Menkes Bakal Libatkan Satpol PP Screening Warga Terkait TBC

9 Mei 2025 14:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin pada Peluncuran Nasional Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan TBC di Kantor Kelurahan Kampung Rambutan, Jakarta, Jumat (9/5/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin pada Peluncuran Nasional Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan TBC di Kantor Kelurahan Kampung Rambutan, Jakarta, Jumat (9/5/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, setiap tahunnya yang mengalami penyakit TBC atau tuberkulosis di Indonesia berjumlah satu juta. Sementara pasien yang meninggal dunia karena TBC sebanyak 125 ribu, sehingga setiap menitnya ada 4 orang yang meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Guna mengantisipasi peningkatan kasus TBC, screening atau pemeriksaan diperlukan secara menyeluruh, baik pasien TBC yang menunjukkan gejala ataupun tidak bergejala. Budi berencana untuk melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam melakukan screening kepada warga untuk mencegah penularan TBC.
“Kewajiban kita sebagai individu dan makhluk sosial, bahwa kita harus memastikan diri kita sehat, nah kadang-kadang kan gak semua orang teredukasi dengan baik. Ada yang diedukasi dengan wartawan nurut, ada yang diedukasi dengan pemerintahan nurut, ada yang mesti jalan-jalan dengan Satpol PP, begitu dia lihat jadi nurut," kata Budi kepada wartawan, di Kantor Kelurahan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Jumat (9/5).
Satpol PP Sleman menutup sementara dua minimarket atau toko berjejaring yang melanggar jam operasional usaha saat pandemi corona, di Sleman, DIY, Selasa (25/8). Foto: Humas Pemkab Sleman
Budi melanjutkan, tujuan screening ini untuk memberikan penanganan secara cepat kepada warga yang terkena TBC, sehingga nyawa mereka dapat terselamatkan dan sembuh. Apalagi TBC ini juga berbahaya seperti COVID-19, karena pasien yang mengalaminya bisa saja tidak menunjukkan gejala.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau ketahuan (dari screening) obatnya ada. Bisa diobati, bisa sembuh. Ironis keduanya penyakit ini kayak COVID. Menularnya lewat pernapasan. Jadi kalau orang yang enggak ketemu. Orang itu gentayangan nularin ke siapa-siapa,” ucapnya.
Selain itu, World Health Organization (WHO) menargetkan pada tahun 2030 pasien yang mengalami TBC harus setidaknya berkurang sebesar 50 persen. Indonesia sendiri menduduki peringkat kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia.
“Indonesia terbanyak nomor 2 di dunia. Jadi bukan paling atas ya. WHO bilang bahwa di 2030 harus eliminasi. Eliminasi itu harus turun minimal 50% (kasus TBC), “ imbuh dia.