Menkes: Obat Gammaraas dan Actemra Mahal, Padahal Pasien Corona Perlu

14 Januari 2021 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehata Budi Gunadi Sadikin isuntik vaksin corona Sinovac saat vaksiasi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/1).  Foto: Youtube/@Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehata Budi Gunadi Sadikin isuntik vaksin corona Sinovac saat vaksiasi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/1). Foto: Youtube/@Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin melanjutkan rapat kerja dengan Komisi IX DPR. Ia juga ditanya soal ketersediaan obat untuk pasien corona.
ADVERTISEMENT
"Terkait obat ini memang kami minta grup Bio Farma untuk memastikan semakin banyak obat yang dibikin. Obat-obat yang masuk kategori antibiotik sudah bisa dibikin ya, Azitromisin itu banyak dipakai untuk COVID-19," kata Budi dalam rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (14/1)..
"Obat-obat yang antiviral sudah sampai ke level Favipiravir ya, sudah kita bikin, Avigan juga," imbuhnya.
Namun ia tak memungkiri masih ada obat yang impor. Padahal obat itu sangat penting untuk pengobatan pasien corona.
"Tapi Remdesivir masih impor, kemudian antiinflamasi. Aku rasa Deksametason sudah bikin kita ya, tapi yang Invermectin itu belum bisa, kemudian juga yang imunulogbulin seperti Gammaraas atau Antileukine 6 seperti Tocilizumab, Actemra, itu masih impor," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Dan kami tahu itu sangat mahal padahal sangat diperlukan di fase-fase terakhir. Dan kami sudah koordinasi juga dengan produsennya untuk memastikan bahwa jangan terlalu mahal harganya supaya bisa terjangkau," tutup dia.
Tentang Gammaraas dan Actemra
Obat Gammaraas. Foto: Shanghai RAAS
Secara singkat, Gammaraas bisa juga disebut intravenous Immunoglobulin (IVig). Dijelaskan dalam WebMD, intravenous Immunoglobulin (IVig) adalah terapi yang digunakan untuk menguatkan ketahanan tubuh secara alami guna mengurangi risiko infeksi yang dialami seseorang dengan sistem kekebalan lemah.
Obat ini terbuat dari plasma darah manusia yang sehat, di mana kandungan antibodi di dalamnya mampu melawan kuman atau penyakit. Immunoglobulin diambil dari puluhan ribu pendonor darah yang sudah diskrining. Plasma kemudian dimurnikan sebelum digunakan untuk terapi IVig.
ADVERTISEMENT
Obat ini digunakan dengan cara disuntikkan pada pembuluh darah di lengan atau secara infus. Penggunaan IVig dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga mereka mampu melawan infeksi di tubuhnya. IVig biasanya digunakan bersama obat lain seperti imunosupresan dan kortikosteroid untuk membantu mengobati gangguan sistem kekebalan tubuh.
IVig dapat digunakan pada sejumlah penyakit yang menyerang kekebalan tubuh, di antaranya trombositopenia, penyakit kawasaki, sindrom guillain, polineuropati demielinasi inflamasi kronis, lupus, myositis, penyakit neurologis seperti myasthenia gravis atau multiple sclerosis, orang yang menerima transplantasi sumsum tulang, dan COVID-19 yang mengalami kondisi kritis.
Sementara Actemra atau Tocilizumab sebenarnya merupakan obat anti-inflamasi yang biasanya diberikan kepada penderita rheumatoid arthritis.
ADVERTISEMENT
Rheumatoid Arthritis merupakan peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri. Umumnya, penderita penyakit ini merasakan nyeri sendi dan terdapat bengkak di bagian tubuhnya.
Tapi obat ini sejak Maret 2020 memang diberikan ke pasien COVID-19 gejala berat di sejumlah negara. Hasilnya baik dan sudah uji klinis, tetapi belum ada penjelasan terbaru soal apakah obat ini bisa dikatakan sebagai obat COVID-19 atau tidak.
Obat Tocilizumab. Foto: Getty Images