news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengurai Data Curah Hujan dan Banjir di DKI Jakarta, Makin Cepat Surut?

10 November 2021 19:22 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi banjir di Jalan Tanah Rendah RT 13/8 Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Foto: Twitter/@amin_agustin
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi banjir di Jalan Tanah Rendah RT 13/8 Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Foto: Twitter/@amin_agustin
ADVERTISEMENT
DKI Jakarta dikenal sebagai daerah langganan banjir, terutama di musim hujan. Pada Minggu (7/11) lalu, misalnya, hujan lebat mengakibatkan sejumlah wilayah di Jakarta terendam banjir.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan fitur Pantau Banjir di aplikasi JAKI pada Minggu sore pukul 17.00 WIB, sebanyak 9 RT terendam banjir dengan ketinggian air mulai 40 cm sampai 150 cm.
Keesokan harinya, Senin (8/11) pagi, banjir terus meluas hingga menggenangi 91 RT di Jakarta. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan banjir kali ini merupakan hasil dari intensitas curah hujan yang lebat hingga sangat lebat. Hujan ini juga terjadi di kawasan Bogor, Bendung Katulampa dan sekitarnya sejak Minggu (7/11) pukul 07.00 WIB.
“Penyebab hujan sangat lebat dan TMA Katulampa dan Bogor siaga 3 dan limpasan Kali Ciliwung,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto kepada kumparan, Senin (8/11).
Lantas, bagaimana data curah hujan dan banjir di DKI Jakarta Selama ini?
ADVERTISEMENT

Data Curah Hujan Bulanan

Banjir yang kerap terjadi di Jakarta tidak lepas dari curah hujan yang tinggi. Mengacu pada data BMKG yang diambil dari Stasiun Meteorologi Kemayoran, Ibu Kota mengalami curah hujan tertinggi sekitar bulan Januari dan Februari. Hujan mulai datang sekitar bulan Oktober-November dan intensitasnya terus naik.
Pada Februari 2020, misalnya, DKI Jakarta mendapat akumulasi curah hujan 1.043,3 mm. Angka tersebut merupakan akumulasi dari curah hujan harian yang terpantau stasiun pengamatan BMKG. Di atas kertas, angka tersebut merupakan yang tertinggi kedua sejak hujan pada Januari 2014 lalu.

Membandingkan Curah Hujan dan Dampak Banjir

kumparan lalu mengolah data curah hujan bulanan ke dalam satuan tahun. Hal itu untuk melihat bagaimana pengaruh curah hujan mempengaruhi dampak banjir di DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Data dampak banjir di Jakarta dapat ditemukan di situs data.jakarta.go.id. Dalam situs tersebut, akumulasi wilayah yang terendam banjir pada tahun 2013, misalnya, mencapai 263 kelurahan. Sementara, wilayah yang terendam banjir pada tahun 2020 mencapai 603 kelurahan.
Data kelurahan di sini merujuk pada data akumulatif kelurahan yang terdampak. Oleh sebab itu, bisa saja ada satu kelurahan yang terendam banjir pada tahun 2020 dan terhitung lebih dari sekali. Sebagai contoh, kelurahan Cilincing terendam banjir pada 2 November, 8 Desember, dan 1 Januari. Maka, data Cilincing akan terhitung tiga.
Berdasarkan data di atas, rata-rata curah hujan pada tahun 2013 mencapai 210,68 mm. Hujan dengan intensitas itu mampu mencptakan 263 kejadian banjir di tingkat kelurahan. Sementara pada tahun 2020, data rata-rata curah hujan bulanan mencapai 235,96 mm dengan 603 kejadian banjir di tingkat kelurahan.
ADVERTISEMENT

Kelurahan Rawan Banjir

Menurut data BPBD DKI Jakarta, sebanyak 30,71% dari total kelurahan di DKI Jakarta merupakan kelurahan rawan banjir. Terdapat 82 kelurahan rawan banjir dari total 267 kelurahan di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Berikut ini adalah daftar lengkap kawasan rawan banjir di Jakarta berdasarkan kota, kecamatan, dan kelurahan.

Daftar Wilayah Rawan Banjir di DKI Jakarta

Lama Banjir

Meski secara akumulasi kelurahan yang terendam banjir tinggi pada tahun 2020, genangan banjir saat ini lebih cepat surut bila dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 dan 2014, butuh sekitar lima hari untuk banjir surut. Sedangkan pada tahun 2019, banjir bahkan sudah surut kurang dari satu hari.
Pada grafik di bawah dapat terlihat bahwa sejak 2013 sampai 2020, tren durasi genangan banjir terus menurun seiring dengan pembenahan fasilitas.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika pada 2021 pemerintah mengklaim banjir sudah surut dalam waktu 24 jam di daerah rawan banjir. Sekda DKI Marullah Matali bahkan menjamin bahwa banjir akan surut dalam 6 jam.
“Hujannya terulang, karena hujan. Ada beberapa tempat memang tergenang tetapi sekarang sesuai yang disampaikan gubernur, 6 jam surut, mayoritasnya surut 6 jam,” kata Marullah di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (10/11).

Ketinggian Banjir

Hujan deras di DKI Jakarta pada awal November ini mengakibatkan banjir di sejumlah titik. Terdapat 91 RT di Jakarta yang terdampak banjir lebih dari 6 jam. Di DKI Jakarta, tingkat ketinggian banjir mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2013, rata-rata ketinggian banjir maksimal adalah 192 cm atau hampir setinggi pintu rumah. Data dari BPBD DKI Jakarta juga mencatat banjir di tahun 2014 rata-rata setinggi 240 cm. Tren ini terus turun hingga tahun 2020 dengan ketinggian banjir rata-rata mencapai 145 cm.
ADVERTISEMENT
Sedangkan banjir terendah atau disebut dengan genangan relatif sama dari tahun ke tahun. Sejak 2013 sampai 2020, tinggi genangan berkisar antara 5-10 cm saja.

Prediksi

Berdasarkan peta sebaran hujan yang dirilis BMKG pada Senin(8/11), kategori hujan lebat adalah 50-100 mm per hari, sangat lebat ialah 100-150 mm per hari, dan ekstrem berada di atas 150 mm per hari. Curah hujan daerah Kebun Raya Bogor ada di angka 85,8 mm, wilayah Katulampa di angka 125 mm, sedangkan Citayam berada di angka 96,6 mm per hari.
Di wilayah DKI Jakarta, sebaran hujan saat itu berada di level sedang hingga lebat dengan intensitas di bawah 10 mm per hari. Setelah 24 jam, BPBD DKI mengatakan banjir di Jakarta sudah surut semua pada Senin (8/11) pukul 18.00 WIB.
Warga melintasi banjir di Pela Mampang, Jakarta, Minggu (7/11/2021). Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara Foto
Berdasarkan data prakiraan daerah potensi banjir yang diunggah oleh BMKG pada 10 November, DKI Jakarta akan mengalami banjir level rendah di bulan Desember.
ADVERTISEMENT
Namun, masyarakat dan Pemprov DKI perlu mewaspadai bulan Januari dan Februari 2022. Pasalnya, pada dua bulan tersebut tingkat potensi banjir di seluruh wilayah Jakarta ada di level menengah seiring dengan naiknya curah hujan.
Sepanjang tahun 2021, Pemprov DKI Jakarta gencar melakukan pembangunan sistem drainase vertikal dan beragam inovasi untuk mengurangi banjir dengan cepat. Sistem drainase vertikal sendiri tergolong baru, namun sudah memberikan dampak baik bagi penanganan banjir di Jakarta.
“Sarana retensi yang merupakan drainase vertikal berkontribusi dalam mengurangi aliran permukaan ketika terjadi hujan dan mengkonservasi air. Sehingga menambah cadangan air tanah,” ujar Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Yusmada Faizal pada Rabu (27/10) silam.
Pembangunan tersebut merupakan penerapan dari Pergub DKI Jakarta Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan. Melalui aturan ini, setiap pembangunan harus disertai dengan sumur resapan maupun sarana pengelolaan air hujan lainnya. Bukan hanya Pemerintah DKI, pembuatan drainase vertikal juga dapat dilakukan oleh masyarakat umum.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria meninjau pengerjaan drainase vertikal atau sumur resapan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Foto: Instagram/@arizapatria
Hasilnya bisa terlihat di beberapa lokasi rawan banjir. Jalan D.I. Pandjaitan di Jakarta Timur, misalnya, drainase vertikal yang dibuat sedalam 20 meter mampu dialiri air sebanyak +/- 10 m3 dalam waktu 33 menit. Hal ini tentu mengurangi genangan banjir lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021 ini Pemprov DKI Jakarta mengejar target pembangunan 3.876 resapan. Selain itu, pemerintah juga terus melakukan perbaikan di banyak sektor. Misalnya, pengerukan sungai, naturalisasi, sampai membangun waduk dan embung.
Usaha ini tidak akan berarti apa-apa tanpa kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu caranya adalah dengan disiplin membuang sampah di tempatnya, bukan pada selokan apalagi sungai.