Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menkes: 88 Pasien Cacar Monyet di RI Sudah Sembuh, Penularan Mirip HIV/AIDS
27 Agustus 2024 12:50 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan 88 pasien cacar monyet atau Mpox di Indonesia sudah sembuh. Seluruh pasien terdeteksi varian clade 2B yang tidak terlalu mematikan dibanding varian barunya, yakni clade I.
ADVERTISEMENT
"Saya sampaikan dari 88 ini, 100% sembuh. Karena 100% mereka adalah varian atau claidnya 2B kita sudah genome sequence semuanya," kata Menkes usai rapat terbatas soal penanganan cacar monyet di Istana Negera, Senin (27/8).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hingga 17 Agustus 2024, ada 88 kasus cacar monyet atau mpox di Indonesia. Sebanyak 59 kasus tersebar di Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, 3 kasus di Jawa Timur, 3 kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 1 kasus di Kepulauan Riau.
Budi merinci, pasien Mpox paling banyak terdeteksi di tahun 2023 yakni 73 pasien. Lalu di awal tahun 2024 ada 14 pasien, mereka berasal dari Jawa dan Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
"Tapi sejak WHO menaikkan kembali statusnya di Agustus 2014, kita ada 11 suspek, tapi semuanya negatif. Jadi sesudah di tes PCR dia negatif," ucapnya.
Penularan mirip HIV/AID
Budi menjelaskan penularan Mpox mirip dengan HIV/AIDS, yakni melalui kontak fisik, dan umumnya terjadi di kelompok-kelompok tertentu dan karena kontak fisik.
Saat rapat terbatas tadi, kata Budi, Presiden Jokowi sempat bertanya, kalau penularan mirip HIV/AIDS kenapa kasus di Afrika yang terkena banyak juga anak-anak. Kasus Mpox pertama kali ditemukan di Afrika dan menyebar di beberapa negara di sana.
"Tadi Bapak Presiden sempat tanya 'Pak Menkes kalau ini mirip HIV-AIDS penularannya kontaknya fisik, kok banyak anak-anak banyak anak-anak?' Karena di Afrika itu mereka sharing baju, sharing handuk, sharing selimut tidur di tempat tidur yang sama. Jadi kalau orang tuanya kena, anak-anak di Afrika itu jadi tertular karena kan cairannya juga akhirnya kena ke anaknya. Itu sebabnya kenapa di Afrika banyak anak-anak," paparnya.
Masyarakat diminta tak usah khawatir tetapi juga tetap waspada. Selalu terapkan pola hidup sehat. Varian 2B yang beredar di Indonesia, kata Budi, memiliki fatalitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan varian 1B yang menyebar di Afrika.
ADVERTISEMENT
"Kita waspada, tapi tidak usah khawatir berlebihan," katanya.
Pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan surveilans dengan mengaktifkan kembali Kartu Surveilans Elektronik untuk memantau kedatangan orang-orang dari luar negeri.
"Kita sudah siapkan 2 mesin PCR yang bisa 30-40 menit di Jakarta, Cengkareng dan di Bali. Karena ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting. Jadi kalau ada yang kita identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi langsung kita ambil, langsung dalam waktu singkat kita bisa lihat apakah dia positif atau tidak," ujarnya.