Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Menguak Mitos Nyi Roro Kidul dan Tsunami Besar di Selatan Jawa
18 Januari 2019 15:55 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB

ADVERTISEMENT
Sekitar 400 tahun lalu, tsunami besar memporakporandakan sejumlah wilayah di pantai selatan Jawa. Pangandaran di Jabar, Cilacap di Jateng, serta pantai di wilayah DIY juga termasuk yang menjadi korban.
ADVERTISEMENT
Cerita itu buka omong kosong. Ahli paleotsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, menemukan jejak tsunami itu di wilayah Sungai Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat. Ada lapisan cangkang kerang foraminifera yang diduga berasa dari laut yang terbawa tsunami. Eko dan sejumlah peneliti menduga tsunami terjadi sekitar tahun 1600 atau 400 tahun lalu.
Soal tsunami besar 400 tahun lalu itu, diduga sebagai awal mula munculnya legenda Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan. Sebagai informasi, tsunami bukan hanya terjadi 400 tahun lalu, tapi sebelumnya juga terjadi, dan berulang. Ini terlihat dari jejak lapisan yang ditemukan.
"Panjang ceritanya ini," kata Eko yang dikonfirmasi kumparan, Jumat (18/1).
Terpisah, Vice President Himpunan Ahli Geofisika (HAGI) Daryono menyampaikan, ada dugaan masyarakat zaman dahulu belum mengenal ilmu mengenai kegempaan dan juga tsunami. Jadi ketika terjadi sesuatu dengan bencana alam, dikaitkan dengan hal supranatural. Karena itu mucullah legenda Ratu Laut Selatan.
ADVERTISEMENT
"Jadi setiap fenomena alam yang luar biasa dikaitkan dengan supranatural," beber Daryono.
Ombak besar yang datang diungkapkan sebagai murka penguasa laut. Mitologi ratu laut selatan itu diduga sebagai refleksi peristiwa tsunami besar masa lalu.

Kisah Nyi Roro Kidul
Ratu Pantai Selatan atau yang dikenal Nyi Roro Kidul amat dikenal di kalangan masyarakat di Jawa hingga Bali. Legendanya tak habis-habis, diteruskan lewat cerita dari mulut ke mulut dan berbagai versi. Berikut tulisan dari Historia edisi 9 Mei 2015 berjudul "Siapakah Sebenarnya Nyai Rodo Kidul?" yang disadur kumparan.
Ada beberapa versi, Robert Wessing dalam “A Princess from Sunda: Some Aspects of Nyai Roro Kidul,” Asian Folklore Studies Vol. 56 tahun 1997, menyatakan bahwa Ratu Kidul ini mulanya adalah putri dari Kerajaan Galuh, sekira abad 13. Ada pula versi yang menyebut dia adalah keturunan penguasa Pajajaran. Kemudian ada yang mengatakan dia keturunan Raja Airlangga dari Kahuripan, bahkan masih ada yang mengaitkannya dengan Raja Kediri Jayabaya.
ADVERTISEMENT
Dikisahkan, Ratu Ayu dari Galuh melahirkan seorang bayi perempuan. Keanehan muncul, bayi perempuan itu bisa bicara dan mengatakan bahwa dia adalah penguasa semua lelembut di tanah Jawa dan akan berdiam di Pantai Selatan. Bersamaan itu pula, roh Raja Sindhula dari Galuh pun muncul dan bersabda bahwa cucunya tersebut tak akan bersuami untuk menjaga kesucian dirinya, dan jika bersuami pun kelak adalah hanya bisa dikawini oleh raja-raja Islam di Jawa.
Ratu Pantai Selatan ini menunggu suaminya hingga dua abad lamanya. Panembahan Senapati, yang memerintah Mataram Islam 1585-1601, pergi ke Pantai Selatan untuk bersemedi memohon petunjuk untuk memenangkan peperangan melawan Sultan Pajang di Prambanan. Konon ketekunannya membuat Laut Selatan bergolak. Istana ratu Pantai Selatan yang berada didasarnya porak poranda karena kekuatan doa Panembahan Senapati.
ADVERTISEMENT
Ratu Kidul pun keluar sarang, muncul di permukaan lautan. Dia tertegun melihat seorang pemuda gagah tengah bersemedi. Dia langsung jatuh hati dan bersimpuh di kaki Panembahan Senapati. Setelah bercinta tiga hari tiga malam di istana bawah Laut Selatan, ratu Pantai Selatan pun berjanji akan membantu Senapati memenangkan peperangan.
Senapati pun bergegas menuju palagan Prambanan dengan dibantu pasukan arwah dari Pantai Selatan. Panembahan Senapati menang gemilang.
Cucu Panembahan Senapati, Sultan Agung yang memerintah 1613-1646, membuat tarian bedhaya yang mengisahkan balada cinta kakeknya dengan Ratu Kidul. Saat terjadi palihan nagari 1755, tulis Nancy K. Florida dalam “The Badhaya Katawang: A Translation of the Song of Kangjeng Ratu Kidul,” Indonesia Nomor 53 tahun 1992, Keraton Yogyakarta mendapat bagian bedhaya semang dan keraton Surakarta bedhaya ketawang. Tarian ini menjadi sakral dan wajib saat upacara penobatan raja baru.
ADVERTISEMENT
Dalam pidato penerimaan penghargaan Ramon Magsaysay 1988, sastrawan Pramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa cerita Ratu Laut Kidul itu hanya mitos belaka. Dalam pidato tertulisnya yang berjudul Sastra, Sensor dan Negara: Seberapa Jauh Bahaya Bacaan? Pram menjelaskan para pujangga istana Mataram menciptakan mitos Nyi Roro Kidul sebagai kompensasi kekalahan Sultan Agung saat menyerang Batavia, sekaligus gagal menguasai jalur perdagangan di Pantai Utara Jawa. (Baca: Serangan Mataram ke Batavia dan Asal Usul Jakarta Kota Tinja)
“Untuk menutupi kehilangan tersebut pujangga Jawa menciptakan Dewi Laut Nyai Roro Kidul sebagai selimut, bahwa Mataram masih menguasai laut, di sini Laut Selatan (Samudera Hindia). Mitos ini melahirkan anak-anak mitos yang lain: bahwa setiap raja Mataram beristerikan Sang Dewi tersebut,” tulis Pram.
ADVERTISEMENT
Pram juga mengatakan bahwa mitos tabu menggunakan pakaian berwarna hijau di wilayah Pantai Selatan karena pujangga istana Mataram ingin memutuskan asosiasi orang pada warna pakaian tentara Kompeni yang juga berwarna hijau.

Jalur Gempa Megathrust di Selatan Jawa
Kembali ke soal kebencanaan, tsunami di wilayah pantai selatan Jawa ini, menurut peneliti BPPT Widjo Kongko, di kawasan itu terdapat jalur gempa megathrust. Dan gempa itu memicu tsunami yang terjadi berulang.Tapi tak bisa diprediksi kapan terjadi.
"Banyak peneliti menemukan jejak tsunami masa lalu di kawasan Jabar, Jateng, hingga Bali," urai Widjo kepada kumparan, Jumat (18/1).
Mengaitkan dengan mitos Nyi Roro Kidul, Widjo menyampaikan, ada kemungkinan, masyarakat saat itu mengaitkan tsunami dengan yang namanya penguasa laut. Karena menurutnya, di Babad Tanah Jawi, berdasarkan penelitian para ahli, tidak ditemukan cerita mengenai Ratu Laut Kidul.
ADVERTISEMENT
Kembali ke soal gempa besar yang memicu tsunami, Widjo mewanti-wanti, dari jejak lapisan sedimen ditemukan tsunami yang berulang. Artinya, di sepanjang Pantai Selatan Jawa menyimpan potensi tsunami. Gempa di jalur megathrust itu bisa sampai di angka 8,5 magnitudo lebih.
"Karena itu mitigasi di sepanjang selatan Jawa harus dilakukan. Kenali bahayanya, petakan bahayanya, ada rencana tata ruang. Ada early warning system," kata Widjo.
Bukan bermaksud menakut-nakuti, tetapi semua mesti disiapkan. Ada potensi bencana yang mesti diantisipasi, yakni gempa besar dan tsunami belasan meter.
"Ada awareness, kesiapsiagaan, dan latihan evakuasi," pesan Widjo.
