Menguak Asal Gempa 5,6 Magnitudo yang Guncang Cianjur

22 November 2022 8:03 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi gedung sekolah rusak akibat gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).  Foto: Iman Firmansyah/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi gedung sekolah rusak akibat gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Foto: Iman Firmansyah/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11). Gempa ini dirasakan kuat hingga di Jakarta dan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan pusat gempa berada di darat wilayah Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat, pada kedalaman 11 km. Gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Korban terluka saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 mendapat perawatan di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO

Penyebab Gempa

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan penyebab gempa tersebut. Dwikorita menduga gempa terjadi akibat adanya pergerakan dari Sesar Cimandiri dengan pusat kedalaman gempa 10 km.
"Jadi yang baru saja terjadi pada posisi di sekitar Sukabumi Cianjur, di sekitar daerah tersebut dan merupakan gempa yang diakibatkan oleh patahan geser. Dengan magnitudo 5,6," kata Dwikorita di Gedung DPR, Senayan, Senin (21/11).
"Diduga ini merupakan pergerakan dari Sesar Cimandiri jadi bergerak kembali. Kemudian, kedalaman pusat gempa sekitar 10 kilometer," lanjutnya.
Sejumlah tenaga medis merawat korban yang terluka saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di RSUD Sayang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO

Mengenal Sesar Cimandiri Penyebab Gempa 5,6 M di Cianjur

Diketahui gempa tersebut diduga bersumber dari sesar Cimandiri, sesar yang sama yang menyebabkan gempa 3,5 pada tahun 2020, dan gempa 5,4 yang menerjang Cianjur dan Sukabumi pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
"Jadi yang baru saja terjadi pada posisi di sekitar Sukabumi Cianjur, di sekitar daerah tersebut dan merupakan gempa yang diakibatkan patahan geser. Dengan magnitudo 5,6," kata Kepala BMKG Dwikorita K di Gedung DPR, Senayan, Senin (21/11).
Pada tahun 2022, sesar Cimandiri juga menyebabkan gempa Cianjur 3,0 M (13 Maret 2022), dan 5,3 M yang mengguncang Banten dan selatan Jawa Barat (12 Maret 2022).
Pada Januari 2018, wilayah Lebak diguncang gempa 6,1 M. Pusatnya adalah terusan sesar Cimandiri yang memanjang ke laut, yang diberi nama Sesar Pelabuhan Ratu.
Sesar Cimandiri membentang dari pesisir Pelabuhan Ratu, memanjang ke arah timur hingga Sukabumi, Cianjur hingga Padalarang.
Berdasarkan riset oleh Safitri dkk pada IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (2016) sesar ini bergerak 25 hingga 80 mm per tahunnya. Sesar Cimandiri punya ciri khas di mana sisi barat dan timurnya bergerak ke arah yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2017 yang dirilis PuSGeN, sesar Cimandiri terdiri dari 3 segmen terpisah: Segmen Cimandiri, Cibeber-Nyalindung, dan Rajamandala. Dominan segmen-segmen ini punya mekanisme sesar naik dengan komponen mengiri. Tiga segmen ini merupakan gabungan dari 6 segmen yang lebih kecil, yakni Segmen Loji, Cidadap, Nyalindung, Cibeber, Saguling, dan Padalarang.
Kerusakan akibat gempa di Cianjur, Senin (21/11/2022). Foto: Basarnas

Gempa Cianjur Berjenis Rantau Prapat, Masih Ada Potensi Guncangan Susulan

Kepala Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengungkap analisisnya terkait gempa 5,6 magnitudo di Cianjur. Seperti apa penjelasannya?
"Kami sampaikan bahwa karakteristik gempa ini merupakan gempa Rantau Prapat ya. Ini memiliki susunan yang banyak karena memang berada di batuan yang relatif rapuh," kata Daryono dalam jumpa pers virtual, Senin (21/11).
ADVERTISEMENT
"Ke depannya kita akan terus mendapatkan gempa susulan ya. Apakah dia besar atau tidak itu kita belum memprediksi. Tapi karakter gempanya, diikuti aktivitas gempa susulan yang cukup banyak," jelas dia.
Daryono kemudian membeberkan sejarah gempa serupa di daerah Cianjur. Ini merupakan kali kelima sejak 1844. Tepatnya di 1844,1969,2000,2019, dan 2022.
Semua gempa merusak. Bahkan di tahun 2000, 960 rumah dilaporkan rusak.
"Ini merupakan catatan bagi kita bahwa meskipun intensitas yang terjadi cukup pendek saya katakan lagi penting upaya kemudian solusi gempa yang komprehensif. Karena ini wilayah ini ke depan akan jadi wilayah yang pertumbuhan masyarakat yang cukup pesat," ungkapnya.
"Karena wilayah yang padat sehingga kita sebenarnya cerita itu kita tidak akan menimbulkan bencana apabila mengantisipasi. Jadi kalau misalnya kita memang rumahnya tahan gempa tidak akan terjadi apa-apa," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Kata Daryono, timbulnya korban meninggal mayoritas karena tertiban atau tertimbun bangunan yang runtuh akibat gempa. Makanya, ia menyebut Indonesia harus banyak belajar dari Jepang.
"Jepang kalau misalnya gempanya 7 8 itu mereka tidak akan panik karena bangunannya kuat. Itu tidak akan menyebabkan korban meninggal, ke depan kita harus ke sana," tutupnya.
Sejumlah petugas gabungan mengevakuasi mobil yang jatuh ke jurang karena terbawa longsor akibat dampak gempa di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO

Intensitas Hujan di Cianjur Meningkat, BMKG Ingatkan Waspada Longsor

ADVERTISEMENT
Cianjur baru saja diguncang gempa berkekuatan 5,6 magnitudo. Mengingat gempa ini terjadi saat musim hujan, Kepala BMKG Dwikorita ingatkan potensi longsor yang turut menyertainya.
"Mengingat saat ini intensitas hujan juga meningkat jadi juga perlu diwaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan," ujar Dwikorita Karnawati saat konferensi pers secara daring terkait gempa Cianjur, Senin (21/11) sore.
ADVERTISEMENT
Dwikorita menjelaskan, pada lereng-lereng dataran tinggi yang rapuh amat rentan terkena gempa. Ia mengaku khawatir bila hujan turun material-material seperti batu, pasir, tanah, dan sebagainya dapat ikut turun atau terlepas bersama air hujan.
Lebih lanjut bahaya yang bisa jadi akan terjadi adalah banjir bandang. Dengan demikian BMKG berharap masyarakat dapat terus waspada.
"Dan dapat memberikan dampak ikutan berupa longsor ataupun banjir bandang sehingga kami mohon diwaspadai pula," ujar Dwikorita.
"Apabila sedang hujan mohon tidak berada di dekat lereng ataupun menghindar dari paparan sungai yang dikhawatirkan di situ juga berpotensi untuk mengalami banjir bandang," lanjutnya.