Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tak banyak yang tahu bahwa sekitar dua ratus kilometer dari kota Pekanbaru , terhampar blok hutan rawa gambut utuh terluas di Asia Tenggara. Kawasan yang berada di jantung Semenanjung Kampar Provinsi Riau ini kaya akan keanekaragaman hayati dunia serta menyimpan jumlah karbon yang sangat besar untuk kelestarian lingkungan hidup.
Tak hanya itu, kawasan ini juga merupakan rumah bagi sejumlah spesies yang dilindungi secara global dan nasional, misalnya harimau Sumatra, beruang madu hingga kucing tandang. Sayangnya, penebangan hutan yang tidak memperhatikan kaidah kelestarian hutan, pembalakan liar, perambahan, praktik tebang bakar dan kegiatan ilegal lainnya selama bertahun-tahun menyebabkan hutan di kawasan ini pernah rusak.
Sejak 2012, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan izin usaha restorasi ekosistem (IUPHHK-RE) ke empat perusahaan yang berada di bawah program Restorasi Ekosistem Riau (RER) , Grup APRIL . Tugas utama RER adalah untuk melestarikan dan memulihkan ekosistem dalam satu kawasan hutan rawa gambut ini.
Tujuan pemerintah atas pemberian izin IUPHHK-RE adalah untuk membangun kawasan hutan yang memiliki ekosistem penting dan unik. Kegiatan yang diizinkan mencakup pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
RER merupakan program restorasi ekosistem jangka panjang dan diprakarsai oleh Grup APRIL yang memiliki komitmen untuk melakukan upaya bersama melindungi dan merestorasi hutan sekaligus menjadi sumber pendanaan upaya restorasi ekosistem.
Grup APRIL sendiri merupakan salah satu produsen serat, pulp dan kertas terbesar di Indonesia. Penghasil kertas merk dagang “PaperOne” ini memang mengedepankan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dengan menerapkan pendekatan produksi-proteksi dalam operasinya. Secara bertahap pemerintah memberikan izin restorasi ekosistem seluas 150,694 hektar yang setara dengan dua kali wilayah Singapura kepada RER dengan jangka waktu 60 tahun.
“RER juga merupakan bagian dari komitmen 1-for-1 Grup APRIL, di mana setiap satu hektar hutan tanaman industri yang dikelola, Grup APRIL juga mengonservasi atau merestorasi satu hektare hutan,” kata Nyoman Iswarayoga, External Affairs Director RER, Jumat (22/1).
Memasuki tahun kedelapan sejak diinisiasi, RER telah mencatatkan berbagai informasi penting dalam menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia. Data terakhir mencatat terdapat 797 spesies tumbuhan dan satwa yang terekam di kawasan ini, sebanyak 77 diantaranya masuk dalam kategori daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) sebagai spesies yang terancam secara global.
Beberapa spesies pohon khusus hutan rawa gambut berhasil diidentifikasi seperti Meranti Bakau (Shorea platycarpa) dan Resak Paya (Vatica teysmanianna). Kedua spesies tumbuhan tersebut berstatus critically endangered (CR) karena kerusakan habitat atau penebangan di masa lalu. Resak Paya sendiri merupakan tumbuhan endemik Sumatera yang masih tersisa.
Upaya Restorasi
Di sinilah peran penting RER dalam melindungi dan menjaga ekosistem yang memiliki ekologi penting di kawasan ini. Sesuai dengan namanya, RER melakukan restorasi hutan dengan berbagai pendekatan seperti penanaman langsung, penanaman dengan pengayaan hingga regenerasi alami dengan bantuan manusia (Assisted Natural Regeneration/ANR). Dalam banyak kasus, hutan di kawasan RER memiliki kemampuan regenerasi secara alami sehingga tidak diperlukan intervensi.
RER memanfaatkan berbagai metode dalam restorasi hutan secara efisien mengingat kondisi geografis hutan rawa gambut yang kadang tidak bisa ditembus. Beberapa metode yang dilakukan misalnya dengan penggunaan foto drone, pemantauan udara dan pengindraan satelit. RER juga sebisa mungkin mengembalikan hutan ke kondisi sedia kala mulai dari jenis pohon yang dulunya ada di lokasi tersebut sampai bagaimana interaksi satwa yang ada di dalamnya.
Tim ekologi RER secara aktif mencari beberapa jenis pohon lokal atau anakan alam yang dapat menjadi pohon induk. Saat pohon induk tersebut berbuah, tim ekologi akan mengumpulkan dan menyemainya di tujuh tempat pembibitan di sekitar area restorasi.
Hingga 2019 tujuh tempat pembibitan RER menyemai kurang lebih 33.000 bibit pohon anakan alam yang sebagiannya ditanam di area konsesi RER. Beberapa contoh anakan alam yang disemai adalah jenis Dipterocarpae yang hanya berbuah setiap 8-10 tahun sekali dan Ramin (Gonystylus bancanus) yang berstatus kritis.
Selain itu, RER juga melakukan restorasi hidrologis dengan menutup kanal-kanal drainase lama yang sebelumnya dibangun untuk mengeluarkan kayu atau mengeringkan gambut. Tujuan penutupan kanal adalah untuk membasahi atau membanjiri kembali gambut dan mempertahankan air selama musim kemarau untuk menurunkan resiko kebakaran dan potensi emisi karbon.
Upaya RER dalam merestorasi dan menjaga spesies dilindungi dilakukan secara terintegrasi dengan taman nasional dan suaka margasatwa yang berada di lanskap yang sama. Oleh karena itu, RER bekerja bersama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dengan melakukan patroli, operasi sapu jebak, sosialisasi kepada masyarakat, mitigasi konflik, sampai dengan penyelamatan dan pelepasliaran satwa liar.
Lanskap yang Berkembang
Grup APRIL berkomitmen memperluas upaya konservasi dan restorasi seperti yang dilakukan di RER dalam 10 tahun ke depan. Komitmen tersebut merupakan bagian dari visi “APRIL 2030 ” yang diluncurkan dengan tujuan memberikan kontribusi positif untuk iklim, alam, dan masyarakat sembari tumbuh menjadi produsen serat, pulp dan kertas berkelanjutan.
Pada salah satu pilarnya ‘Lanskap yang Berkembang’, Grup APRIL berkomitmen memperluas area konservasi dan restorasi hingga di luar wilayah operasional dengan menyisihkan dana dari tiap ton kayu yang digunakan dalam produksi untuk membiayai investasi di bidang lingkungan sebesar 10 juta USD per tahun.
Grup APRIL juga memastikan tidak adanya area konservasi dan restorasi yang hilang (zero net loss) dalam 10 tahun kedepan serta berkomitmen meningkatkan produktivitas hutan tanaman industri hingga 50 persen dengan berbasis sains. Sejumlah target untuk memajukan konservasi dan keanekaragaman hayati ini tetap mengedepankan pendekatan proteksi-produksi Grup APRIL.
Aksi nyata untuk memulai komitmen APRIL 2030 ditandai dengan diskusi lanjutan dengan Wildlife Conservation Society untuk mendukung perlindungan satwa liar, termasuk spesies yang terancam punah. Kerja sama ini memperkuat hubungan kemitraan bersama Fauna & Flora International yang telah lama dibangun di Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Eco-Research Camp di Semenanjung Kampar, Riau, juga telah dibangun sebagai tempat penelitian bagi akademisi dan ilmuwan nasional maupun internasional. APRIL juga menjalin kemitraan dengan Science-Based Target Initiative (SBTi) dan akan bekerja sama untuk menetapkan target pengurangan emisi berbasis sains yang selaras dengan SBTI.
Direktur Utama Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) —unit usaha APRIL, Sihol Aritonang mengatakan, APRIL2030 adalah bentuk nyata komitmen perusahaan dalam mendukung pemerintah Indonesia mencapai target iklim dan pembangunan nasional, bermitra dengan masyarakat.
“Seperti yang kita tahu, Indonesia berkomitmen ditingkat global untuk ambil bagian mengurangi emisi karbon dan dukungan ini tertuang dalam agenda kami selama 10 tahun kedepan dalam APRIL2030.” kata Sihol.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Grup APRIL