Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menkes: Banyak Dokter Muda Takut Ngomong Bullying, Tekanannya Besar
9 Mei 2025 15:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menanggapi polemik kepengurusan kolegium, yang sebelumnya di bawah organisasi keprofesian menjadi milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buntut dari mutasi sejumlah dokter anak.
ADVERTISEMENT
Menurut Budi, mereka yang mempermasalahkan kepengurusan kolegium hanyalah dokter-dokter senior. Sebelum ini, mereka punya kekuasaan dalam menentukan keanggotaan.
Salah satu yang mencuatkan isu ini adalah Ketua IDAI dr Piprim Basarah. Ia menilai mutasinya dari RSCM ke RS Fatmawati terkait kritik pedasnya soal Kolegium yang kini di bawah kendali pemerintah bukan organisasi profesi.
Kolegium adalah badan ilmiah yang menetapkan standar pendidikan dan kompetensi dokter spesialis, yang terdiri dari para ahli profesional dan guru besar. Kolegium berfungsi untuk menjaga marwah keilmuan dengan tujuan menjaga kualitas dokter dan pelayanan kesehatan.
Di sisi lain, banyak dokter muda yang mengalami tekanan hingga berujung bullying. Ada juga yang mengalami pelecehan seksual, tetapi tidak ada yang membicarakannya.
“Tanyalah obgyn-obgyn muda, tanyalah (dokter) penyakit dalam-penyakit dalam muda, tanyalah spesialis-spesialis lainnya, muda-muda pendapat mereka gimana. Mereka pasti akan takut ngomong, karena kan sangat tekanannya besar. Sama seperti bullying kan, banyak sekali kejadian nggak berani mereka ngomong. Sampai ada yang meninggal, sampai ada yang diperkosa,” kata Budi kepada wartawan di Kantor Kelurahan Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Jumat (9/5).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, pada awalnya kolegium hanya memilih ketua berdasarkan suara dari sekelompok dokter senior saja. Namun, sejak kolegium di bawah naungan Kemenkes, semua dokter memiliki kesempatan untuk memilih
“Kolegium itu (awalnya) yang milih ketuanya dulu adalah sekelompok elit senior di sana. Sekarang nama-nama ketuanya itu dipilih oleh seluruh dokter dari situ,” ujarnya.
“Yang mengeluh adalah orang-orang yang lama yang dulu memiliki power untuk menentukan, sekarang pemilihannya dilakukan oleh seluruh (dokter) termasuk yang muda-muda,” tambah dia.
Dalam audiensi bersama Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI,, dr. Piprim menyatakan keanehan atas mutasi yang dialaminya. Ia menduga ada keterlibatan atas kritiknya terhadap pengambilalihan kolegium.
“Kolegium bersifat Independen, fokus pada kualitas dokter, dan tidak tunduk pada kepentingan politik. Di Undang-Undang No 17 tahun 2023 kolegium itu dibentuk oleh kelompok ahli, kelompok pakar, yang sifatnya independen," kata Piprim dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama DPR, di Ruang Rapat BAM, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (7/5).
ADVERTISEMENT
Namun, menurutnya, dalam pelaksanaannya kolegium telah kehilangan independensinya karena keanggotaannya dipilih secara voting atau ditunjuk langsung oleh Kemenkes. Padahal, kata Piprim, seharusnya pemilihan dilakukan berdasarkan kongres yang telah disepakati oleh organisasi.