Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0

ADVERTISEMENT
Semua anak adalah anak kita. Itulah semboyan tentang anak yang diyakini masyarakat di RW 18 Leles, Desa Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan mengunjungi kampung tersebut, Rabu (18/9). Rambu-rambu 'memasuki kawasan ramah anak' menjadi pemandangan yang pertama kali tampak saat tiba di RW ini. Tak hanya itu, jalanan utama RW 18 Leles turut dihiasi lukisan warna-warni.
Jalan ini ditutup setiap harinya pukul 15.30-17.00 WIB dan disulap menjadi tempat bermain anak. Di dalamnya, terdapat gubuk belajar bernama Cakruk Inspirasi.
Di gubuk itu, anak-anak bebas menghabiskan waktu. Mulai dari membaca, bermain ayunan dan seluncuran, serta bermain permainan tradisional seperti egrang.
Keinginan untuk menjadikan lingkungan RW 18 kampung ramah anak lahir dari inisiatif seluruh warganya. Keresahan akan tingginya ketergantungan terhadap smartphone dan tingginya tingkat ketidakacuhan hingga membuat anak jarang bermain menjadi alasan mereka mendeklarasikan kampung ramah anak pada tahun 2015.
Deklarasi itu kemudian dilanjutkan dengan membentuk Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak RW 18 Leles pada tahun yang sama. Satgas ini beranggotakan 38 orang tua yang didanai dari dana pribadi para orang tua itu sendiri.
“Awal mula kita mendirikan Satgas, saya menerima aspirasi warga masyarakat karena selama ini di RW 18 kenakalan remaja nomor satu (di Desa Condongcatur). Mahasiswa banyak, siswa banyak, jadi orang tua mengajak mengurangi kenakalan remaja,” ujar Ketua RW 18 Paijan Trisno.
ADVERTISEMENT
“Kita punya semboyan ‘Semua anak adalah anak kita’. Dulu ada anak yang bermain sendirian, tak ada yang peduli. Kini semua bisa tahu anak siapa yang belum pulang, anak siapa yang ke mana,” sambungnya.
Satgas tersebut bertugas memberi sosialisasi kepada 150 kepala keluarga dan 60 anak berusia 0-18 tahun. Selain menjaga hubungan para orang tua dan anak, Satgas juga akan memberikan penyuluhan terkait upaya-upaya untuk menghindari terjadinya kekerasan terhadap anak.
Alhasil, mereka menyepakati sejumlah aturan untuk dijalani bersama. Mulai dari larangan khusus untuk anak, jam belajar masyarakat, hingga hal-hal yang tidak boleh dilakukan orang tua.
“Kalau sore kesepakatan jam sekian anak belajar ditunggui orang tua. Setiap rumah menjalankan aturan, anak di bawah 18 tahun enggak boleh mengendarai motor, gadget dibatasi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun berjalan, konsep kampung ramah anak ini menuai hasil yang cukup signifikan. Kasus kekerasan terhadap anak berhasil ditekan, serta kualitas pendidikan pun meningkat.
“Putus sekolah tidak ada. Mereka dijamin keamanan dari pelecehan seksual. Kedua, kaitan dengan gemar membaca, tata krama, kita didik di sini,” ujar Kepala Desa Condongcatur, Reno Candra Sangaji, dalam kesempatan yang sama.
Setelah mendapat penghargaan dari pemerintah Kabupaten Sleman sebagai Kampung Ramah Anak terbaik, Kampung Leles didapuk menjadi percontohan bagi kampung lainnya. Selain itu, Kampung Leles juga menjadi salah satu indikator Kabupaten Sleman berada di kategori nindya dalam penghargaan Kabupaten Layak Anak, program Kementerian PPPA.
“Di sini ada 64 RW, sembilan RW sudah deklarasi. Sebenarnya sudah semua RW ramah perempuan dan anak. Memulai kegiatan sudah, pengakuan secara SK yang belum,” tutur Reno.
ADVERTISEMENT