Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menhan Usul Industri Pertahanan Ada di Bawah Kendali Kementerian Pertahanan
30 April 2025 13:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengusulkan agar semua industri pertahanan di Indonesia berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan (Kemhan).
ADVERTISEMENT
Ia menyampaikan usulan ini kepada Komisi I DPR RI saat rapat di gedung Parlemen, Jakarta Pusat pada Rabu (30/4). Sjafrie menyebut industri pertahanan tidak mencari untung.
“Terus terang industri pertahanan itu bukan industri yang profitable, enggak ada industri pertahanan yang nyari untung. Karena apa? Pasarnya itu adalah si tentara. Jadi tidak free market. Kita tidak bisa mencari alutsista di supermarket. Jadi ini sangat terukur,” ujar dia.
"Oleh karena itu saya selaku pembina teknis industri pertahanan telah mengusulkan agar supaya seluruh industri pertahanan itu di bawah kendali kementerian pertahanan supaya saya bisa lihat,” sambungnya.
Menurut Sjafrie, bila industri pertahanan bukan berada di bawah kendali Kemhan, maka akan ada ketidakcocokan.
“Jangan korporasinya di kementerian lain tapi teknisnya di kementerian saya, nanti tidak cocok, tidak pas gitu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Itu lah makanya kami dengan adanya Danantara, Danantara itu sudah menarik semua BUMN termasuk industri pertahanan, di industri pertahanan yang kita bangun ini yang khusus men-supply kebutuhan TNI ini sedang kita bangun,” ujar dia.
Ia pun mengatakan Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 6 triliun untuk membangun industri pertahanan.
“Nanti mungkin kalau saya tidak salah Pak Prabowo sudah menggelontorkan Rp 6 triliun untuk membangun industri pertahanan di eranya beliau dalam rangka mendukung pembangunan kekuatan,” tandasnya.
Saat ini, ada sejumlah BUMN yang membidangi pertahanan. Misalnya, PT Pindad, PT PAL Indonesia, dan PT Dirgantara Indonesia. Mereka memiliki spesifikasi produksi yang juga berbeda.