Mengungkap Persiapan Militer AS Tewaskan Pentolan ISIS Abu Ibrahim al-Quraishi

4 Februari 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi bangunan yang hancur setelah misi kontra-terorisme yang dilakukan oleh Pasukan Operasi Khusus AS terlihat di Atmeh, Suriah, Kamis (3/2/2022). Foto: Abdulaziz Ketaz/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi bangunan yang hancur setelah misi kontra-terorisme yang dilakukan oleh Pasukan Operasi Khusus AS terlihat di Atmeh, Suriah, Kamis (3/2/2022). Foto: Abdulaziz Ketaz/AFP
ADVERTISEMENT
Pentolan ISIS yang sudah lama menjadi buronan Amerika Serikat, Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi, tewas dalam operasi militer yang dilancarkan AS. Ia tewas akibat meledakkan bom bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Ledakan besar itu terjadi di lantai tiga sebuah gedung perumahan di Suriah. Kekuatan ledakan itu melontarkan tubuh-tubuh penghuni bangunan—termasuk Quraishi sendiri.
Bom bunuh diri itu juga menewaskan sejumlah anggota keluarga yaitu anak dan dua istrinya. Keterangan tersebut disampaikan seorang pejabat senior AS.
Dikutip dari Reuters, perencanaan operasi militer ini sudah berlangsung sejak awal Desember 2021. Persiapan dimulai ketika AS berhasil memastikan keberadaan Quraishi di bangunan tersebut.
Presiden AS Joe Biden menerima laporan soal opsi menangkap Quraishi dalam keadaan hidup pada 20 Desember 2021.
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang operasi Pasukan Khusus AS di Suriah Utara melawan pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishiz, Kamis (3/2/2022). Foto: Sarah Silbiger/Reuters
Mengingat Quraishi jarang sekali meninggalkan rumahnya, yang berlokasi di lantai tiga gedung tersebut, operasi menjadi sangat sulit. Ditambah, bangunan itu dihuni oleh sejumlah keluarga, termasuk anak-anak di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Pasukan AS harus menyusun misi untuk menyelamatkan warga sipil di bangunan tersebut sebelum akhirnya bisa melancarkan operasi penangkapan Quraishi. Jadi, opsi serangan jarak jauh harus dicoret.
Biden merestui operasi militer tersebut pada Selasa (1/2/2022), dalam rapat di Kantor Oval Gedung Putih bersama dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Atasan Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley.
“Presiden Biden bergabung dengan tim di Ruang Situasi Gedung Putih sekitar pukul 5 sore Waktu Timur (ET) pada Rabu (2/2), usai menyelesaikan diskusi lewat telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai topik yang tak terkait,” ucap seorang pejabat Gedung Putih yang tak disebutkan namanya.
Ilustrasi ISIS. Foto: Ahmad Al-RUbaye/AFP
Di Ruang Situasi Gedung Putih itulah, Biden, Wapres Kamala Harris, dan pejabat-pejabat tinggi AS memantau operasi militer yang berlangsung di Atmeh, kota kecil dekat perbatasan Suriah-Turki.
ADVERTISEMENT
Pentagon (markas besar Kemenhan AS) mengungkapkan, menjelang dilancarkannya serangan militer, satu unit helikopter tentara AS mengalami kerusakan mesin. Akhirnya helikopter tersebut terpaksa dihancurkan.
Operasi pun berlangsung. Tetapi, sebelum pasukan AS berhasil mencapai Quraishi, pimpinan ISIS sejak 2019 itu lebih dulu meledakkan bom bunuh diri yang luar biasa dahsyat.
Biden menyebut tindakan Quraishi sebagai “aksi final dari pengecut yang putus asa.” Aksi bom bunuh diri yang dilakukan Quraishi serupa dengan yang dilakukan pendahulunya, Abu Bakr al-Baghdadi, pada 2019 lalu.
Sebuah bangunan hancur setelah misi kontra-terorisme yang dilakukan oleh Pasukan Operasi Khusus AS terlihat di Atmeh, Suriah, Kamis (3/2/2022). Foto: Mohamed Al-Daher/Reuters
Bagi para penduduk Atmeh, peristiwa tersebut sangatlah mengerikan. Mereka menyaksikan pasukan AS lalu lalang dari helikopter dan mencoba mengevakuasi warga sipil di gedung tersebut. Suara nyaring lewat pengeras suara terdengar, meminta warga untuk meninggalkan lokasi.
ADVERTISEMENT
“Pria, wanita, dan anak-anak, angkat tangan Anda. Anda aman di bawah koalisi Amerika yang mengelilingi area ini. Anda akan mati jika tidak keluar dari gedung,” kata seorang warga sipil, mengutip kembali suara peringatan dari pasukan AS.
Jenderal Marinir Frank McKenzie mengatakan, pasukannya berhasil mengevakuasi enam warga sipil, termasuk empat anak, dari lantai satu bangunan sebelum bom maut itu meledak.
“Ledakan itu, yang ternyata lebih besar dibandingkan dengan yang diprediksi terjadi akibat rompi bom bunuh diri, membunuh semua orang di lantai tiga. Dan bahkan, melontarkan sejumlah orang dari bangunan,” kata McKenzie.
Kondisi bangunan yang hancur setelah misi kontra-terorisme yang dilakukan oleh Pasukan Operasi Khusus AS terlihat di Atmeh, Suriah, Kamis (3/2/2022). Foto: Abdulaziz Ketaz/AFP
Kemudian, pasukan menaiki lantai dua. Di sana, prajurit bawahan Quraishi dan istrinya melepaskan tembakan ke arah pasukan AS. Keduanya terbunuh dalam baku tembak itu.
ADVERTISEMENT
Di lantai dua, satu anak ditemukan tewas. Tiga anak lainnya dan satu balita berhasil diselamatkan dari lantai itu.
Menurut tim evakuasi Suriah, setidaknya 13 orang ditemukan tewas. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
“Presiden Biden mengatakan, ‘Semoga Tuhan memberkati pasukan kita,’ ketika pasukan AS lepas landas usai operasi militer berlangsung, dan terus memantau kondisi mereka di malam hari ketika mereka terbang menuju tempat aman,” kata pejabat Gedung Putih.
Setelah pasukan AS dipastikan berada di lokasi aman, Biden mengenang kembali peristiwa serangan udara yang diluncurkan AS pada 2015.
Saat itu, serangan menewaskan seorang pimpinan ISIS dan melukai Quraishi—hingga membuatnya kehilangan satu kaki.
Pasukan AS mengatakan, mereka berhasil mengonfirmasi identitas jenazah Quraishi dengan menggunakan data biometrik yang diambil dari sidik jari jenazah.
ADVERTISEMENT
Mereka pun menunggu tes DNA tuntas sebelum akhirnya mengumumkan kabar kematian si pentolan ISIS.