Menilik Arti Panggilan 'Gus' dan Siapa yang Memakainya

6 Desember 2024 15:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi santri pesantren. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi santri pesantren. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
Panggilan 'Gus' sedang ramai disorot usai pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah tersandung masalah karena candaannya merendahkan tukang es.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya apa arti panggilan 'Gus', dari mana asal usulnya dan siapa yang berhak menggunakannya?
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata 'Gus' memiliki tiga arti. Pertama nama julukan atau nama panggilan untuk anak laki-laki. Kedua nama panggilan untuk putra ulama, kiai, atau orang yang dihormati dan ketiga panggilan untuk anak lelaki putra kiai atau pemilik pesantren.
Sedangkan Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir mengatakan panggilan 'Gus' memiliki arti yang istimewa.
Dikutip dari NU Online, dalam Nahdlatul Ulama panggilan ‘Gus’ merupakan panggilan yang sering diperuntukkan bagi putra seorang kiai, khususnya di daerah Jawa, seperti hanya panggilan Ning untuk putri kiai.
Poerwadarminta dalam bukunya berjudul Baoesastra Djawa menulis kata ‘Gus’ berasal dari kata Bagus. Panggilan ini berasal dari tradisi keraton yang memanggil putra raja saat masih kecil dengan panggilan Raden Bagus atau disingkat Den Bagus.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam sebuah Jurnal yang ditulis Millatuz Zakiyah berjudul Makna Sapaan di Pesantren: Kajian Linguistik-Antropologis (2018) dijelaskan panggilan 'Gus' tidak terbatas kepada putra kiai yang masih kecil.
Seiring berjalannya waktu, panggilan ‘Gus’ juga melebar maknanya dan digunakan sebagai simbol ketokohan seseorang dari sisi agama.
Panggilan ini bisa didapat melalui proses perjuangan serta pengorbanan (achieved status), seperti seseorang yang bukan anak kiai tetapi memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama.
Juga didapat secara alami (ascribed status) yang disebabkan faktor keturunan seperti anak kiai.
Sementara itu, pendakwah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha saat ditanya soal panggilan Gus mengatakan bahwa dirinya merupakan Gus asli.
Gus Baha merupakan salah satu ulama ahli tafsir yang punya pengetahuan mendalam tentang Al-Qur'an. Dia merupakan putra dari ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang.
ADVERTISEMENT
Gus Baha merupakan murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Soal 'Gus' ini sempat disampaikan Gus Baha saat dia menjawab pertanyaan di acara Ngaji Bareng yang digelar Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (5/12).
Seorang jemaah bertanya tentang pendapat Gus Baha soal sejarah pemanggilan nama Gus.
Gus Baha sembari tersenyum mengatakan kalau dirinya Gus asli.
"Memang saya termasuk Gus yang asli, itu jelas kalau itu," ujarnya.
Dia mengatakan Rektor UII Prof Fathul Wahid tahu keluarga atau silsilah Gus Baha karena Fathul asli Jepara.
Gus Baha kemudian menjawab pertanyaan lain yang berisi tentang tafsir. Selang beberapa waktu Gus Baha kemudian turut menyinggung soal Gus naturalisasi.
Menurutnya, Gus-Gus naturalisasi itu bila tidak memiliki kemampuan mumpuni dalam agama, sebaiknya jangan diundang untuk mengisi ceramah.
ADVERTISEMENT
"Saya belajar tafsir sampai segitunya makanya nggak salah kalau saya diundang, nggak salah. Maksud saya yang naturalisasi tadi ya nggak usah diundang, kalau tidak memenuhi kualifikasi tafsir. Tapi jangan terus ngundang saya terus, nggak mau saya," bebernya.