Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Mengungkap Lembaga Survei Gagal Prediksi Kemenangan Erdogan di Putaran Pertama
18 Mei 2023 8:21 WIB
·
waktu baca 6 menit
ADVERTISEMENT
Sejumlah lembaga survei gagal memprediksi hasil Pilpres Turki. Recep Tayyip Erdogan yang 'diramal' kalah dalam sekali putaran malah unggul dibandingkan pesaingnya, Kemal Kilicdaroglu.
ADVERTISEMENT
Dalam survei yang dilakukan Alf Research pada 6-7 Maret 2023, Erdogan diprediksi hanya mendapat 44,9 persen suara. Sementara Kilicdaroglu mengantongi 55,1 persen suara.
Temuan dari sejumlah lembaga survei lain pun senada. Erdogan disebut kalah telak dan Turki akan punya pemimpin baru.
Berdasarkan hasil penghitungan suara, Minggu (15/5), sang petahana justru mendapat sekitar 49,5 persen suara hampir menyentuh ambang batas untuk menang satu putaran.
Kilicdaroglu mendapat 45 persen suara dan calon lainnya, Sinan Ogan, hanya memperoleh 5,5 persen suara. Praktis, pemilu akan dilaksanakan dalam dua putaran pada 28 Mei mendatang antara Erdogan dan Kilicdaroglu.
Pengamat politik Timur Tengah Universitas Indonesia, Yon Machmudi, curiga bahwa ada banyak pendukung Erdogan yang tak ter-cover dalam survei.
ADVERTISEMENT
Terlebih, kata dia, Erdogan punya basis pendukung yang loyal selama dirinya dua dekade berkuasa.
“Saya kira ada faktor juga terkait pendukung loyal dari Erdogan yang memang berada pada basis-basis tertentu, ya, di wilayah-wilayah pedalaman yang mungkin tidak tercover oleh survei dan cenderung tidak muncul,” jelas Yon.
Menurutnya, masyarakat Turki dihadapi dua pilihan. Tetap mempertahankan Erdogan yang konservatif atau kembali pada rezim terdahulu yang cenderung sekuler seperti yang bakal dibawa Kilicdaroglu.
Persoalannya, kata dia, kelompok oposisi sulit untuk meyakinkan masyarakat pedesaan yang notabene jadi basis Erdogan yang religius.
“Tentu pendukung Kemal Kilicdaroglu cukup banyak. Tapi ya bagaimana upaya Erdogan yang selama 20 tahun berkuasa itu kemudian menjadi kekuatan tersendiri. Karena bagaimana pun, dia (Erdogan) menguasai birokrasi dan juga dasar negara,” kata Yon.
Survei sendiri pada dasarnya merupakan instrumen membaca perilaku pemilih saat kuesioner disebar.
ADVERTISEMENT
Sebuah survei akan sangat tergantung pada waktu, lokasi, serta kejujuran responden. Paling tidak ada 5 hal yang menyebabkan hasil survei tidak akurat.
Survei Bisa Mempengaruhi Pemilih
ADVERTISEMENT
Sebelum pemilu putaran pertama berlangsung, Presiden Erdogan sempat murka terhadap Barat. Pemimpin berusia 69 tahun itu melontarkan kritik tajam usai majalah The Economist pada edisi Mei menyasar dirinya dengan sampul bertuliskan ‘Erdogan harus pergi’, ‘Selamatkan demokrasi’, dan ‘Gunakan hak pilih’.
Selain The Economist, media asal Prancis Prancis Le Point dan L’Express turut membahas soal anti-Erdogan. Publikasi serupa juga terbit di majalah berita besar di Jerman, Spiegel, yang menuliskan soal ‘takhta’ Erdogan ‘sedang terguncang’.
Terkait publikasi-publikasi ini, Erdogan dalam sebuah acara kampanye pada Jumat (12/5) mengecam Barat dan menilai itu sebagai upaya eksternal untuk mempengaruhi opini masyarakat Turki.
“Bagaimana Anda menaruh kata-kata ini di sampul majalah-majalah tersebut? Ini bukan urusan Anda, Barat! Ini urusan bangsa saya untuk memutuskannya,” kecamnya.
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi di Turki lalu membuat orang bertanya: Apakah hasil survei di sana juga merupakan bagian dari penggiringan opini itu? Sulit untuk memastikannya. Namun yang jelas, hubungan survei dengan kecenderungan memilih itu memang ada.
Dalam jurnal 'Bunga Rampai Tata Kelola Pemilu Indonesia' (2020) yang diterbitkan KPU RI, survei bisa mempengaruhi pemilih pemula. Studi kasusnya adalah saat Pilkada Jakarta 2017 lalu.
Melalui analisis korelasi person, disebutkan bahwa hasil polling berpengaruh terhadap pembentukan opini pemilih pemula sebesar 30,5 persen. Pemilih pemula biasanya baru menginjak usia 17 tahun.
Erdogan Menang Putaran Pertama, Rival Ajukan Laporan Kecurangan
Partai oposisi pada Rabu (17/5) mengajukan laporan atas dugaan kecurangan di ribuan kota suara pada pemilu Turki hari Minggu lalu. Pilpres putaran pertama itu secara mengejutkan dimenangkan Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, pihak partai oposisi menegaskan laporan itu tidak ditujukan demi mengubah hasil putaran pertama. Putaran kedua pemilu Turki tetap mereka dukung untuk digelar pada 28 Mei 2023, yang akan mempertandingkan Erdogan melawan tokoh oposisi Kemal Kilicdaroglu.
Menurut Wakil Ketua Umum Partai CHP, Muharrem Erkek, kecurangan pada kotak suara mencakup salah perhitungan single hingga ratusan suara.
Dia mengatakan, secara resmi keberatan dilayangkan pada 2.268 kotak suara pilpres dan 4.825 kotak suara pileg di seluruh Turki. Ia memastikan, itu hanya mewakili sebagian kecil dari jumlah total suara.
"Kami mengikuti perhitungan setiap suara, bahkan bila itu sama sekali tidak mengubah hasil akhir sama sekali," kata Erkek.
Janjikan Stabilitas, Cara Erdogan Rebut Kemenangan pada Putaran 2 Pilpres Turki
Recep Tayyip Erdogan meminta warga Turki memilih dirinya pada pilpres putaran kedua Minggu (28/5). Ia menjanjikan stabilitas di Turki.
ADVERTISEMENT
Pada pilpres putaran pertama lalu Erdogan berhasil mengumpulkan 49,5 persen suara. Sedikit dari ambang batas mayoritas untuk memenangkan pemilu satu putaran yaitu di atas 50 persen.
Erdogan juga mematahkan prediksi berbagai lembaga survei. Ia diramalkan kalah dari penantangnya Kemal Kilicdaroglu satu putaran. Kilicdaroglu bahkan cuma mendulang 45 persen suara.
Kemenangan bukan cuma diraih pada pilpres, partai pengusung Erdogan AKP dan partai-partai Islam yang tergabung dalam Koalisi Rakyat berhasil mendapat kursi mayoritas parlemen yaitu 322 dari 600.
Erdogan mengatakan, yang penting dilakukan adalah presiden dan parlemen yang harmonis. Oleh karenanya, warga Turki diminta mendukung dirinya yang sudah berkuasa lebih dari dua dekade.
"Kehadiran kuat dari Aliansi Rakyat di parlemen akan membuat kita kuat seperti di pemerintahan. Harmonis antara eksekutif dan legislatif akan membantu pembangunan negara kami," jelas Erdogan.
Cara Rival Erdogan Menang di Putaran Dua Pilpres Turki
ADVERTISEMENT
Kemal Kilicdaroglu, meminta kaum muda memilih dirinya pada putaran kedua pemilu Turki. Kilicdaroglu menginginkan kekuasaan dua dekade Erdogan segera berakhir.
Jelang putaran kedua, Kilicdaroglu mulai menyusun strategi usai kekalahan mengejutkan pada putaran pertama. Dalam berbagai survei jelang pemilu putaran pertama Kilicdaroglu kerap unggul dari Erdogan.
Ia mengincar kelompok muda untuk memenangkannya dalam pertandingan melawan Erdogan. Kelompok muda merupakan lapisan masyarakat yang kecewa atas keterpurukan ekonomi Turki di bawah Erdogan.
"Pesan perubahan muncul dari kotak suara. Mereka yang mau perubahan di negara ini sekarang lebih banyak dari yang tidak menginginkannya," kata Kilicdaroglu.
Pernyataan Kilicdaroglu berdasarkan kegagalan Erdogan mendapat 50 persen suara pada putaran pertama pemilu Turki.
Demi meyakinkan kelompok muda, Kilicdaroglu membawa narasi betapa tingginya biaya hidup di bawah pemerintahan Erdogan. Kilicdaroglu percaya kondisi itu tercipta akibat kebijakan Erdogan memangkas suku bunga yang menyebabkan penurunan tajam nilai mata uang Lira dan meroketnya inflasi.
ADVERTISEMENT