Mengungkap Ciri-ciri Buzzer yang Mudah Dikenali

12 Februari 2021 20:22 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Buzzer Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buzzer Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan isu buzzer politik kembali ramai diperbincangkan. Penyebabnya, ungkapan Presiden Jokowi yang meminta masyarakat mengkritiknya, tapi di sisi lain publik khawatir diserang buzzer.
ADVERTISEMENT
Melihat fenomena ini, sebenarnya kamu tahu enggak, sih, apa itu buzzer? Lalu apa bedanya dengan influencer?
"Pertama influencer, itu contohnya kalau pemerintah Denny Siregar, Permadi. kalau di oposisi ada Rizal Ramli, Said Didu. Mereka orang-orang yang tiap ngetweet itu influencial, ini dalam konteks politik ya," kata pengamat medsos sekaligus founder Media Kernel Indonesia, Ismail Fahmi, saat berbincang dengan kumparan, Jumat (12/2).
Kata Ismail, influencer bisa menulis sesuatu di media sosialnya atas pemikirannya sendiri. Dan mereka bahas apa saja, tetapi ketika posting banyak yang merespons.
"Nanti akan banyak yang retweet, reply, komentar. Karena dia influencial," tutur dia.
Kemudian ia menjelaskan soal apa itu buzzer. Perbedaan paling mendasar dengan influencer, buzzer itu kalau dia memberikan opini tidak bersifat mempengaruhi atau influencial.
ADVERTISEMENT
"Dia lebih ke buzzing, berisik,  mengamplifikasi, membuat lebih ramai. Jadi dia bisa ikut retweet, posting, ngeposting materi yang sudah disiapin. Kalau ada meme disiapin dia posting," jelas dia.
"Kalau buzzer biasanya anonim, misalnya fotonya wanita cantik, kalau influencer lebih jelas," tegasnya.
Ismail Fahmi, Analis Media Sosial Drone Emprit. Foto: Fauzan Dwi Anangga/kumparan
Namun menurut pendiri Drone Emprit itu, ada juga buzzer yang tidak anonim. Tapi yang perlu ia tegaskan, buzzer itu tidak mengeluarkan pandangannya sendiri, melainkan hanya ikut arus.
"Dia nggak influencial, kalau dia ngetweet bukan twit sendiri tapi orang lain. Kalau dia berbayar sudah ada agenda settingnya, dia juga bisa retweet, komentar. Dan bikin ramai deh pokoknya," jelasnya.
"Buzzer Rp ada yang tidak. Kalau buzzer dibayar dan tidak tidak terlihat. Misalnya akun yang isunya itu terus dan kompak, mungkin itu dibayar. Seperti ada orkestrasi," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Sementara buzzer yang tidak dibayar menurutnya juga banyak. Ada sejumlah alasan mereka jadi buzzer.
"Mungkin karena sudah sama ide. Itu banyak banget nggak mungkin semua dibayar, banyak natural," tuturnya.
Lalu ada juga isu yang melekat juga yakni biasanya buzzer menggunakan mesin bot dalam mengangkat isu. Namun Ismail punya pendapat sendiri.
"Enggak harus gitu. Fungsi buzzer itu artinya kan buzzing, berisik jadi supaya makin ramai tapi nggak berpengaruh. Penggunaan mesin atau BOT untuk membantu menaikkan isu, lebih digunakan untuk naik isunya. Hastagnya, nggak semua isu kan suka bahas. Lagi ramai gitu mungkin angkat isu baru," beber dia.
"Orang umumnya kan kurang mau ikutin. Kemudian diatur jam segini ini, ini ini. Kemudian jadi trending topic, jadi ada scheduling," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pola kerja
lika-liku buzzer. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Dalam pengamatannya, kalau buzzer berbayar, akan ada pola cuitan yang sama di medsos. Mereka bekerja secara profesional.
"Jadi tiap hari, dari bangun sampai tidur lagi. Jadi akunnya sesuai pesanan, jadi retweetnya misalnya yang lain omong apa dia enggak ikutan. Karena dia diperintahkan. Konsisten dengan isu yang ada genderangnya," ungkap dia.
Ada buzzer ideologis atau politis yang tidak berbayar. Ia bekerja secara natural karena merasa sepaham akan suatu isu.
Ismail juga menganggap apa yang terjadi saat ini publik telah menyederhanakan makna buzzer. Seakan semua yang buat keramaian di media sosial adalah buzzer.
"Denny Siregar, Said Didu itu influencer, karena tanpa disuruh dia ngetweet. Levelnya sudah influencer. Influencer itu ada yang dihire juga, dan orangnya jelas dan menginfluence. Cuma kita  tidak mau pusing, ya sudah semua mau troll, buzzer, influencer semua buzzer," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Makanya di sini bahwa publik mensimplifikasi. Padahal ada satu tim ada kegiatan semua buzzer, padahal di dalamnya ada macem macem. Ada influencer, buzzer dan sebagainya," tutup dia.