Mengenang Penanganan Kecelakaan AirAsia QZ8501, 2014 Silam

5 November 2018 16:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat AirAsia (Foto: Instagram/@airasia_indo)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat AirAsia (Foto: Instagram/@airasia_indo)
ADVERTISEMENT
Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) seolah mengingatkan insiden AirAsia QZ8501. Maskapai tersebut hilang kontak saat terbang dari Surabaya ke Singapura pada 28 Desember 2014 silam.
ADVERTISEMENT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut, pesawat Airbus A320 itu jatuh sambil berputar dari ketinggian 38 ribu kaki. Akibat kecelakan ini, 155 penumpang dan 7 kru tidak ada yang selamat. Serpihan pesawat ditemukan di 110 mil laut di barat daya Pangkalan Bun, di Selat Karimata.
Insiden ini merupakan pukulan berat bagi pihak AirAsia. Sebagai nahkoda perusahaan, Tony Fernandes berusaha yang terbaik untuk menanganinya. Seperti apa manajemen krisis yang dilakukan oleh AirAsia dalam mengatasi insiden AirAsia QZ8501? Berikut rangkumannya.
Reaksi Tony Fernandez
Ketika mendapatkan kabar duka tersebut, Tony langsung terbang dari Malaysia menuju Surabaya. Ia menuliskan hal tersebut melalui akun Twitter pribadinya.
“Saya sedang dalam perjalanan menuju ke Surabaya di mana sebagian besar penumpang berasal, bersama manajemen Indonesia. Memberikan informasi saat kami mendapatkannya” tulisnya 28 Desember empat tahun silam.
CEO AirAsia Tony Fernandes (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO AirAsia Tony Fernandes (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Menilik akun pribadinya, ia aktif memberikan informasi terkait apa saja yang dilakukan dalam menangani kecelakaan tersebut. Bahkan, ia sempat menulis cuitan saat mengantarkan jenazah korban pada saat proses pemakaman.
ADVERTISEMENT
Bahkan bos yang sering memakai topi merah ini juga mengirimkan surat elektronik kepada pelanggannya. Tujuannya, memberikan semangat untuk pencarian korban QZ8501.
Selain itu, Tony juga memberikan keterangan dalam konferensi pers di posko Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Ia didampingi Presiden Joko Widodo dalam kesempatan tersebut.
Ilustrasi Maskapai Air Asia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Air Asia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
"Kami akan penuhi semua kebutuhan keluarga korban dan semua proses penanganan jenazah korban. Kami tidak akan lari dari kewajiban itu," ucap Tony 30 Desember empat tahun yang lalu.
Selain itu, Tony juga mengecek langsung pencarian korban di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Pendirian Posko Crisis Center
Pihak PT Angkasa Pura langsung menyulap Ruang Serbaguna Terminal 2 Bandara Juanda, Surabaya menjadi crisis center sejak berita jatuhnya AirAsia terkonfirmasi. Ruangan 250 meter persegi dipersiapkan untuk dijadikan posko pelayanan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Crisis Center dipindahkan ke Polda Jawa Timur. Hal ini dipersiapkan khusus menjadi posko antemortem dan ruang tunggu keluarga serta media center. Untuk pencocokan DNA korban, prosesnya dilakukan di RS Bhayangkara.
Akan tetapi, jenazah yang ditemukan di perairan Kalimantan Tengah akan terlebih dahulu dibawa ke crisis center di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Barulah diangkut menggunakan helikopter untuk dipindahkan ke Polda Jawa Timur untuk identifikasi.
Pendampingan Terhadap Pihak Keluarga Korban
Pihak AirAsia memberikan pendampingan psikologi di posko Polda Jawa Timur. AirAsia bekerja sama dengan tim psikiater dari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Tujuannya, mencegah gangguan kejiawaan yang dialami keluarga korban.
Selain itu, maskapai AirAsia juga menyediakan hotel untuk tempat tinggal keluarga korban. Awalnya, mereka hanya menunggu di lokasi crisis center di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Sayangnya, ada insiden pengusiran yang dialami keluarga korban saat tinggal di hotel. Hal ini terjadi karena kesalahan komunikasi antara pihak hotel dan maskapai karena sedang high season tahun baru 2015.
ADVERTISEMENT
Pencairan Dana Asuransi
Hampir dua bulan setelah insiden, pihak keluarga korban belum menerima dari pihak asuransi. Sebelumnya pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi, pencairan dana asuransi sekitar Januari, satu bulan setelah jatuhnya AirAsia QZ8051.
Meski begitu, uang muka sebesar Rp 300 juta diberikan kepada korban untuk bantuan pemakanan dan lainnya. Kompensasi yang menjadi hak keluarga korban sebesar Rp 1,25 miliar.
Hingga pertengahan April 2005, dari 96 keluarga korban, 11 keluarga sudah menerima uang asuransi. Pihak AirAsia menyebut, tahap verifikasi ahli waris menjadi hambatan pencairan dana tersebut.
Tabur Bunga untuk Korban
Operasi pencarian korban pesawat AirAsia QZ8501 dihentikan secara resmi oleh Basarnas 3 Maret 2014. Namun, pihak keluarga korban meminta perpanjangan. Akhirnya, pencarian berhenti total pada 17 Maret 2014 sesuai permintaan. Hingga proses evakuasi dan penyelidikan selesai, Tony Fernandez menyebut, banyak yang bisa AirAsia pelajari dari pengalaman ini, begitu pula pembuat pesawat, dan industri penerbangan.
ADVERTISEMENT
Lima hari setelah evakuasi ditutup, keluarga korban melakukan tabur bunga untuk memberikan penghormatan terakhir. Keluarga korban diberangkatkan dari Bandara Juanda Surabaya ke Pangkalan Bun. Lalu, mereka dibawa menuju perairan Teluk Kumai, Laut Jawa, Perairan Kalimantan Tengah dengan menggunakan KRI Banda Aceh. Teluk tersebut merupakan lokasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Acara ini dilakukan semi militer serta doa bersama lintas agama. Selain itu,Tapung Tawar, tradisi Kesultanan Istana Kuning, Kotawaringin Barat, juga dilakukan menolak bala.
Selain 98 keluarga, acara tersebut juga dihadiri personel dari Basarnas, TNI, PMI, dan manajemen AirAsia Indonesia.