Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Lima belas tahun silam, tepatnya 21 Februari 2005, menjadi kisah memilukan. Gunungan sampah sepanjang 200 meter dengan tinggi 60 meter di TPA Leuwigajah, Cimahi , Jawa Barat, menghantam permukiman akibat longsoran.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, 157 orang tewas dan dua permukiman, yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok, tertutup longsoran sampah. Longsoran ini akibat dari hujan deras yang mengguyur dan terpicu konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah .
Ingatan itu kian redup seiring perjalanan waktu, namun tidak bagi masyarakat adat Cireundeu, Kota Cimahi. Orang-orang yang memakai pakaian serba hitam datang membawa baki berisikan bunga dan duduk melingkar di sebuah punggung bukit.
Mereka memanjatkan doa untuk para korban hingga menaburkan bunga dan menyiram air di sekitar bekas longsoran.
Salah satu sesepuh adat Kampung Cireundeu mengatakan, setiap tahun Kampung Adat Cireundeu selalu mengenang tragedi longsor di TPA Leuwigajah.
"Kami selalu memperingati HPSN dan mengingatkan bahwa ini bukan bencana alam, ini adalah bencana kemanusiaan, ini sebuah momentum bersejarah," ucap salah satu sesepuh Kampung Adat Cireundeu.
ADVERTISEMENT
Untuk mengenang peristiwa luar biasa itu, pemerintah menetapkan 21 Februari sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).