Mengkritik Kerusakan Lingkungan di Aceh Lewat Pameran Fotografi

21 April 2018 16:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kritik kerusakan hutan lewat foto di Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kritik kerusakan hutan lewat foto di Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menggelar pameran foto dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Sebanyak 40 frame foto yang menceritakan kerusakan alam di Aceh sekaligus mengkritik para penjahat lingkungan, turut ditampilkan dalam pameran tersebut.
ADVERTISEMENT
Pameran ini berlangsung di pelataran Pasar Aceh, Jalan Diponegoro Kota Banda Aceh, Sabtu (21/4). Selain disemarakkan para jurnalis yang aktif menyuarakan masalah lingkungan, kegiatan ini juga melibatkan sejumlah aktivis serta organisasi peduli lingkungan.
Tak hanya pameran fotografi, mereka juga berorasi menyuarakan penyelamatan lingkungan dari ancaman dan kerusakan yang kerap terjadi.
Diketahui laju deforestasi hutan Aceh meningkat sehingga mengakibatkan rumah bagi habitat satwa liar yang dilindungi menjadi semakin sempit. Konflik satwa dengan manusia pun makin marak terjadi hingga membuat kondisi alam semakin memprihatinkan.
Kritik kerusakan hutan lewat foto di Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kritik kerusakan hutan lewat foto di Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Berdasarkan data perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), luas Aceh mencapai 5.677.081 hektare. Menurut hasil survei Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HaKA), 53 persen atau 3.557.928 hektare terdiri dari hutan.
ADVERTISEMENT
Namun di 2017 luas hutan Aceh yang tersisa 3.019.423 hektare, mengalami deferostasi sebesar 17.820 hektare di tahun 2016-2017. Sedangkan hutan lindung di Aceh yang menjadi habitat satwa gajah dan lainnya menjadi 1.790,200 hektare.
“Kondisi hutan lindung ini semakin menyusut setiap tahunnya. Pada tahun 2016 hutan lindung di Aceh mengalami deforestasi tersisa 1.626.108 hektare, tahun 2017 terus menyusut 1.621.290 hektare. Pada tahun 2016-2017 hutan lindung mengalami deforestasi sejumlah 4,818 hektare,” kata Retno Sugito selaku ketua penyelenggara.
Kritik kerusakan hutan lewat foto di Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kritik kerusakan hutan lewat foto di Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Retno menjelaskan, kerusakan hutan yang terjadi di Aceh saat ini ini tak terlepas dari pembalakan yang tidak terkendali, sehingga habitat satwa liar terganggu. Terjadi pula konflik antara satwa dengan manusia, terutama gajah dengan manusia yang telah memakan korban materi hingga nyawa manusia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BKSDA Aceh, pada tahun 2012, 12 ekor gajah tewas, 2013 hanya 11 gajah, namun di tahun 2014 kembali meningkat menjadi 13 ekor. Sementara di tahun 2015 sebanyak 14 ekor, tertinggi dalam kurun waktu enam tahun ini.
“Bila ini terus dibiarkan, ada banyak bencana ekologi yang akan menghantui Aceh. Ancaman kekeringan, banjir bandang dan sejumlah bencana lainnya. Maka dibutuhkan semua pihak secara bersama-sama melindungi lingkungan dari kerusakan,” tegasnya.
Retno mengatakan, pameran foto tersebut menampilkan kawasan hutan, permburuan satwa serta ancaman bencana alam, merupakan rangkaian peringatan Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April.
“Bukan hanya pameran dan orasi tentang lingkungan yang kita selenggarakan, puncaknya akan dilaksanakan penanaman pohon di kawasan hutan Jantho,” kata Retno.
ADVERTISEMENT