Mengingat Kasus WNI Mariance Kabu: Disiksa Sadis Majikan Malaysia Selama 8 Bulan

30 Juli 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mariance berdoa di rumah Pendeta Emmy Sehertian, tempat dia berkegiatan dalam Hanaf, komunitas pencegahan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kupang, Nusa Tenggara Timur.  Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Mariance berdoa di rumah Pendeta Emmy Sehertian, tempat dia berkegiatan dalam Hanaf, komunitas pencegahan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Desember 2014, berita tentang penyiksaan berat yang dialami Mariance Kabu menggemparkan publik.
ADVERTISEMENT
Tenaga kerja wanita asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, itu diselamatkan polisi Malaysia setelah mengalami kekerasan fisik dari majikannya, Ong Su Ping Serene.
Dikutip dari Antara, Mariance ditemukan dengan wajah lebam, daun telinga rusak, dan bibir robek akibat dipukuli.
Mariance menunjukkan fotonya saat dia dirawat di salah satu rumah sakit di Selangor, Malaysia, akibat disiksa majikannya. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Polisi berhasil menyelamatkannya setelah tetangga melaporkan adanya tanda bahaya yang ditulis Mariance pada secarik kertas. Ia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Ampang untuk perawatan intensif.
Wakil Ketua Polisi Daerah Ampang, Superintenden Md Nazri Zawawi, menyatakan bahwa majikan Mariance dan seorang rekannya telah ditahan.
"Kasus ini sedang diproses sesuai dengan hukum yang berlaku," katanya, Desember 2014, seperti dikutip dari Antara.
Ilustrasi deportasi. Foto: Shutter Stock
Sejak tiba di Kuala Lumpur pada April 2014, Mariance bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menjaga nenek majikannya yang berusia 93 tahun. Namun, hanya tiga minggu setelah mulai bekerja, kekerasan pun dimulai.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BBC, penyiksaan ini berawal dari suatu malam ketika Serene ingin memasak ikan namun tak bisa menemukannya di lemari es.
Ternyata, Mariance secara tidak sengaja menaruhnya di dalam freezer. Ia kemudian dihantam dengan ikan beku hingga kepalanya berdarah. Setelah itu, pemukulan menjadi rutinitas harian.
Selama delapan bulan Mariance tidak pernah diizinkan meninggalkan apartemen. Pintu besinya selalu terkunci dan ia tak diberikan akses.
Tetangga sekitar bahkan tidak mengetahui keberadaannya sampai polisi datang untuk menyelamatkannya pada 20 Desember 2014.
Siksaan yang dialami Mariance tidak hanya berupa pemukulan, tetapi juga penyiksaan dengan besi panas, pinset, palu, tongkat, dan tang.
Bekas luka di bibir bagian atas, hilangnya empat gigi, hingga telinga yang cacat menjadi saksi bisu kekejaman yang dialaminya.
ADVERTISEMENT
Setelah diselamatkan, Mariance mengalami kesulitan untuk pulih baik secara fisik maupun emosional.
Ilustrasi kekerasan. Foto: otnaydur/Shutterstock
Namun, keberanian dan tekad untuk bertahan demi keempat anaknya di Indonesia membuat Mariance terus berjuang untuk mendapatkan keadilan.
"Saya juga berpikir untuk melawan," kata Mariance kepada BBC, Maret 2023.
"Tetapi jika saya melawan, saya akan mati," tambahnya.
Belum ada tanggapan dari pelaku. Menurut BBC, hingga saat itu Serene tak pernah merespons untuk dimintai keterangan.
Sejumlah kasus kekerasan di Malaysia tak berakhir dengan tuntutan hukum.
Para aktivis di Malaysia mengatakan, Negeri Jiran kerap memandang pekerja rumah tangga yang sebagian besar adalah orang Indonesia, sebagai warga negara kelas dua yang tidak layak memperoleh tingkat perlindungan yang sama seperti warga Malaysia.
ADVERTISEMENT
Setelah satu dekade menunggu kepastian hukum, sidang putusan kasus penganiayaan terhadap Mariance akhirnya kembali dibuka pada Selasa (30/7).