Mengkhawatirkan, Hanya 15 Persen Warga Kota Bogor yang Percaya Corona

7 September 2020 16:42 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kesehatan mengambil sampel darah seorang pengendara untuk test virus corona, di Bogor, Selasa (7/4). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kesehatan mengambil sampel darah seorang pengendara untuk test virus corona, di Bogor, Selasa (7/4). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Virus corona telah menjadi pandemi dan sudah 6 bulan menjangkiti Indonesia. Namun, masih banyak warga yang tak percaya bahwa corona benar-benar ada.
ADVERTISEMENT
Inisiator platform edukasi COVID-19 @pandemictalks, Firdza Radiany, mencontohkan masih banyaknya warga Kota Bogor yang menganggap corona hoaks.
Ia menyebut berdasarkan survei Dinas Kesehatan Kota Bogor, hanya sebesar 15 persen warga yang mempercayai bahwa corona benar-benar ada.
"Ini agak mengkhawatirkan, survei Dinkes Kota Bogor menyebutkan hanya 15 persen warga Bogor yang percaya COVID-19 itu ada. Selebihnya itu ragu-ragu dan tidak percaya," ujar Firdza dalam diskusi bertajuk 'Klaster Keluarga dan Cara Menanganinya' yang digelar Satgas Penanganan COVID-19 pada Senin (7/9).
Akibatnya, kata Firdza, penyebaran corona di Kota Bogor kian masif setiap harinya.
Adapun saat ini Kota Bogor menjadi zona merah atau risiko tinggi penularan corona dengan jumlah total kasus positif sebanyak 756 pasien. Dari jumlah itu, 459 orang di antaranya sembuh dan 33 meninggal dunia.
Petugas menyemprot puskesmas di Kota Bogor dengan cairan disinfektan usai ditemukan pegawai positif corona. Foto: Dinkes Kota Bogor
Firdza menyebut, penularan corona di Kota Bogor mayoritas berasal dari keluarga sebanyak 48 klaster.
ADVERTISEMENT
"Jadi penyebab utama total kasus di Bogor ini 34,7 persen dari klaster keluarga ternyata. Dianalisa oleh tim Bogor ternyata ini aktivitas keluar masuk Kota Bogor. Mostly (mayoritas) yang terdampak adalah lansia dan anak-anak," ucapnya.
Untuk itu, Firdza menyatakan sebaiknya para orang tua dan anak-anak di rumah saja. Selain itu, setiap rumah harus memperhatikan prinsip ventilasi-durasi-jarak dalam mencegah penularan.
"Ventilasi di rumah itu harus lancar sirkulasi udaranya, udaranya bisa dibuka, jendela bisa dibuka. Durasi, sediakan kamar terpisah jika ada anggota keluarga yang harus bekerja di luar rumah, kurangi interaksinya dengan anggota yang rentan. Misal di rumah ada kamar lebih dari satu, si bapak dan ibu yang bekerja di luar ini harus diisolasi, dalam ruang terpisah," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Jarak, jika ada yang bekerja di luar, diharapkan dimungkinkan menjaga social distancing menggunakan masker bahkan di dalam rumah," tutupnya.