Menguak Sisi Gelap Kota Sihanoukville Kamboja: Sarang Sindikat Penipuan Siber

30 Juli 2022 13:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sihanoukville. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sihanoukville. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sihanoukville, sebuah kota pelabuhan di bagian selatan Kamboja yang terkenal dengan keindahan pantainya ini, dulunya adalah kota yang sepi. Satu-satunya pelabuhan di Kamboja berada di kota ini.
ADVERTISEMENT
Namun sejak adanya The Belt and Road Initiative yang dipelopori oleh Presiden China Xi Jinping pada 2013 lalu, Sihanoukville dikenal menjadi titik fokus bagi investasi China di Kamboja.
Ratusan ribu investor asal Tiongkok pun berbondong-bondong datang ke wilayah ini. Kali ini tidak hanya untuk berlibur, namun juga untuk berbisnis. Kedatangan investor China menyulap Sihanoukville menjadi kota dengan ratusan konstruksi gedung-gedung tingkat tinggi.
Orang-orang lokal kini menyebut Sihanoukville sebagai 'Chinatown'. Pada 2018, tercatat sejumlah 2 juta turis asing datang ke kota ini, sebagian besar di antaranya berasal dari Tiongkok. Ratusan ribu di antaranya memutuskan untuk menetap di Sihanoukville.
"Semuanya telah berubah di Sihanoukville hanya dalam dua tahun," kata seorang penduduk lokal bernama Deu Dy (23), pada Selasa (31/7/2018), dikutip dari The Guardian.
Suasana di distrik Chinatown Sihanoukville, Kamboja Foto: REUTERS / Matthew Tostevin
"Sebelumnya sangat sepi di sini, tetapi tidak lagi dengan semua konstruksi China. Saya khawatir itu sangat merusak lingkungan, semua bangunan ini dan apa yang akan terjadi ketika semua konstruksi selesai dan ribuan orang datang? Tidak akan ada lagi orang Kamboja di Sihanoukville," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Dy menambahkan, agar bisa beradaptasi dengan segala perubahan dan berinteraksi dengan pendatang-pendatang baru di Sihanoukville, ia memutuskan untuk belajar bahasa Mandarin.
Kecepatan pembangunan di kota ini telah membuat banyak penduduk setempat terkesima. Orang-orang dari Tiongkok diperkirakan membentuk hampir 20% dari populasi Kota Sihanoukville. Konstruksi bangunan selalu beroperasi hampir 24 jam setiap harinya.
Proyek-proyek konstruksi besar yang dikelola investor China terlihat di hampir setiap area kota dan jalanan sekarang dipenuhi dengan bisnis dan restoran yang mayoritas dimiliki oleh orang asing.
Sihanoukville yang Dulu, Bukanlah yang Sekarang
Di luar keindahan pantai dan keramahan warga lokal, Sihanoukville yang dulunya sepi kini berubah menjadi kota terang benderang yang memiliki sisi gelap.
ADVERTISEMENT
Di dalam gedung-gedung hotel mewah dan kompleks perumahan yang megah, terdapat aktivitas kriminal ilegal yang sedang beroperasi dan tidak dihiraukan oleh orang-orang sekitar.
Aktivitas ilegal seperti perjudian, penipuan siber (cyber scam), kasino, kejahatan siber (cyber crime), hingga eksploitasi dan perdagangan manusia sudah bersarang di jantung Sihanoukville selama bertahun-tahun.
"Ini episentrumnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di cyber scam," kata Sekretaris Pertama Fungsi Perlindungan WNI KBRI Phnom Penh, Teguh Adhi Primasanto, saat dihubungi kumparan, pada Sabtu (30/7/2022).
Kota ini menjadi saksi bisu di mana 60 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penipuan lowongan kerja saat ini sedang disekap oleh sindikat kriminal.
Kasino di Sihanoukville Foto: Paula Bronstein/Getty Images
"Di Sihanoukville banyak investor asal Tiongkok yang ternyata sindikat kriminal yang menjalankan bisnis penipuan," sambung Prima.
ADVERTISEMENT
Sindikat kriminal ini, lanjut Prima, menjalankan perusahaan bisnis investasi palsu yang biasanya bergerak di investasi crypto currency. Mereka merekrut pekerjanya melalui lowongan-lowongan kerja yang disebar melalui media sosial seperti Facebook dan iklan-iklan di internet.
Dengan iming-iming gaji ribuan dolar serta transportasi dan akomodasi yang sudah dibiayai, para korban yang biasanya berasal dari masyarakat menengah ke bawah pun tergiur.
Berdasarkan hasil investigasi tim jurnalis Al Jazeera yang dimuat dalam film dokumenter berjudul Forced to Scam: Cambodia’s Cyber Slaves, ribuan orang dari berbagai negara di dunia diketahui telah dipaksa bekerja di Kamboja untuk menipu korban lain dan kerap mengalami kekerasan oleh perekrutnya.
Pelabuhan di Sihanoukville. Foto: Shutterstock
"Ada ribuan orang di Kamboja yang dipaksa bekerja di kompleks hunian di mana perusahaan penipu beroperasi," kata Kepala Misi Keadilan Internasional (IMJ) di Kamboja, Jake Sims.
ADVERTISEMENT
Pria dan wanita muda diperbudak, disiksa, dan dipaksa untuk menipu. Mereka tidak bisa melarikan diri, bahkan jikalau ketahuan, mereka akan disekap berhari-hari dan dipukuli dengan tongkat listrik.
"Mereka secara konsisten melaporkan bahwa ada penjaga dan penjaga bersenjata, mencegah mereka meninggalkan gedung. Kami tahu ada pengurungan, ada laporan orang dipukuli," imbuhnya.
Masuknya investasi China secara besar-besaran telah membuat kota di pesisir pantai ini berkembang, dari kota yang sepi menjadi kota metropolis kasino yang berbahaya di mana kejahatan terorganisir dan korupsi berkembang luas tanpa pengawasan.
Lengahnya aparat keamanan setempat dalam menyikapi masalah ini menjadikan Sihanoukville terkenal di dunia sebagai pusat sindikat cyber crime yang meraup untung ratusan ribu dolar dari korban-korbannya.
ADVERTISEMENT