
Dunia jurnalisme Indonesia berduka. Salah satu wartawan senior yang membawa gebrakan di dunia jurnalistik, Jakob Oetama, tutup usia di umur 88 tahun.
ADVERTISEMENT
Jakob meninggal dunia pukul 13.05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
"Almarhum disemayamkan di Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan dan akan dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis, 10 September 2020," tulis keterangan resmi Kompas Gramedia Group.
Jakob Oetama sebenarnya selalu ingin menjadi pastor. Namun, takdir justru mengantarkannya menjadi seorang wartawan sukses yang berhasil membangun media besar di Indonesia, Harian Kompas dan kemudian berkembang menjadi Kompas Gramedia Group.
Gambar Ilustrasi Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Pria kelahiran Magelang, 27 September 1931 itu sebenarnya mengawali karier sebagai guru di SMP Mardi Yuana, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Saat kecil, selain ingin menjadi pastor, Jakob memang ingin mengikuti jejak ayahnya, Raymundus Josef Sandiya Brotosoesiswo, sebagai seorang guru.
ADVERTISEMENT
Seiring bertambahnya usia, Jakob lalu mengeliminasi keinginannya menjadi pastor dan memilih menjadi guru. Di tengah-tengah kariernya, Jakob kembali dihadapkan dua pilihan: menjadi guru atau beralih profesi menjadi wartawan.
Jakob Oetama. Foto: Arsip Kompas
Di tengah pergulatan batinnya, Jakob pun meminta nasihat pengelola Majalah Penabur, Pastor JW Oudejans OFM. Jakob saat itu memang sempat menjadi sekretaris redaksi di Majalah Penabur. Berkait percakapannya dengan Pastor JW Oudejans OFM, Jakob akhirnya membulatkan tekad dan memilih alih profesi menjadi wartawan.
Jacob Oetama. Foto: Twitter/Jusuf Kalla
Sebenarnya, meski dibilang alih karier, namun Jakob tidak benar-benar memulainya dari nol. Sejak masih muda, ia memang suka menulis. Kemampuannya itu semakin terasah saat ia menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada.
ADVERTISEMENT
Bersama sahabat karibnya, Petrus Kanisius Ojong atau PK Ojong, Jakob lalu mendirikan Harian Kompas pada 1965. Sebelumnya, keduanya juga pernah mendirikan majalah bulanan Intisari yang fokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi, terinspirasi dari majalah Reader's Digest dari Amerika Serikat.
Bisnisnya berkembang pesat. Tak hanya menjadi bos media, Jakob juga mengembangkan usahanya ke bidang lain, seperti perhotelan, pendidikan, hingga toko buku, di bawah nama Kompas Gramedia Group.
Meski sukses berbisnis, namun hingga akhir hayatnya, Jakob tetap lebih senang dikenang sebagai wartawan profesional. Berbagai karya Jakob di bidang literasi, menjadi sebuah perubahan segar bagi jurnalisme di Indonesia, misalnya saat ia menulis soal 'Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin'.
Selamat jalan, Jakob Oetama. Jasa dan karyamu akan tetap abadi.
ADVERTISEMENT
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona