Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menkes Bicara Corona Delta: Saya Selalu Ketiduran Pegang HP, Semua Ingin Dibantu
1 Maret 2023 18:07 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya saat berbicara mengenai pukulan varian corona Delta pertengahan Januari 2021. Ribuan orang meninggal dalam sehari, warga kesulitan cari oksigen, bahkan keluarganya juga tak bisa dapat rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Delta memang banyak sekali yang meninggal. Saya sebagai menteri bingung juga," kenang Budi saat wawancara di kantornya dalam program kumparan Game Changer beberapa waktu lalu.
Dahi Budi agak berkerut. Sorot matanya agak berubah menjadi lebih sendu ketika bicara mengenai hantaman varian ganas tersebut.
Kala itu, nyaris setiap menit ponselnya berdering. Di ujung panggilan, masyarakat kebanyakan dan kolega mengadu kepadanya.
Mereka berharap Budi bisa menjadi malaikat penyelamat. Menyediakan akses rumah sakit atau sekadar mengirim obat untuk keluarga tersayang.
"Kan, masalahnya tidak bisa dapat ruang rumah sakit, tiap malem di-WA, ditelepon saudara, ditelepon teman, temannya teman, untuk akses ke rumah sakit," ungkap Budi.
Telat sedikit saja, Indonesia kehilangan satu nyawa. Budi Gunadi tetap harus berpikir di tengah situasi serba kalut.
ADVERTISEMENT
Di tengah situasi vaksinasi yang terus digenjot dan sistem kesehatan yang diperbaiki bertahap, semua memang terasa lebih berat. Namun, ia menyadari betapa pentingnya menyelamatkan satu nyawa warga.
"Bangun subuh. "Oh nanti kita bantu." "Aduh, Pak, sudah meninggal." Sedih juga, kita terlelap dua jam tiga jam, itu terlambat dan buat orang lain masyarakat itu artinya nyawa," tutur Budi.
Semua bergerak. Atas komandonya, jajaran terbawah pun berupaya keras mengurai kepadatan di rumah sakit.
Tabung-tabung oksigen coba dipasok. Negara-negara lain dilobi.
"Jadi terus terang saat itu sedih. Apalagi waktu itu oksigen kekurangan, jadi benar-benar bergerak dengan cepat berpacu dengan waktu," jelas Budi.
Badai Pasti Berlalu
Pemerintah berpacu dengan waktu. Kuburan yang tak pernah kering seolah menjadi pertanda semua harus berbenah.
ADVERTISEMENT
Sirene ambulans yang bersahut-sahutan harus dihentikan. Semua berharap tak ada lagi pengumuman kematian di masjid-masjid atau balai warga.
"Balik lagi, kalau saya melihat apakah kondisinya buruk? Buruk. Semua negara mengalami itu? Ya. Indonesia termasuk yang kompak dan cukup baik menangani kasus Delta," tuturnya.
Budi tak jemu berdiskusi dengan banyak pihak. Paling banyak bersama Menko Marves Luhut Pandjaitan untuk mengurus Jawa dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto untuk luar Jawa.
"Saya ingat sekali itu meeting 1 kali sehari, sama Pak Menko Marves, dia pegang Jakarta 1 kali/hari, Menko Ekonomi pegang luar Jakarta satu kali/hari. Jadi sehari itu minimal 3 kali meeting-nya. Untuk me-review bagaimana kita bisa menangani pandemi ini dengan baik," jelas mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Akhirnya, badai itu berlalu setelah dua bulan melewati fase puncak di bulan Juni-Juli. Kasus perlahan menurun, kematian tak lagi sebanyak di bulan Juni.
ADVERTISEMENT
Kuncinya menekan penularan dan mengurai pasien di rumah sakit. Mempercepat vaksinasi dan membuat masyarakat disiplin protokol kesehatan. Pakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.
"Alhamdulillah, ya. Walaupun saya sedih juga, termasuk tante saya meninggal, satu-satunya tante saya meninggal karena COVID, dan itu kena Delta. Tapi akhirnya kita bisa melampaui itu," tutup Menkes.