Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bisnis rokok elektronik atau vaporizer kini semakin menggeliat di Indonesia. Bukan hanya karena para perokok konvensional mulai beralih, aroma liquid yang beragam konon juga menjadi faktor pendorong bisnis ini semakin laris.
ADVERTISEMENT
Bisnis vapor dan liquid-nya pun kini menjamur. Banyak orang mencoba membuka bisnis ini karena tergiur keuntungannya. Tak terkecuali, Muhammad Irhamsyah.
Irham bersama sepupunya, Andhika Putra awalnya hanya iseng mencoba menjajaki bisnis tersebut. Bermodal Rp 40 juta, keduanya pun memulai bisnis liquid vapor dengan nama Fuzz Liquid.
"Kita sih modal awal Rp 40 Juta, itu pun juga modal buat bikin partai besar, sekitar 2.000 botol," kata Irham ketika ditemui kumparan di Fakultas Ilmu Budaya UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (13/1).
Mahasiswa jurusan Sastra Belanda, Universitas Indonesia ini mengaku menjajaki bisnis "asap" ini karena tergiur dengan keuntungannya. Tak heran, meski baru menjual liquid vapor mulai September 2016, namun ia sudah dapat keuntungan sebesar Rp 15 juta per bulan. "Alhamdulillah bisa buat nutup modal," ujar Irham.
ADVERTISEMENT
Meski hanya berdua menjalankan bisnis tersebut, Irham mengaku tak mengalami banyak kendala. Sebab, media sosial banyak membantunya mempromosikan Fuzz Liquid. Selain itu, lanjut dia, acara-acara mahasiswa kerap menjadi peluang bagi Fuzz Liquid memasarkan produknya.
"Kita mengakalinya dengan cara buka stand di event-event. Alhamdulillah banyak yang minat sama liquid kita," ujar Irham.
Irham pun tak merasa bermasalah dengan persaingan pasar. Alasannya, lanjut Irham, liquid vapor serupa makanan. Setiap konsumen memiliki selera untuk memilih aroma apa yang mereka inginkan.
"Semuanya disesuaikan dengan selera masing-masing. Namanya selera orang kan beda-beda. Jadi, persaingannya enggak begitu ketat," kata Irham.