Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Menilik Balai Kota Bandung: Dulunya Gudang Kopi yang Dijadikan Gemeente Huis
7 November 2022 18:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Balai Kota Bandung yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan saat ini, ternyata dulunya adalah lokasi bangunan gudang kopi saat masa Pemerintahan Hindia Belanda .
ADVERTISEMENT
Dikutip dari berbagai sumber, sejarah bermula pada abad ke-18 saat Bandung menjadi tempat bagi Belanda untuk menanam tumbuhan kopi . Saat itu, perkebunan kopi dibuat di daerah selatan lereng Gunung Tangkuban Parahu dan terus berkembang ke daerah perbukitan di sekitarnya.
Kopi yang dihasilkan para petani saat itu sangat memuaskan. Hingga pada 1807, kopi hasil pembibitan di wilayah Tangkuban Parahu itu mampu memenuhi permintaan pasar Eropa.
Usaha kopi ini kemudian dikembangkan oleh seorang tuan tanah Priangan keturunan Belanda bernama Andries de Wilde. Ia yang merupakan pengusaha kopi dan Asisten Residen di Bandung, mendirikan sebuah bangunan gudang kopi atau dalam bahasa Belanda disebut 'Koffie Pakhuis' atau Gedung Kopi.
Bangunan yang berada di Jalan Wastukencana itu digunakan sebagai tempat pengemasan kopi yang dihasilkan dari sekitar Bandung hingga tahun 1906.
ADVERTISEMENT
Tak berselang lama, penanaman bibit kopi di Bandung mulai mandek dan jalur transportasi pendistribusian kopi ke Batavia semakin berkembang.
Koffie Pakhuis kemudian diserahkan oleh Andries de Wilde kepada Pemerintah Hindia Belanda. Hingga pada 1927 bangunan tersebut dihancurkan.
Bekas lahan itu kemudian dibangun dan dirancang kembali oleh arsitek Belanda bernama E.H. de Roo dengan gaya Art Deco. Bangunan baru tersebut didesain memanjang dan menghadap ke Jalan Aceh.
Bangunan baru tersebut difungsikan sebagai Gemeente Huis atau balai kota. Hal ini sejalan dengan status Bandung yang meningkat sebagai Kota Praja pada 1906.
Gedung utama balai kota itu sempat dikenal sebagai Gedong Papak karena memiliki atap yang datar.
Dikutip dari Good News From Indonesia , selain dibangun pusat pemerintahan, sejumlah bangunan publik pendukung didirikan di sekitar balai kota seperti Javasche Bank pada 1909 yang kini jadi gedung Bank Indonesia, lalu Gereja Katedral dibangun pada 1921, dan Gereja Bethel pada 1925.
ADVERTISEMENT
Pada 1935, bangunan balai kota itu diperluas dengan menambah bangunan baru menghadap ke Pieter Sijthoff Park atau yang kini dikenal sebagai Taman Balai Kota.
Pieter Sijthoff Park merupakan taman yang dibangun pada 1885 untuk mengenang Asisten Residen Priangan bernama Pieter Sijthoff yang dinilai berjasa bagi perkembangan Kota Bandung.
Sejak kemerdekaan Indonesia, bangunan Gemeente Huis tetap dilanjutkan sebagai pusat pemerintahan Kota Bandung. Tahun 1980-an dibangun gedung kembar tambahan di sebelah kiri dan kanan gedung utama balai kota untuk keperluan perkantoran.
Balai Kota Bandung Terbakar
Kebakaran terjadi di Balai Kota Bandung, Senin (7/11). Asap terlihat membubung tinggi di atap ruang Badan Perencanaan dan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) di Jalan Aceh, Senin (7/11).
ADVERTISEMENT
Aktivitas di Balai Kota Bandung sempat terganggu akibat kebakaran tersebut.
Pantauan kumparan, para pekerja berhamburan keluar sekitar 10.15 WIB saat asap muncul di atap ruang Badan Perencanaan dan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan.
Informasi sementara, diduga api muncul akibat adanya pembakaran aspal di atap ruang Bappelitbang. Petugas keamanan pun sementara mematikan aliran listrik.
Sekitar pukul 10.38 WIB, petugas Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) datangkan tiga unit mobil untuk memadamkan si jago merah. Polisi mengamankan seorang pekerja terkait kebakaran ini.