31 Maret 1981, pukul 02.35, dalam sebuah ruangan di Bandara Dong Muang, Thailand, sepasukan tentara Indonesia berkemas. Sejumlah anggota mengetes kelancaran handy-talky. Rompi antipeluru dan peralatan komunikasi telah dikenakan. Mereka harus siap bertempur, sebab waktunya telah tiba.
“Begitu pintu darurat terbuka, siapa pun yang ada di situ langsung kamu tembak,” kata Sintong Panjaitan .
“Tapi, Pak, kalau dia penumpang?” tanya seorang prajurit.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814