Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengungkap Tabir Kematian Siswa SMK di Nias di Tangan Kepsek
19 April 2024 8:17 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Seorang pelajar SMK Negeri 1 Siduori, Nias Selatan, bernama Yaredi Nduru, diduga tewas usai dianiaya oleh kepala sekolahnya, SZ (37 tahun). Yaredi diduga dipukul lima kali di bagian kening hingga salah satu sarafnya tak berfungsi.
ADVERTISEMENT
"Masih diduga ya, karena polisi masih melakukan pendalaman," kata Kasi Humas Polres Nias Selatan, Bripka Dian Octo, saat dihubungi, Selasa (16/4).
Dian menyebut, berdasarkan laporan, insiden ini terjadi pada Sabtu (23/3) lalu sekitar pukul 09.00 WIB. Terduga pelaku saat itu memukul korban dan enam siswa lainnya.
Saat pulang sekolah, kepada ibunya korban mengaku pusing, dan diberi obat. Sekitar empat hari kemudian, sakit yang diderita korban semakin parah, hingga pada 29 Maret korban demam tinggi dan mengigau sambil mengatakan, "Kepala sekolah saya, Safrin, memukul kepala saya hingga pusing begini."
Mendapati hal itu, ibu korban langsung bertanya ke teman-teman korban, dan dijelaskan bahwa korban memang dipukuli kepala sekolahnya.
Pada 9 April, Yaredi dibawa ke RSUD Thomsen dan dinyatakan mengalami kerusakan saraf dan harus dirawat inap selama sehari. Setelah beberapa hari di rumah, pada Sabtu (13/4), Yaredi kembali masuk rumah sakit karena kondisinya memburuk dan meninggal dunia pada Senin (15/4).
ADVERTISEMENT
Lebih dari 7 Saksi Diperiksa Terkait Kasus Tewasnya Siswa SMK di Nias Selatan
Lebih dari 7 orang saksi diperiksa dalam kasus tewasnya siswa SMK Negeri 1 Siduaori, Nias Selatan, bernama Yaredi Nduru (17 tahun). Yaredi diduga tewas usai dipukul kepseknya inisial SZ (37 tahun) di bagian dahi sebanyak 5 kali.
“Polres Nias Selatan sudah memeriksa lebih dari lebih dari 7 saksi,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi saat dihubungi pada Kamis (18/4).
Namun Hadi belum merinci siapa saja saksi yang dimaksud.
Hadi bilang, saat ini pihak kepolisian sedang menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab pasti kematian korban.
“Polisi dan keluarga juga sepakat untuk dilakukan autopsi terhadap korban. Pihak keluarga, mempercayakan proses hukumnya kepada polisi. Kita tunggu prosesnya,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi 6 Siswa SMK di Nias Selatan yang Dipukul Kepsek
Selain Yaredi, ada enam orang siswa lainnya yang turut dipukul.
"[Keenam siswa itu] enggak kenapa-kenapa kondisinya. Dari wawancara terhadap mereka, mereka tidak merasakan sakit dan tidak merasa seolah [mengalami] penganiayaan," kata Kasat Reskrim Polres Nias Selatan, AKP Freddy Siagian, saat dikonfirmasi, Kamis (18/4).
Freddy menyebut, keenam siswa tersebut juga tidak membuat laporan ke polisi terkait aksi pemukulan tersebut. Saat ini polisi hanya menerima laporan dari keluarga Yaredi.
“Dan sampai saat ini enggak membuat laporan polisi ke Polres Nias Selatan, hanya [keluarga] korban meninggal ini," ucapnya.
Freddy menuturkan, belum ada penetapan tersangka dalam kasus ini. Polisi juga masih menyelidiki dan menunggu hasil.
ADVERTISEMENT
Alasan Kepsek SMK di Nias Pukul Siswa: Perkara Genset
Kasat Reskrim Polres Nias Selatan, AKP Freddy Siagian, menyebut Yaredi dan enam temannya dipukul setelah SZ menerima laporan dari tempat magang ketujuh siswa itu.
Yaredi dan teman-temannya saat itu sedang magang di Kantor Camat Siduaori. Sebelum insiden itu terjadi, ketujuh siswa magang itu sempat diminta mengangkat genset namun tak langsung dilaksanakan.
"Awalnya kan tanggal 23 Maret itu oleh sekretaris camat, mereka ada disuruh sesuatu, minta mengangkat genset. Mungkin anak-anak ini enggak langsung mengindahkan perintah dari sekretaris camat atau kantor camat tersebut, kemudian oleh sekretaris camat dilaporkan ke kepala sekolah," kata Freddy saat dihubungi, Kamis (18/4).
Setelah mendapatkan laporan itu, SZ lalu mengumpulkan ketujuh siswa tersebut, termasuk Yaredi. Di sanalah insiden pemukulan itu terjadi.
ADVERTISEMENT
"Oleh kepala sekolah mereka dipanggil pada Sabtu (23/3), dikumpulkan ke sekolah. Memang katanya setiap Sabtu mereka tetap kumpul di sekolah, bimbingan. Kemudian ditanya soal hal ini mungkin," lanjut Freddy.
Oleh SZ, ketujuh siswa itu dipukul di bagian dahi dengan tangan kosong. Freddy memastikan, SZ tak menggunakan alat atau senjata saat itu.
"Dipukul dengan kepalan tangan, tapi dengan sisi luarnya begitu," jelasnya.
Usai kejadian, pada Senin dan Selasa berikutnya Yaredi masih ikut magang, bahkan teman-temannya tak tahu jika Yaredi sakit. Baru pada hari Rabu (27/3), Yaredi tak masuk karena sakit.