Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengunjungi Kampung Uyu, Marbot Masjid di Ujung Selatan Garut
4 Maret 2018 11:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Kisah Marbot Uyu Rohayana yang tinggal di daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat masih menjadi perhatian publik. Di tengah maraknya isu penyerangan terhadap ulama, Uyu tiba-tiba ikut menambah kusut isu tersebut lantaran berbohong kepada publik dengan mengaku telah dianiaya oleh lima orang tak dikenal.
ADVERTISEMENT
Setelah diselidiki oleh kepolisian setempat, alasan Uyu melakukan kebohongan itu karena ingin diperhatikan warga setempat. Sebab, selama menjadi marbot, kehidupannya jauh dari kata sejahtera.
Lalu, bagaimana sebenarnya kondisi sosial ekonomi di desa Pameungpeuk? kumparan (kumparan.com) menyambangi Pemeungpeuk guna menguji keterangan Uyu dan melihat kondisi desa di mana Uyu tinggal dan bertugas..
kumparan menyambangi desa tempat tinggal marbot Uyu tersebut pada Jumat (2/3). Perjalanan dimulai dari Jakarta dengan menaiki bus umum jurusan Garut Kota dengan estimasi waktu lima hingga enam jam.
Setelahnya, untuk bisa sampai di Pameungpeuk, diperlukan waktu sekitar tiga jam dengan jarak sekitar 89 KM dari Garut Kota.
Dalam perjalanan itu, kumparan yang bekendara dengan roda dua harus menembus dua sampai tiga bukit dengan jalan yang meliuk-liuk, menikung tajam, menuruni lembah yang licin karena sisa-sisa air hujan. Kondisi jalanan yang berlubang juga menjadi tantangan tersendiri untuk bisa menjangkau desa tempat tinggal Marbot Uyu tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah sampai ke tempat tujuan, kondisi Desa Pameungpeuk ternyata tak seperti yang dibayangkan. Desa tersebut bisa dibilang sudah maju meski letaknya jauh dari kota. Sebab, berbagai fasilitas umum dan kondisi pasar yang tak juga sudah modern.
Begitu juga dengan Masjid Agung Istiqomah tempat Uyu mengabdikan diri. Masjid itu tampak luas dan cukup besar, meskipun beberapa fasilitas seperti toilet masjid kurang memadai. Lokasi masjid itu juga tak jauh dari kantor kecamatan.
Masyarakat yang tinggal di Desa Pameungpeuk juga terbilang ramah. Ketika kumparan menyambangi desa tersebut, banyak warga yang menawarkan tempat tinggalnya secara gratis.
Hanya saja, demi mematuhi aturan yang berlaku, kumparan diminta untuk memberikan foto kopi identitas kepada pemerintahan setempat. Salah seorang warga mengatakan, Informasi mengenai identitas harus dilaporkan untuk mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi, belum lama ini ada isu penyerangan terhadap ulama dan kasus Uyu.
ADVERTISEMENT