Mengintip Tradisi Penari Telanjang di Upacara Kematian Taiwan

9 Januari 2017 12:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi striptis (Foto: Thinkstock)
Sebuah upacara kematian di Taiwan dan China tidak melulu dihadapi dengan tangis dan kesedihan. Dalam beberapa kesempatan, pemakaman di dua negara ini bisa ditingkahi dengan hiburan yang kocak, atau bahkan, cabul.
ADVERTISEMENT
Selasa pekan lalu contohnya. Upacara pemakaman politisi Taiwan Tung Hsiang diisi dengan hiburan tari telanjang, alias striptis. Dalam tayangan stasiun televisi lokal, SET TV, peti mati politisi berusia 76 tahun diiringi oleh 50 mobil Jeep berwarna-warni.
Di atas mobil Jeep itu terpasang tiang, yang masing-masingnya digelendoti oleh penari striptis. Hanya memakai pakaian dalam, mereka menggeliat seiring laju Jeep dan lantunan musik, disaksikan keluarga yang berduka dan warga Kota Chiayi, bahkan anak-anak.
Menurut putranya, pemakaman seperti ini yang diinginkan ayahnya, setidaknya itu mendiang sampaikan melalui mimpi. Putranya mengatakan, ayahnya menyambanginya dalam mimpi, minta pemakaman yang megah dan penuh acara hiburan.
Bagi sebagian orang, pemandangan ini mengejutkan dan tidak lazim. Namun walau jarang, prosesi pemakaman yang dihiasi penari telanjang adalah tradisi tersendiri di Taiwan dan China.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr Marc L. Moskowitz, Professor Antropologi dari University of South Carolina, dalam sebuah penelitiannya, praktik ini mulai populer di kalangan warga kota Taiwan sekitar tahun 1980-an. Saat itu perekonomian membaik dan orang-orang kaya mulai kebanyakan uang sehingga menghabiskannya untuk hal demikian.
Praktik ini juga perpanjangan bentuk dari menyewa wanita-wanita dalam pemakaman untuk menangis dan meratapi jenazah. Moskowitz mengatakan, awalnya penari telanjang hanya disewa untuk kematian anggota geng kriminal, namun belakangan juga dilakukan warga kelas pekerja.
Ilustrasi pemakaman China. (Foto: Thinkstock)
"Wanita ini akan bernyanyi dan berdansa, biasanya menggunakan bikini atau pakaian ketat. Terkadang, mereka akan melepaskan seluruh pakaian," tulis Moskowitz.
Sekarang pemerintah Taiwan melarang para penari bertelanjang bulat dalam upacara pemakaman. Sementara China telah sepenuhnya melarang praktik ini pada 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kebudayaan China dalam pernyataannya di tahun 2015 mengatakan praktik tersebut telah merusak moral. Lebih lanjut mereka mengatakan praktik tersebut "tidak beradab" dan "merusak nilai-nilai budaya dari bisnis hiburan."
Setelah larangan itu diterapkan, China memasukkan ke dalam daftar hitam beberapa orang dan perusahaan hiburan yang terlibat dalam praktik tersebut. Di antaranya adalah kelompok penari Red Rose Song dan Dance Troupe yang melakukan striptis di pemakaman Provinsi Hebei saat itu.
Salah satu pemimpin Red Rose, Li, divonis penjara 15 hari dan denda 70 ribu yuan atau lebih dari Rp 135 juta.
Di Taiwan sendiri tradisi ini masih dilakukan, kendati tidak banyak. Moskowitz menjelaskan, striptis dalam pemakaman jadi cara tersendiri kelompok masyarakat memandang kematian.
ADVERTISEMENT
Menurut Moskowitz, para ahli antropologi membagi kematian menjadi dua jenis, yaitu kematian biologis dan kematian sosial. Kematian biologis adalah saat jantung berhenti berdetak dan nyawa tidak ada lagi. Sedangkan kematian sosial adalah ritual yang digelar untuk menunjukkan bahwa seseorang tidak lagi hidup.
Dalam beberapa kebudayaan, ritual kematian penuh dengan duka, kemurungan, pakaian serba hitam, atau sedu sedan. Sementara dalam kebudayaan lainnya, kematian ditanggapi dengan pesta pora, makan-makan, atau mabuk-mabukan, merayakan merayakan kehidupan jenazah, bukan meratapi kematiannya.
"Secara pribadi, saya kira merayakan kehidupan seseorang ketimbang hanya meratapi kepergiannya bukanlah opsi yang buruk," kata Moskowitz.